Teman Tapi Menikah

Teman Tapi Menikah

Pulang Sekolah Bersama

Yura mengerjakan ujiannya dengan tenang, hari itu ujian semester satu, dia duduk di kelas XII SMA sepuluh. Seperti biasa, Zayn duduk di sebelahnya.

Dari kelas IX sampai sekarang, mereka duduk sebangku, baik waktu mata pelajaran biasa maupun ketika ujian, bahkan ketika praktikum pun, mereka duduk satu kelompok, karena nama mereka berdua berdekatan, Yura Zivanna dan Zayn Dannish El Amin.

"Ra, nomor sepuluh udah?" tanya Zayn dengan berbisik.

"Apaan sih, jawab sendiri," bisik Yura jutek.

"Pliss Ra, ntar gua traktir jajan deh," bisik Zayn.

"Yura...Zayn!!!" ucap pak Budi yang melihat dan mendengar mereka berisik.

Mereka berdua segera diam menutup mulut. Dan Zayn hanya bisa pasrah dengan hasil ujiannya nanti.

Dan ketika bel berbunyi, semuanya mengumpulkan lembar jawaban dan soal ke meja guru.

Kalau yang lainnya membahas soal yang baru mereka kerjakan, maka Yura dan Zayn memilih untuk meninggalkan sekolah, karena ujian sudah selesai.

"Naik apa Ra?" tanya Zayn.

"Angkot lah apa lagi," jawab Yura.

"Masih jam segini, temenin gue ke warnet yuk, pengen lihat-lihat kampus," pinta Zayn.

Yura melihat jam di pergelangan tangannya, masih menunjukkan pukul sepuluh pagi. Yura berpikir sebentar, palingan di rumah juga sepi karena sang bunda masih bekerja.

"Okelah, tapi gue ga bawa duit Zayn, cuma tinggal buat ongkos pulang," ucap Yura.

"Udah, tenang aja, gue bayarin, sama es jeruk juga dah buat elu," sahut Zayn.

Keduanya berjalan ke warnet yang tak jauh dari sekolah mereka. Yura duduk di salah satu bilik dengan komputer layar cekung dan menyalakan cpu.

"Bentar gua pesen minuman dulu," ucap Zayn yang meletakkan tas di sofa dekat Yura dan tak lupa mengambil ponselnya.

Zayn mengirim pesan kepada seseorang, mengabarkan bahwa ia akan pulang nanti bersama temannya.

"Ini Ra, makan dan minum dulu," ucap Zayn yang meletakkan nampan berisi dua gelas es jeruk, sepiring kentang goreng, dan dua tusuk sosis bakar jumbo.

"Banyak banget Zayn, tau aja gua laper," ucap Yura yang berbinar matanya melihat makanan dan minuman di depannya.

"Makan Ra," ucap Zayn yang duduk di samping Yura, karena itu sofa agak besar, yang muat untuk dua orang, namun mereka jadi sangat berdekatan duduknya.

Zayn segera membuka situs web kampus-kampus yang ingin ia lihat. Dan sekarang ia melihat salah satu kampus terkenal di Inggris.

"Kayanya bagus banget kampus ini Ra, kamu mau kuliah di sini?" tanya Zayn.

Yura yang masih sibuk makan, melihat ke arah monitor.

"Bagus banget Zayn, tapi gak mungkin lah, Bunda pasti berat banget biayain, mau ke kampus negeri di indo aja lah, nyari beasiswa juga," sahut Yura, Yura sangat tahu sang Bunda berjuang sendirian membesarkan dan menyekolahkannya, karena sang ayah telah meninggal sewaktu Yura masih bayi.

"Kalau ada yang bayarin mau kuliah di kampus ini?" tanya Zayn.

"Ya maulah, tapi, siapa juga yang mau bayarin gua?" sahut Yura dan melanjutkan makannya.

"Kalau kuliah di luar negeri gitu, boleh ga sih pakai jilbab?" tanya Yura.

"Boleh, emang elu mau pakai jilbab?" tanya Zayn balik.

"Gua sudah pengen dari sekarang," sahut Yura.

"Lalu kenapa sekarang ga pakai?" tanya Zayn.

Yura merapikan kuncir rambutnya, dan membuang nafas berat.

"Udah mau lulus Zayn, kasihan bunda kalau aku minta ganti seragam sekarang, dipakainya juga sebentar lagi," sahut Yura.

