Berita mengenai Tiffani yang bakal menjadi calon dari penerus perusahaan SUN Group ketiga masih rame di bicarakan banyak kalangan. Tapi hal itu tak menyulutkan semangat Tiffani untuk tetap berangkat ke kampus untuk mengikuti dua mata kuliah.
Tak hanya itu dia juga ingin menemui kedua temannya dan menjelaskan sendiri perihal calon dari Nathan yang ternyata adalah dirinya. Tiffani keluar dari bus saat transportasi umum tersebut berhenti di halte dekat kampusnya.
Dia benarkan letak topi dan masker hitamnya yang sengaja dia pakai hari ini agar orang-orang tak mengenali siapa dirinya. Langkah kakinya membawa Tiffani masuk ke dalam area kampus.
Setelah menimbang-nimbang akhirnya Tiffani memilih untuk melepaskan topi dan maskernya. Alhasil Tiffani menjadi pusat perhatian dari orang-orang yang berjalan melewati dirinya tak hanya itu mereka juga saling berbisik satu sama lain.
Tak ingin ambil pusing Tiffani memilih untuk tak menggubris hal itu. Dia berjalan dengan percaya diri menuju gedung di kampusnya dimana kelasnya di adakan.
Ponsel yang berada di genggamannya dia nyalakan, Tiffani mengecek room chat grup yang berisi dia bersama kedua temannya.
Tiffani: Ayo nanti kita bertemu ada yang ingin aku jelaskan ke kalian
Tiffani: Maaf aku baru menjelaskan sekarang ke kalian
Sayangnya Tiffani tidak mendapatkan balasan dari Sandra maupun Talitha. Tiffani pun memilih menyimpan ponselnya kembali ke dalam tasnya. Tak di sangka pucuk di cinta ulam pun tiba, kedua temannya yaitu Sandra dan Talitha datang dari arah berlawanan. Melihat kehadiran kedua temannya mata Tiffani berbinar.
“Sandra... Talitha...” Panggil Tiffani sambil melambaikan tangannya.
Di sisi lain netra Sandra dan Talitha tentu melihat kehadiran Tiffani namun mereka malah memandang sinis ke arah Tiffani dan memilih untuk langsung masuk ke dalam ruang kelas tanpa memperdulikan kehadiran Tiffani. Melihat sikap kedua temannya tentu hati Tiffani merasa teriris, hal ini lebih menyakitkan bagi dirinya daripada mendengar omongan Nathan bahwa dia akan tetap menjalin hubungan dengan pacarnya Elea setelah menikah dengan dia.
Tiffani masuk ke dalam ruang kelas dengan perasaan sendu, sekali lagi dia memandang Sandra dan Talitha yang telah duduk di ruang kelas tanpa mengajak dirinya. Bangku pojok paling atas menjadi pilihan Tiffani, seharusnya hari ini bisa saja dia tidak masuk kuliah untuk menghindari tatapan dari orang-orang sekitarnya karena berita yang tengah rame tapi Tiffani tetap memaksa untuk masuk kuliah hanya untuk menjelaskan semua kepada Sandra dan Tiffani sekaligus memberikan undangan yang susah payah dia dapatkan setelah membujuk Nathan kemarin.
Sandra dan Talitha merasa di khianati oleh temannya, karena Tiffani sama sekali tidak memberitahunya akan hal ini. Tidak, Sandra dan Talitha sama sekali tidak cemburu jika Nathan malah menikah dengan Tiffani. Justru mereka sangat senang ternyata primadona kampus mereka menikah dengan seorang teman yang mereka kenal baik, yang keduanya mau mereka ingin agar berita ini Sandra dan Talitha ketahui dari mulut Tiffani bukan dari media, itulah kenapa mereka memilih mengabaikan Tiffani.
***
Setelah menempuh perjalanan 1 jam Bu Santi dan Rey tiba di bandara soekarno-hatta. Mereka sudah di jemput oleh suruhan kepercayaan mereka yang ada di Indonesia. Papan tulis putih berukuran kecil yang bertuliskan kedua nama mereka di angkat tinggi-tinggi oleh seorang pria yang berusia sekitar empat puluhan.
Santi membuka kaca mata hitamnya saat netranya menemukan sosok pria yang menjemput dirinya beserta Rey.
“Bagaimana Bu kabarnya?” Tanya pria tersebut saat menghampiri keduanya dan mengambil alih koper Santi lantas mereka berjalan menuju mobil yang sudah di siapkan untuk menjemput ibu dan anak itu.
“Seperti yang kamu lihat, aku sudah tidak sabar menanti hari ini untuk kembali ke Indonesia.” Pungkas Bu Santi.
Pria paruh baya tersebut berganti menoleh ke arah Rey. “Ya ampun Reymond kamu sudah besar ya? Terakhir kali Bapak lihat kamu masih segini.” Bapak tersebut menjelaskan kepada Rey bagaimana saat terakhir kali mereka bertemu waktu itu Rey masih kecil.
“Iya Paman, Paman bagaimana kabarnya?”
“Seperti yang kamu lihat juga, Paman baik.”
“Bagaimana apa Paman sudah menikah?” Tanya Rey.
“Belum, Paman belum ketemu yang pas.”
“Paman sebaiknya cepat menikah jangan terus-menerus melayani keluarga kami. Lihat Nathan saja sudah akan menikah.”
Pria yang dipanggil Paman tersebut tertawa. “Paman sudah lama berhenti untuk melayani keluarga kamu di Jakarta. Tapi saat Ibu kamu butuh bantuan ketika datang ke Indonesia tentu Paman siap membantu.”
Sesampai di mobil, Rey membantu Paman untuk memasukkan koper ke dalam bagasi mobil. Sedangkan Bu Sarah dari tadi sudah masuk ke dalam mobil lebih dahulu. Setelah semua siap, Paman langsung duduk di kursi kemudi dan melajukan mobil.
“Kita langsung ke apartemen ya Bu?”
“Iya Pak. Rey kita ke apartemen saja. Besok kita langsung menyapa mereka di pernikahan Nathan.” Hal ini sudah Bu Santi persiapkan yaitu menyapa keluarga dari suaminya itu di acara penting yang diadakan keluarga Yudistira.
“Iya Bu.” Rey menjawab dan menurut.
Dia memilih memandang ke arah luar jendela mobil, sudah lama sekali Rey tidak mengunjungi Indonesia dia sungguh merindukan negara ini beserta makanannya. Tak hanya itu saja Rey juga rindu kepada Nenek dan juga Nathan yang merupakan teman mainnya semenjak kecil.
***
Pulang ke rumah Tiffani merasa nelangsa, keluarganya yang menyambut suka cita akan pernikahannya yang di jalankan besok. Sementara dia yang tampak tak bersemangat melewati keluarganya begitu saja yang sibuk mencoba pakaian.
Di dalam kamar Tiffani kembali mengambil ponselnya dan melihat room chat grup yang masih tidak mendapatkan balasan dari kedua temannya. Alhasil Tiffani pun mengirimkan link undangan online.
Aku harap kalian bisa datang, maaf aku tidak menjelaskan hal ini kepada kalian. Tapi aku sungguh berharap kalian bisa datang
Tiffani mengirim pesan tersebut. Dia ambil kembali undangan yang dia dapatkan dari Nathan kemarin. Terdapat nama dirinya dan Nathan di undangan tersebut, rasanya aneh tapi sedih yang dia rasakan karena pernikahan akibat perjodohan ini rasanya sudah hilang digantikan oleh rasa sedih karena Sandra dan Talitha menghindari dia.
Dari arah luar kamar terdengar ketukan pintu, selanjutnya Bara datang dan pamer setelan jas yang dia kenakan kepada kakak perempuannya.
“Kak lihat, ini pertama kalinya aku pakai jas mahal. Bagaimana? Aku ganteng kan?” Bara bertanya bersemangat di depan Tiffani yang tak bergairah menyahuti adiknya sama sekali.
Pak Dion juga ikut menyusul ke kamar anak perempuannya. Dia dapat merasakan kesedihan yang terpampang di raut wajah putrinya.
“Maafkan ayah karena ayah tidak bisa menjadi ayah yang baik buat kamu.” Pak Dion yang duduk di sebelah Tiffani mengungkapkan hal itu.
“Ayah... kakak tentu bahagia menikah dengan keluarga kaya, karena itu impian kakak sejak dulu.” Sahut Bara menyahuti ucapan ayahnya.
“Sudah sudah sana kamu keluar dulu, ganti baju jas itu belum di setrika sama Ibumu.” Marah Pak Dion dan menyuruh anak laki-lakinya pergi.
Setelah kepergian adiknya, Tiffani memandang ke arah ayahnya. Air mata jatuh mencelos begitu saja membasahi pipi Tiffani. Pak Dion yang tak tahan melihat anaknya langsung memeluk Tiffani dan menepuk-nepuk punggung putrinya.
“Maafkan ayah Tif, ayah hanya bisa berharap kamu bahagia dengan pernikahan ini. Kamu jalani saja dulu ya? Karena ayahmu yang tidak becus ini kamu jadi menerima perjodohan ini.”
Tiffani yang menjadi-jadi dan menangis sesenggukan di dalam pelukan ayahnya. “Tidak yah... ini salah Tiffani, seharusnya Tiffani menjelaskan ini semua kepada Sandra dan Talitha lebih dulu.”
Arah pembicaraan ayah dan anak itu berbeda arah. Pak Dion kira Tiffani sedih karena menangisi perjodohannya namun ternyata Tiffani tengah sedih lantaran sikap kedua temannya yaitu Sandra dan Talitha yang menjauh dari dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments