Rumah Zayn?

"Lo ga pa pa kan Ra?" tanya Zayn setelah keduanya keluar dari bus itu. Beruntung para penumpang hanya mengalami luka ringan saja. Dan ternyata bus yang menabrak mereka karena mengalami rem blong.

"Ga pa pa, makasih ya Zayn udah nangkap gue tadi, lo ga pa pa kan?" tanya Yura balik.

"Ga pa pa, terus gimana sekarang?" tanya Zayn.

"Kita jalan aja yuk, halte SMP satu udah kelihatan tuh," tunjuk Yura.

"Kita ga naik taksi aja Ra?" tanya Zayn. Yura tetap bergeming, naik taksi jelas jauh lebih mahal dari pada angkot.

"Langit dah mulai gelap nih Ra, bentar lagi pasti hujan," ucap Zayn. Langit memang mulai mendung dan terdengar suara petir di kejauhan, Yura sebenarnya juga takut hujan dan gelap di luar rumah, tapi apa boleh buat, dia hanya bisa menunggu angkot lewat.

"Zayn, gua takut, ini gelap banget mendungnya, mana ponsel aku mati lagi, bunda pasti khawatir," cicit Yura sesampainya mereka di halte.

Hujan mulai turun, Yura mengeluarkan payung dari dalam tasnya. Lalu menghalau air hujan yang terkena dirinya juga Zayn.

"Drrrt...drrrt.." ponsel Zayn bergetar, rupanya sang Mama yang menelpon.

"Halo Ma," sapa Zayn.

"Kamu dimana Zayn, kok belum pulang, pak Min bilang kamu lagi sama teman," ucap sang mama di seberang.

"Iya, aku di halte SMP satu mah, lagi nunggu angkot lewat, ini aku sama Yura," sahut Zayn.

"......"

"Ehm, baik Ma," ucap Zayn mengakhiri panggilan telpon itu.

"Ra, gue mau ngomong sesuatu, tapi lo janji jangan marah ya, aku pasti nanti bakal jelasin semuanya ke elo," ucap Zayn setengah berteriak karena hujan sangat deras disertai angin kencang.

"Apa? Bilang aja Zayn," ucap Yura.

Ketika sudah agak reda, Zayn mulai bicara.

"Sebenarnya rumah gue dekat sini Ra, tadi mama telpon, suruh ngajak lo pulang ke rumah gue, sambil nunggu hujan reda, terus nanti gue anterin loe pulang, sekalian nge cas hp kamu," tutur Zayn.

"Rumah elo yang mana?" tanya Yura.

"Itu Ra," Zayn menunjuk ke arah rumah megah berhalaman luas yang terletak di jalan utama dekat SMP satu itu.

"Elo kalau bercanda jangan kebangetan dong Zayn, gak lucu tau," ucap Yura ga percaya kalau rumah Zayn memang di situ.

"Gue serius Ra, itu rumah ortu gue," sahut Zayn.

Dan akhirnya Yura setuju dengan ajakan Zayn, mereka berdua satu payung, tentu saja tubuh mereka tetap basah kuyup karena hujan masih lumayan deras.

Dalam perjalanan, Yura terdiam dia berpikir, mengapa selama ini Zayn selalu pulang naik angkot bersamanya, padahal Zayn bisa turun di sini, dan mengapa Zayn selalu turun setelah Yura turun.

Mereka tiba di rumah yang tadi ditunjukkan Zayn. Satpam rumah yang berjaga di pos satpam depan segera menghampiri Zayn dan Yura yang tengah berjalan.

"Den Zayn, ini payungnya, sepertinya yang itu kekecilan kalau untuk berdua," ucap pak Satpam.

Zayn segera menukar payung Yura dengan payung yang dibawakan satpam itu.

"Makasih Pak Din, tolong payung yang itu disimpan dulu, itu punya teman saya," ucap Zayn.

Yura yang sebelumnya ragu-ragu bahwa ini adalah rumahnya Zayn, menjadi yakin setelah mendengar percakapan Zayn dengan satpam itu, pak satpam itu juga terlihat sangat menyegani Zayn.

Dan mereka tiba di teras rumah Zayn. Zayn menaruh payung, dan menggandeng tangan Yura.

"Kita basah kuyup, lewat garasi aja ga pa pa ya Ra," ucap Zayn. Yura hanya mengangguk dan berjalan mengikuti Zayn.

Yura terperangah dengan apa yang dilihatnya di dalam garasi itu, satu unit mobil sport warna hitam, satu unit land Rover warna hitam juga, dan satu unit mobil CRV berwarna putih, dua motor matic dan satu motor sport.

"Zayn..." ucap Yura yang menghentikan langkahnya.

Zayn berbalik melihat ke arah Yura yang ada di belakangnya, Zayn tahu seribu tanya yang ingin Yura katakan.

"Nanti gua jelasin, kita masuk dulu, jangan sampai masuk angin," ucap Zayn.

Yura kembali berjalan mengikuti Zayn, dia ingin segera mengisi daya ponselnya agar bisa segera memberikan kabar pada sang bunda.

"Assalamualaikum," ucap Zayn ketika membuka pintu yang terhubung dengan ruang tengah rumah itu.

"Waalaikumussalam, akhirnya datang juga Zayn," sahut mama Davina yang sudah menunggu mereka sejak tadi.

Zayn menerima handuk dari sang mama dan membaginya dengan Yura. Mereka segera memakai handuk itu di atas kepala layaknya kerudung, karena rambut mereka basah.

Zayn mencium punggung tangan mama Davina.

"Ini Yura Ma," ucap Zayn mengenalkan Yura pada mama Davina.

Yura segera mencium punggung tangan mama Davina dan memperkenalkan dirinya.

"Yura," ucapnya.

"Ma syaa Allaah cantiknya Yura, kalian pasti lapar, sana ajak Yura ganti baju Zayn, biar bajunya dikeringin Bu Asri, kalian basah semua, jangan sampai masuk angin, mama siapin makan ya," ucap mama Davina.

"Yura ga pakai baju mama aja?" tanya Zayn.

"Pinjamkan kaos kamu Zayn, kalau pakai baju mama, yang ada nanti dia kaya ibu-ibu, kan sayang cantiknya, udah sana bawa ke kamar kamu," ucap mama Davina.

Zayn hanya menuruti perintah sang Mama, dan membawa Yura menuju bangunan di sebelah rumah induk, Zayn membuka pintu dan tidak menutupnya lagi karena sedang bersama Yura.

"Ini kamar loe?" tanya Yura. Kamar itu mirip paviliun dari rumah induk.

"Iya maaf ya, agak berantakan, eh ponsel elo, dicas di situ Ra," ucap Zayn. Dan dia segera menuju walk in closet dan mencari baju yang cocok untuk tubuh mungil Yura.

"Lo ganti di kamar mandi Ra," ucap Zayn seraya menyerahkan kaos dan celana buat Yura.

"Bentar gue kabarin bunda dulu," Yura mengirim pesan pada bundanya.

Lalu Yura memeriksa baju yang dibawakan Zayn tadi.

"Kaos oke, terus celana...ha..Zayn ini celana renang," Yura menjembreng celana renang selutut punya Zayn.

"Iya, emang celana renang Ra, habisnya kalau elo pakai celana gue yang ada melorot, tubuh elo mungil banget Ra," ucap Zayn. Jelas saja ukuran mereka jauh berbeda, Zayn dengan tinggi 183cm dan Yura hanya 160cm, tentu Yura terlihat mungil jika dekat Zayn.

Yura telah berganti baju dengan pakaian Zayn. Terlihat Yura seperti dimakan baju. Zayn tersenyum melihatnya.

"Bener Zayn, baju Lo gede banget," ucap Yura.

"Sini gue keringin rambut Lo," pinta Zayn yang tengah mengeringkan rambutnya dengan hair dryer.

Yura duduk di depan meja rias dan Zayn berdiri mengeringkan rambut Yura.

"Zayn, Lo masih berhutang penjelasan sama gue," ucap Yura.

"Iya, ntar setelah makan bakal gue jelasin," sahut Zayn yang masih sibuk dengan hair dryer dan sisir di tangannya.

"Zayn, skincare lo banyak banget, pantesan muka Lo bening, lha gue aja yang cewek, cuma pakai sunscreen, itu pun kalau inget," Yura melihat produk perawatan kulit tertata rapi di atas meja rias itu.

"Mama yang beliin Ra, kalau hari libur Lo ke sini, kita maskeran bareng," ucap Zayn.

Dan dari tepi pintu ada yang mengamati percakapan mereka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!