Zayn kembali ke rumahnya, dan mama Davina telah menunggunya di ruang tengah.
"Duduk Zayn, mama pengen ngobrol sama kamu," tutur mama Davina yang sudah duduk di sofa ruang tengah.
"Ngobrol apa Ma, papa mana?" Zayn melepas jaketnya dan menaruhnya di lengan sofa kemudian duduk di samping sang mama.
"Papa ada meeting di luar," sahut mama Davina.
"Eh, Zayn, Yura cantik ya Zayn," ucap mama Davina dengan tersenyum lebar, rupanya mama Davina sangat menyukai Yura.
"Iyalah Ma, perempuan pasti cantik," sahut Zayn.
"Bukan gitu, mama sama papa senang aja kamu berteman sama dia, tapi kelihatannya kamu suka ya sama dia?" mama Davina to the point' banget.
"Emang kelihatannya gimana?" tanya Zayn balik.
"Kamu tiga tahun ngikuti dia pulang sekolah, di belain naik angkot yang bukan jurusan ke rumah kamu, apa namanya kalau bukan suka," kata mama Davina, seraya menyeruput teh hijau dari cangkirnya.
"Kelihatan ya kalau aku suka dia?" tanya Zayn.
"Tatapan mata kamu ke dia, itu kelihatan banget kamu pengen menyayangi dan mengayomi dia," sahut mama Davina.
Zayn hanya menunduk, sambil memainkan kunci motor sportnya.
"Kamu udah bilang sama dia?" tanya mama Davina.
Zayn mengangguk...
"Terus apa katanya? Dia terima?" mama Davina penasaran.
"Aku ga mau maksa dia sih ma, yang penting dia tahu perasaan tulus aku, aku minta pastikan perasaan dia dulu, sebenarnya aku takut kita jadi ga nyaman temenan lagi, aku juga takut dimarahin papa," ucap Zayn lesu.
"Iya sih kalau tahu kamu pacaran, besok pasti dinikahin kamu sama Yura," ucap mama Davina, pasalnya papa Reza adalah seorang muslim yang taat, tidak mungkin membiarkan putra satu-satunya berbuat kemaksiatan dengan pacaran.
"Iya itu, tapi aku ga bisa pisah dari Yura, aku malah pengen biayain kuliah Yura di luar negeri nanti bersamaku, aku ga bisa kalau Yura ga ikut, aku pengen terus sama Yura Ma," ucap Zayn.
"Bucin kamu ya Zayn, haha," mama Davina malah tertawa.
"Ma, jangan diketawain dong," Zayn manyun jadinya.
"Kamu sesuka itu sama Yura?" tanya mama Davina. Zayn mengangguk.
"Kamu serius pengen ngajak Yura dan biayain kuliahnya di luar negeri?" tanya mama Davina. Zayn mengangguk lagi.
"Penghasilan aku udah lebih dari cukup buat kami berdua kuliah," sahut Zayn. Pasalnya sejak duduk di bangku SMP Zayn telah diberikan saham oleh papa Reza dan Zayn telah mengelola beberapa kafe juga distro pakaian miliknya sendiri.
"Coba nanti mama bicarakan sama papa, tapi kalau papa kayanya ga setuju kamu sama dia di luar negeri berdua, kecuali kalian nikah dulu," ucap Mama.
"Apa??" Zayn sangat terkejut dengan ucapan mamanya.
"Ga siap buat nikah? Kamu dan Yura memang masih muda, tapi kalian sudah dewasa kan?"
Zayn terdiam sejenak, memikirkan ucapan sang mama tadi, dan memang benar mereka harus menikah jika ingin berdua keluar negeri.
"Entah lah Ma, aku bingung, aku ga sanggup kalau ga sama Yura, tapi kalau menikah, ah.... dia saja belum tentu mau denganku," Zayn mengusap mukanya kasar.
Sementara Yura berdiam di kamar, duduk di depan meja rias, memandang pantulan dirinya di cermin.
'Apa yang harus aku lakukan, aku dan Zayn berteman begitu lama, dan bila dekat masing-masing, bisa menjadi diri sendiri, tanpa harus berpura-pura baik, sudah saling hafal tabiat masing-masing,'
"Drrrt...drrt.." ponsel Yura bergetar, rupanya ada panggilan telpon dari Zayn.
"Halo Zayn," sapa Yura.
"Assalamualaikum Ra,"
"Waalaikumussalam, apa Zayn?"
