Pernyataan Zayn

"Den Zayn, Mba Yura, dipanggil nyonya buat makan," ucap Bu Asri di depan pintu kamar Zayn yang terbuka lebar.

"Iya Bu, eh iya tolong keringin baju Yura ya, yang digantung itu, pakai hair dryer ini ga pa pa Bu," pinta Zayn. Dan Bu Asri mengangguk paham.

Yura membiarkan rambutnya yang setengah kering terurai, dan ia berjalan mengikuti Zayn ke ruang makan. Dan Yura sangat terkejut, rupanya papanya Zayn juga ada di sana.

"Pa, Ma," sapa Zayn.

"Duduklah, makan," ucap papa Reza.

"Pah kenalin ini Yura, teman sekolah aku," ucap Zayn sebelum duduk.

"Hai Om," sapa Yura.

"Hai Yura, duduklah, makan, Om sama Tante tadi sudah makan, kami ingin sedikit berbincang dengan kalian," ucap papa Reza.

Yura sangat mengenal papa Reza, siapa penduduk kota itu yang tak kenal Reza El Amin, pengusaha yang punya mall kota, hotel, pabrik kosmetik, supermarket, bahkan rumah bersalin tempat bunda bekerja. Dan terkejut nya Yura karena Reza El Amin adalah papanya Zayn Dannish El Amin. Kenapa ga kepikiran kalau nama belakang mereka sama.

'Awas aja kamu Zayn, kenapa aku kaya orang yang bego banget di depan kamu, karena ga tau siapa kamu,' gerutu Yura di dalam hati.

"Yura rumahnya mana?" tanya mama Davina.

"Jalan Anggrek Tante," sahut Yura.

"Oh, di sana, lumayan jauh ya dari sini, tapi tiap pulang sekolah Zayn juga bareng pulang sama kamu ya," tutur mama Davina.

"Tapi sebenarnya saya ga pernah minta Zayn pulang bareng naik angkot sama saya Tante, Om," cicit Yura.

"Eh, bukan itu maksud saya, kamu jangan marah sama Zayn ya, dia tulus berteman sama kamu, dan ga bermaksud menipu kamu atau apa, Zayn itu semenjak masuk SMA bilang pengen rahasiakan tentang keluarganya, orang tuanya, rumahnya, soalnya dulu itu, tiap punya teman taunya cuma mintain duit Zayn terus, kalau ga dikasih ga mau temenan, makanya pas SMA itu, dia pengen cari teman yang tulus sama dia, dan dia cerita kalau sekarang dia lebih gampang berteman dengan siapa aja, terutama kamu Yura, dari kelas X kalian sudah berteman baik kan," tutur mama Davina mencoba menjelaskan keadaan Zayn.

"Iya Tante," sahut Yura.

"Orang tua kamu kesibukannya apa Yura?" tanya papa Reza.

"Papa sudah lama meninggal, kalau Mama, ahli gizi di rumah bersalin Melinda, dan buka katering makanan sehat," jawab Yura.

"Lho, sudah lama kerja di Melinda?" tanya papa Reza.

"Sejak sebelum menikah sih Om," sahut Yura.

"Wah, berarti itu pas kita baru buka rumah bersalin," ucap papa Reza.

"Katering makanan sehat, Tante juga langganan, apa namanya katering bunda kamu? Tante pengen nyoba juga,"

"Katering Rose, nama bunda saya Rosalina, sekarang lagi ngembangin ke Snack sehat juga," sahut Yura.

"Oh iya bener, itu langganan tante, itu tadi Tante baru makan, masakannya enak, kapan-kapan Tante pengen main ke rumah kamu ya, pengen lihat masakannya,"

Zayn merasa lega karena Yura dan orang tuanya terlihat nyaman berbincang.

Setelah makan, Zayn dan Yura kembali ke kamar Zayn. Mereka ngobrol di sofa sambil makan kacang.

"Udah jelas kan semuanya," ucap Zayn.

"Iya sih, gue dulu sebenarnya tahu kalau lo anak orang kaya, tapi gue pikir ga sekaya ini, Lo bisa kan ke sekolah naik motor atau mobil, kenapa juga mau panas-panas berdesakan di angkot coba, pakai ga mau turun sebelum gue turun, ngapain coba?"

"Udah kebiasaan Ra, udah biasa sama elo, terus tiba-tiba kita ga bareng tuh aneh rasanya, ingat ga pas elo sakit, gue belain pulang sekolah naik angkot ke rumah Lo," Zayn mencari alasan.

Entah mengapa hati Yura tergetar mendengar penuturan Zayn.

"Mulai besok gue jemput elo dan anterin loe pulang sekolah ya, ga ada penolakan," ucap Zayn, 'Hah anter jemput, kenapa aku jadi seneng banget rasanya,' batin Yura.

"Eh ada telpon," ucap Zayn, Yura sekilas melihat di layar hp Zayn tertulis nama Vanya.

"Halo Van," sapa Zayn.

"...."

"Oh iya, tapi ga tau besok ya bisa bareng apa gak,"

"...."

"Oke, yuuk," Zayn mengakhiri panggilan telpon itu.

Yura diam gak ingin bertanya tentang apa yang mereka bicarakan.

"Jadi besok pagi gua jemput elo ya, mau naik motor apa mobil?" tanya Zayn.

"Terserah loe," sahut Yura dan wajahnya berubah masam tanpa dia sadari.

"Kenapa manyun sih Ra? Ada yang salah?" tanya Zayn. Yura menggeleng, lalu menunduk.

'Masa iya aku cemburu...' batin Yura.

'Aku sama Zayn cuma temenan, apa hak ku buat cemburu,'

"Udah sore, hujan udah reda, aku anterin kamu pulang ya," ucap Zayn.

"Iya Zayn, elo manggil apa tadi? Kamu?" tanya Yura.

"Ehm, iya aku pengen ganti jadi aku kamu manggilnya, udahlah kapan-kapan kita bicarakan lagi, sekarang kamu ganti baju, atau kamu mau pakai itu aja ga pa pa, aku antar pulang, bunda pasti udah nungguin,"

Kalau tidak ingat bunda di rumah, Yura pasti mengejar Zayn sampai Zayn mau bilang alasan dia mau panggil aku kamu, bukan gue Lo lagi.

Yura melipat baju seragamnya dan memasukkan ke dalam tasnya.

"Nih pakai jaket aku, di luar dingin," ucap Zayn, dan Yura hanya diam menurut saja.

Setelah berpamitan pada orang tua Zayn, mereka menuju garasi.

"Kita naik motor ya Ra, nih pakai," ucap Zayn seraya memakaikan helm cute warna dusty pink pada kepala Yura.

"Helm siapa Zayn? Masih baru juga,"

"Helm kamu, aku udah lama beliin, sebenarnya udah lama banget pengen bonceng kamu naik motor, tapi baru kali ini datang kesempatan nya," ujar Zayn.

Yura terdiam, apa sebenarnya maksud Zayn...

"Naik Ra," ucap Zayn setelah dia naik motor sport itu terlebih dahulu. Yura menurut saja.

"Pegangan ya, aku kenceng bawa motornya,"

Yura melingkarkan tangannya di pinggang Zayn dan Zayn melajukan motor itu. Sepanjang perjalanan, Yura memeluk erat Zayn, entah kenapa dia merasa nyaman dekat dengan Zayn.

Sesampainya di depan rumah Yura, Zayn membuka helmnya.

"Ra, tunggu," ucapnya menghentikan langkah Yura yang akan masuk rumah.

"Kamu dengerin aku dan jangan potong kata-kata aku," ucap Zayn. Yura mengangguk menyanggupi permintaan Zayn untuk mendengarkan.

"Lihat aku, aku suka sama kamu, entah sejak kapan, aku gak tahu, yang jelas aku sayang banget sama kamu dan ga pengen kamu jalan sama cowok lain, kamu gak perlu jawab sekarang, kamu pikirkan aja dulu, pastikan perasaan kamu, hubungi aku jika kamu mau kita jadian, dan kalau pun kamu menolak, aku harap kita bisa tetap berteman seperti sekarang dan kemarin-kemarin," tutur Zayn.

Yura berkaca-kaca matanya, dan mengangguk paham.

"Akan aku pikirkan, kamu hati-hati pulangnya," ucap Yura lalu masuk ke dalam rumah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!