"Oh..." Zayn mengangguk-angguk.

"Eggh..." Yura kenyang hingga bersendawa. Sedekat itu pertemanan mereka, hingga mereka bisa saling menjadi diri sendiri tanpa harus berpura-pura atau sungkan.

"Beuh anak perawan sendawanya kenceng banget," celetuk Zayn.

"Alhamdulillah, kenyang, makasih Zayn, pindah sini Zayn, ganti kamu yang makan," dan mereka bertukar posisi.

Zayn masih melihat-lihat website kampus itu sambil sesekali mengambil kentang goreng di sebelah kanannya, dan tak terasa makanan sudah habis, es jeruk juga sudah tandas.

Namun Zayn baru sadar kalau Yura dari tadi tidak bersuara, iya, Yura tidur di sebelahnya.

"Ni bocah habis makan molor," ucap Zayn.

Diam-diam Zayn memandangi Yura yang masih terpejam matanya. Bulu mata yang panjang dan lentik, wajah ayu Yura.

'Cantik banget kamu Ra..' batin Zayn.

Zayn sengaja membiarkan Yura tidur, karena Zayn tahu Yura sangat lelah, semalam waktu mereka bertukar pesan, Yura bilang ia sedang membantu bundanya mempersiapkan bahan untuk pesanan katering.

Tak terasa sudah pukul satu siang, Zayn membangunkan Yura karena mereka belum sholat dhuhur.

"Ra, bangun Ra, sholat yuk, belum sholat nih," ucap Zayn sambil menggoyang pelan lengan Yura.

Yura pun mengeriyipkan matanya, mengambil botol minum dari tas nya dan meneguk isinya.

"Jam berapa Zayn?" tanya Yura yang masih sangat mengantuk.

"Jam satu, ke masjid yuk, habis itu kita pulang, mau nonton bulu tangkis di tivi," ucap Zayn.

"Yuk ah," dan mereka meninggalkan warnet itu dan menuju masjid yang letaknya tak jauh dari situ.

Mereka berdua sholat, dan Yura selesai lebih dulu, ia memakai sepatunya dan menggendong tasnya kemudian duduk di tangga masjid yang paling bawah menunggu Zayn.

Tak berselang lama kemudian, Zayn keluar dari masjid, Yura melihat wajah Zayn lebih cerah setelah terkena air wudhu.

'Gila, lu ganteng juga Zayn, pantesan banyak yang naksir elu, terus pada labrak gue karena nyangka kita pacaran,' batin Yura.

"Ra, ngelamun apa sih, awas kesambet lho," ucap Zayn membuyarkan lamunan Yura.

"Hah?" Yura beberapa kali mengerjapkan matanya.

"Kenapa? Liat orang ganteng biasa aja dong," ucap Zayn menggoda Yura.

"Dasar narsis lu, ayo buruan pulang," Yura berjalan meninggalkan Zayn.

"Ra tungguin dong, masa ditinggal sih," Zayn berlari mengejar Yura setelah berhasil memakai sepatunya.

Sampai di halte mereka mendengar kabar bahwa angkot yang biasa mereka tumpangi lagi ga jalan karena supirnya pada demo.

"Kenapa sih demonya sekarang, kenapa ga pas libur sekolah aja, kan jadi susah pulangnya," gerutu Yura.

"Sabar Yura, kita naik...." belum selesai Zayn bicara Yura menggandeng tangan Zayn untuk naik bus kota yang akan lewat halte berikutnya.

"Emang bisa pakai bus ini?" tanya Zayn.

"Ini ke halte dekat SMP satu sana, nanti oper angkot lagi," sahut Yura. Zayn terkejut mendengar jawaban Yura, namun mereka telah naik bus itu dan berdiri karena bus itu sangat penuh.

Tiba di pertigaan kantor pos besar, Yura melihat dari arah belakang ada bus besar yang berjalan sangat cepat.

"Zayn itu bus di belakang, kenapa jalannya cepet banget, aku takut," bisik Yura pada Zain yang berdiri di sebelahnya.

Dan...

"Bruuaakkk!!!!" bus besar itu menabrak bagian belakang bus yang ditumpangi Zayn dan Yura.

Zayn memeluk erat Yura dan mereka bersama penumpang lain jatuh terpental.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!