"Itu Ra, tadi kan Vanya telpon, dia ngajak bareng ke acara OSIS, itu serah terima jabatan dan pelantikan anak OSIS baru, acaranya sepulang sekolah, besok itu kita pulang jam sepuluh pagi, dan rencananya aku antar kamu pulang, terus balik lagi buat jemput Vanya di sekolah," tutur Zayn.
"Kenapa bilang ke aku?" tanya Yura. Terbayang wajah tampan Zayn yang kata penggemarnya mirip mas Dylan Wang.
"Ya, aku ga pengen berpikir macem-macem pas aku bonceng Vanya nanti," sahut Zayn, dia juga lagi terbayang wajah cantik Yura yang mirip mbak Lusi Zhao.
"Itu terserah kamu aja," ucap Yura.
"Berarti kamu ga pa pa ya, oke aku besok pagi jemput kamu buat ke sekolah,"
"Ehm, iya Zayn... Tapi,"
"Tapi apa Ra?" tanya Zayn.
"Zayn kasih waktu aku berpikir lagi tentang yang kamu bilang tadi sore," ucap Yura.
"Iya, baiklah, kamu cepet tidur,"
"Hmm, kamu juga," ucap Yura yang kini sudah ada di pembaringan.
"Iya Ra, aku tutup dulu ya, mimpi indah Yura cantik," Zayn mengakhiri panggilan telpon itu.
Yura tersenyum sendiri mendengar kata terakhir yang diucapkan Zayn tadi.
***
Keesokan harinya Zayn telah menunggu Yura di rumahnya. Zayn ada di garasi yang dijadikan tempat memasak masakan katering bunda Rosa.
"Bikin apa Tan?" tanya Zayn yang memang sudah akrab dengan bunda Rosa, sejak dulu dia sering main atau belajar kelompok di rumah Yura.
"Salad sayur, kamu mau? Tante bawain ya buat kamu sama Yura makan di sekolah," ucap bunda Rosa.
"Boleh Tan," sahut Zayn.
"Yura mana sih, lama banget dandannya, kaya mau nge date aja, kamu kok tumben bawa motor Zayn?" tanya Bunda Rosa yang kini menyiapkan bekal untuk Yura dan Zayn.
"Yura belum cerita sama Bunda?" tanya Zayn.
"Dia sih cuma cerita habis dari rumah kamu katanya, dia tau kamu anak orang kaya, tapi gak nyangka dia kalau kamu sekaya itu, hehe, Yura Yura..."
"Tapi dia ga kelihatan bete gitu kan Tan?" tanya Zayn.
"Ehm... Gak sih, biasa, tetap ceria seperti Yura yang biasanya, eh iya Zayn, kamu habis ini lanjut kuliah dimana?" tanya bunda Rosa.
"Pengen ke Inggris Tan, Yura boleh ga aku ajak kuliah ke sana?"
"Duitnya siapa sih Zayn buat Yura kuliah di sana, Tante belum mampu buat biayain," ucap Bunda Rosa yang juga menuang jus buah naga pada dua botol minum.
"Uang aku Tante, selama ini aku punya penghasilan sendiri, in syaa Allah sangat cukup buat kuliah kita berdua," jawab Zayn.
Bunda Rosa selesai mengemas bekal untuk mereka, dan menyerahkan tas bekal itu pada Zayn. Ia menatap wajah Zayn, entah bagaimana bunda Rosa bingung menghadapi Zayn.
"Tante gak tau musti jawab apa Zayn, kalian sekolah dulu aja,"
"Bundaa..." panggil Yura yang telah keluar kamar.
"Ngobrol apa sih sama Zayn, kek serius banget," tanya Yura setelah melihat wajah keduanya.
"Kamu tuh lama banget dandannya, kaya mau ketemu pacar aja," ucap bunda Rosa. Yura jadi memerah pipinya karena malu, secara tidak sadar Yura ingin terlihat cantik di depan Zayn.
Dan ketika melihat Zayn, Yura merasa Zayn bertambah tampan, 'astaga Zayn, kenapa Lo tambah cakep aja sih,' batin Yura.
Dan keduanya berangkat ke sekolah dengan motor sport Zayn.
"Pegangan Ra!!" ucap Zayn ketika semakin kencang membawa motor, tentu saja karena mereka hampir telat masuk sekolah. Dan Yura mengeratkan pelukannya, yang membuat Zayn tersenyum-senyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments