"Ibu... Tiffani pulang!" Setelah bergelut dengan soal-soal ujian akhir semester dan juga insiden bersama dengan seorang laki-laki yang ternyata berasal dari keluarga kaya Tiffani akhirnya menginjakkan kakinya di rumah.
Tiffani yang tengah membuka sepatunya lantas bersungut-sungut saat adik laki-lakinya berusaha mengganggu dirinya. Bagaimana tidak, baru saja tiba adiknya meminta tolong kepada Tiffani untuk membantu mengerjakan PR menggambar.
"Kak ayolah bantuin." Adik laki-lakinya itu sedang merayu dengan menarik-narik lengan Tiffani.
"Nanti aja deh!" Tiffani yang lelah hanya menjanjikan untuk membantu mengerjakannya nanti, lantas dia bergegas menuju ke arah kamarnya. Pikiran Tiffani sudah tidak karuan bisa-bisanya dia tetap memikirkan seorang laki-laki yang tadi dia buat emosinya naik.
Perempuan itu menaruh tas tote bagnya di atas meja belajarnya lantas merebahkan tubuhnya di kasur. Pandangannya menatap langit-langit kamarnya, sekilas harum aroma tubuh peach dan vanilla menyeruak ke dalam hidungnya.
"Ya ampun Tif, sadar!" Perempuan itu menepuk pipinya yang sedari tadi terus terbayang-bayang bagaimana rupawannya wajah Nathan dan aroma tubuh laki-laki tersebut.
Dia meraih ponselnya yang berada di sisinya. Jemarinya mengetikkan sesuatu di layar ponselnya, rupanya Tiffani sedang mencari tahu apa benar Nathan Airlangga merupakan keturunan dari SUN Group seperti apa yang di katakan oleh temannya.
Detik berikutnya Tiffani menutup mulutnya tak percaya tatkala ponsel pintarnya menunjukkan bahwa seorang Nathan Airlangga memang merupakan pewaris ketiga dari SUN Group. Banyak sekali artikel yang memuat mengenai siapa Nathan yang sebenarnya, dan merupakan pewaris selanjutnya dari perusahaan di Indonesia tersebut.
"Gila gila, bisa-bisanya aku nggak tahu dia siapa." Tiffani mendudukkan dirinya di tepi kasur untuk mencari tahu lebih lanjut tentang Nathan sebenarnya.
Sedangkan akibat ulah Bara yang membuat geram kakaknya alhasil Tiffani membanting pintu kamar saat menutupnya membuat adik laki-lakinya menjadi tersentak kaget karena tingkah kakak perempuannya. Jika sudah seperti ini maka dia menyerah dan akan merayu kembali kakaknya nanti.
Dengan langkah lunglai Bara--- adik laki-laki Tiffani berjalan ke arah kamarnya.
Ibunya yang sibuk memotong bahan makanan di dapur hanya bisa geleng-geleng kepala melihat hal yang baru saja terjadi. Bahkan setiap hari ibunya selalu menemukan pemandangan itu.
Ibunya setiap hari harus menyiapkan bahan makanan untuk dijual. Keluarganya mempunyai bisnis kedai makanan, yaitu dengan menjual lauk pauk yang sudah matang. Ayahnya yang kebagian untuk menjaga dan menjual di kedai sedangkan ibunya menyiapkan lauk yang telah masak di rumah.
Setiap hari keluarga Tiffani di sibukkan dengan selalu mencari pundi-pundi rupiah. Keluarganya dulu berasal dari keluarga berada, ayahnya pun punya perusahaan namun tak bertahan lama perusahaannya bangkrut. Banyaknya warisan yang di dapatkan oleh ibu Tiffani dari ayahnya juga habis digunakan bertahan hidup dan membangun bisnis kembali sampai akhirnya sekarang keluarganya bisa di bilang berada di garis ambang kemiskinan.
"Pak kenapa sudah pulang?" Tanya Ibu Tiffani saat melihat kehadiran suaminya.
"Kedai masih sepi, aku mau mandi sekalian makan saja dulu." Ayah Tiffani masuk ke dalam kamar lantas beberapa menit kemudian keluar dari kamarnya membawa beberapa pakaian dan masuk ke kamar mandi.
"Jaga kedai kok sering pulang. Gimana kalau bekerja jadi buruh lagi bisa-bisanya pulang kerja isinya cuma ngeluh aja karena kecapekan." Gerutu ibu Tiffani yang berada di dapur untuk menyiapkan makan malam.
Semenjak suaminya bangkrut dan uang warisan habis mereka berjuang hidup dengan di imbangi hutang sana-sini, alhasil saat ini mereka hidup dengan pas-pasan dan dikejar oleh penagih hutang. Semenjak itu pula hubungan Ayah dan Ibu Tiffani menjadi tidak harmonis setiap hari selalu terjadi cekcok hanya karena keadaan ekonomi.
***
"Makasih Pak." Nathan masuk ke dalam rumahnya setelah keluar dari mobil, dan mengucapkan Terima kasih kepada sopir yang hari ini mengantarnya berangkat ke kampus.
Rumah mewah dengan luas hampir seperti mall. Bahkan konsep rumahnya sangat berbeda yaitu seperti villa dengan setiap orang mempunyai bilik bangunan sendiri-sendiri namun masih dapat terhubung satu sama lain.
Masuk ke dalam rumah, Nathan menemukan Neneknya yang tengah duduk di ruang tengah sambil sibuk membaca majalah. Rumah menjadi sepi semenjak Papanya masuk ke dalam rumah sakit dan Mamanya yang dengan setia menunggu suaminya tersebut.
Wanita paruh bayah yang melihat cucunya telah pulang dari menuntut ilmu menjadi sendu, karena hari-hari cucunya yang setiap berada di rumah selalu di bilik kamrnya hanya di temani sepi.
“Nathan sini kemarilah." Panggil Nenek Nathan, menyuruh cucu laki-lakinya untuk ikut bergabung duduk bersamanya.
Tanpa penolakan Nathan langsung duduk di sofa dekat Neneknya. Neneknya yang usianya sudah di atas kepala enam dengan rambut yang memutih namun tetap mempunyai semangat muda tersebut merupakan seseorang yang seperti pilar di keluarganya. Dia selalu menjaga keluarganya dengan baik, dan menebarkan kehangatan di antara sesama. Walaupun Papa Nathan sudah sepenuhnya memegang perusahaan namun Neneknya tetap membantu jika ada terjadinya masalah dalam perusahaan yang sudah susah-susah dibangun oleh suaminya.
"Ada apa Nek?" Tanya Nathan.
Nenek tersenyum memperlihatkan garis keriputnya yang telah memenuhi wajahnya. "Kamu harus bersiap ya cucuku?"
"Maksud Nenek apa?"
"Kamu harus bersiap untuk meneruskan perusahaan yang di bangun sama Kakek kamu."
Berkali-kali Nathan mendengar bahwa dirinya lah yang akan meneruskan jejak Papa dan Kakeknya. Sebenarnya Nathan sama sekali tidak siap tapi hal itu tidak berguna sama sekali saat waktunya tiba siap tidak siap Nathan harus bisa menerima kenyataan untuk menjadi orang yang siap menerima banyak beban dengan memikul beban dan menanggung mata pencaharian orang-orang yang bekerja untuk perusahaannya.
"Nenek tidak perlu khawatir, Nathan dari kecil selalu di latih untuk meneruskan perusahaan bukan?"
"Tentu sayang, Nenek sangat percaya sama cucu Nenek yang satu ini."
Nenek Nathan mendekat ke arah cucunya dan membelai rambut hitam milik Nathan. Walaupun Nathan anak kedua dan dirinya masih mempunyai Kakak perempuan namun tetap seorang laki-laki lah yang akan meneruskan perusahaan.
Semenjak kecil sekitar umur delapan tahun Nathan sudah mempunyai banyak kegiatan, dia mengikuti les sana-sini. Waktu bermainnya juga sangat singkat sekali. Selain itu Nathan sudah di latih untuk menjaga sikap.
Sampai dia remaja, Nathan bahkan mungkin tidak mengenal bagaimana itu kenakalan remaja yang biasa dilakukan remaja laki-laki pada umumnya. Seperti main game tanpa kenal waktu, balapan liar, atau dugem sampai malam.
"Nek, Nathan ke kamar dulu ya?" Pamit Nathan saat merasa bahwa tidak ada hal lagi yang Neneknya katakan.
"Iya cucuku, istirahatlah."
Pulang dari kuliah Nathan selalu berada di kamarnya, dia akan di sibukkan dengan membaca buku ataupun jika bosan dia akan melakukan kegiatan di luar rumah seperti berkuda yang merupakan olahraga favoritnya. Di kamarnya banyak sekali tumpukan buku-buku yang memang hal tersebut adalah keinginannya sendiri, dan merupakan salah satu hobinya juga.
Seperti saat ini seusai mandi, Nathan duduk di sofa kamarnya sambil membawa sebuah buku. Namun tak biasanya kali ini pikirannya tak fokus sama sekali dia pikirannya melayang kepada kejadian tadi di kampus. Ada hal yang mengganjal pikirannya. "Bagaimana kalau dia sampai bercerita kepada orang-orang tentang hubunganku bersama Elea." Nathan merasa cemas dengan tingkah mahasiswi yang tadi dia pergoki tengah menguping pembicarannya saat berduaan dengan kekasihnya.
"Kalau sampai Mama mendengar hal ini apa yang harus aku perbuat untuk Elea." Gelagat Nathan tampak gelisah sedari tadi saat dia mandi, sampai-sampai sekarang dia menghentikan aksi membaca bukunya.
Orang yang paling disiplin adalah Mamanya, wanita yang telah melahirkannya itu melarang anak laki-lakinya untuk membuat kekacauan dengan berita bahwa dirinya tengah berkencan dengan perempuan. Satu berita negatif yang keluar akan mempengaruhi saham perusahaan. Hal tersebut Mama lakukan karena dia tidak ingin suaminya menjadi uring-uringan akibat ulah anak laki-lakinya.
"Awas aja sampai ketemu dia lagi, aku nggak akan biarkan itu perempuan sampai lolos." Nathan kembali di kuasai oleh emosi, dia bahkan menandai bagaimana rupa gadis tersebut dalam otaknya.
Nathan sendiri hanya mengetahui bagaimana rupa gadis itu, dan dia tidak mengetahui lebih lanjut tentang siapa wanita itu ataupun dia berasal dari fakultas mana.
"Baru kali ini ada perempuan yang berani kabur dari aku!"
Laki-laki tersebut berbaring di sofa individu, memandang ke arah asal di kamarnya sambil memikirkan bagaimana caranya membuat gadis tadi bungkam. Sampai Nathan berpikir rela memberikan imbalan uang tutup mulut agar berita tersebut tidak sampai di telinga keluarganya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Aran
Aku suka banget sama karakter di dalam cerita ini, author jangan berhenti yaa!
2024-08-28
3