Zayn dan Yura tiba di parkiran sekolah. Zayn membantu Yura turun dari motor serta melepaskan helm dari kepala Yura.
"Makasih Zayn," ucap Yura.
Kemudian mereka berdua berjalan bersama menuju kelas mereka. Hal itu sudah menjadi pemandangan wajar, karena hampir setiap hari mereka selalu bersama.
"Hei suami istri, tumben kalian naik motor, mana keren banget lagi motor Lo Zayn," celetuk Jihan yang juga teman dekat Yura. Ia menggandeng lengan Yura dan membersamai mereka menuju kelas.
"Tuh orang kaya, pengen naik motor katanya," sahut Yura sekenanya sambil merapikan rambutnya yang berantakan terkena angin.
"Paan sih Ra," ucap Zayn yang terkena sabetan rambut panjang Yura. Zayn menghirup segar wangi rambut Yura.
Mereka bertiga memasuki kelas dan duduk di bangku masing-masing, Yura di sebelah Zayn, dan Jihan di depan Yura.
"Hari ini Lo mau tanding basket kan Zayn?" tanya Jihan.
"Iya bentar lagi jam delapan nanti," sahut Zayn. Karena pelajaran semester ini sudah berakhir, kelas XII tinggal menempuh ujian sekolah saja, maka beberapa hari ini dipakai untuk kegiatan olah raga. Bagi siswa-siswi yang tidak ikut bertanding, maka wajib mengikuti kerja bakti.
"Sarapan dulu yuk, tadi bunda bawain bekal kan," ucap Yura yang membuka tas bekalnya, bunda bawakan sangat banyak porsinya hingga Jihan dan Nada teman sebangkunya yang baru datang juga ikut makan bersama Zayn dan Yura.
"Wah, ma syaa Allah masakan nyokap Lo emang the best Ra, sehat dan enak," puji Jihan sambil merem melek.
"Eh bentar," ucap Zayn memegang dagu Yura dan membersihkan sisa saus di tepi bibir Yura dengan punggung tangannya.
"Ishhh...suami istri udah dong mesra-mesranya," ucap Jihan.
"Emang kalian jadian ya?" tanya Nada.
"Nggak," sahut Yura.
"Iya," sahut Zayn hampir bersamaan.
Jihan dan Nada saling beradu pandang.
Yura melebarkan mata dan melihat Zayn.
"Udah kenyang, aku ke ruang ganti dulu," ucap Zayn yang meninggalkan mereka begitu saja.
"Gimana sih Ra?" tanya Nada.
"Ehm, kemarin dia nembak gue," ucap Yura.
"Terus kalian jadian?" tanya Jihan. Yura menggeleng.
"elo nolak Zayn?" tanya Nada?" Yura menggeleng lagi.
"Terus gimana dong," Nada dan Jihan jadi bingung.
"Gue bingung harus gimana? Zayn itu baek banget, selalu ada di sisi gue, gue takut jadian sama dia, ntar pas kita pacaran, ada berantem, putus, gue ga punya Zayn lagi deh, tapi kalau gue ga jadian, gue ga bisa ngebayangin juga Zayn jadian sama cewek lain," tutur Yura dengan sedih.
"Coba Lo pikirin lagi deh Ra, Lo tuh beneran sayang ga sama dia, ada cemburu ga kalau Zayn jalan sama cewek lain, dan kalau Lo emang suka dia, jalanin aja Ra, ga usah dipikirin masalah nanti, yang penting elo bahagia," ucap Jihan yang bisa bijak juga.
"Iya Ra, tapi apapun keputusan Lo, kita pasti dukung elo kok, tenang aja, kalau Zayn nyakitin elo, dia akan berhadapan dengan kita," imbuh Nada. Yura membuang nafas berat.
Selesai mereka sarapan, mereka menuju lapangan basket dimana tim basket kelas mereka akan bertanding dengan kelas sebelah.
Area lapangan basket sudah tampak ramai, mata Zayn sedari tadi mencari-cari keberadaan seseorang, siapa lagi kalau bukan Yura.
"Zayn, udah mau mulai nih, fokus yuk, Yura bentar lagi pasti datang," ujar Hans teman sekelasnya.
Zayn, berjalan mengikuti Hans dan teman-temannya ke tengah lapangan, namun matanya masih ingin mencari keberadaan Yura. Dan terkembang senyuman di bibir Zayn, tatkala melihat Yura bersama kedua temannya muncul dari sudut lapangan.
Serasa, baterai dalam tubuh Zayn langsung full ketika melihat Yura tersenyum memberikan semangat padanya.
"Priiit..." peluit ditiup oleh wasit yang juga guru olah raga mereka yaitu pak Arman, bersamaan dengan beliau melempar bola basket di tengah lapangan untuk diperebutkan oleh dua tim yang bertanding saat itu.
Dan Zayn beberapa kali berhasil memasukkan bola ke ring lawan, diiringi teriakan para gadis yang tentu saja menjadi fans Zayn.
"Kak Zayn!!!"
"Kak Zayn, semangat kak!!!"
"Kak Zayn, kakak keren!!"
Yura hanya tersenyum mendengar teriakan adik-adik kelasnya.
Sementara itu di kediaman Reza El Amin, papa Reza dan mama Davina sedang berbicara tentang Zayn.
"Jadi gimana menurut papa, Zayn mau kuliah di Inggris, tapi mintanya harus perginya sama Yura, dia ngotot kalau kita tidak setuju, dia tetap pergi kuliah dengan tabungan sendiri, juga biayain kuliah Yura dengan uang itu," ucap mama Davina.
"Hmm, aku lebih senang dia bersama dengan Yura, dari pada nanti di sana dia bergaul bebas dengan perempuan asing yang kita tidak kenal, aku setuju dia membawa Yura bersamanya, aku juga yang akan biayain kuliah mereka, tapi dengan beberapa syarat," tutur papa Reza.
"Apa itu pa?"
"Pertama, Zayn harus mengambil jurusan bisnis, dan nanti setelah kuliah dia akan memegang salah satu bisnis kita, dan akan menjadi pewaris dan penerus semua bisnis dan harta kita, lalu yang kedua, Zayn dan Yura harus menikah sebelum berangkat ke Inggris, mengenai uang kuliah, dan biaya hidup, aku akan menanggung mereka selama mereka di sana," tutur papa Reza.
"Tapi Pa, mereka masih sangat muda," mama Davina tentu saja masih khawatir dengan Zayn dan Yura yang masih mau lulus sekolah.
"Mereka sudah delapan belas tahun, sudah boleh menikah, dan aku percaya anakku Zayn sudah dewasa, sudah bisa bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya," pungkas Zayn.
"Baiklah, kalau begitu aku izin nanti siang menemui bundanya Yura, aku ingin membicarakan ini semua dengannya," ucap mama Davina.
"Iya, nanti aku ada agenda ke Rumah Sakit Melinda, kamu ikut saja denganku,"
"Baik sayang,"
..
Suasana di lapangan basket SMA sepuluh tampak riuh ramai, karena tim basket kelas Zayn memenangkan pertandingan hari itu.
Zayn ke tepi lapangan menghampiri Yura. Yura menyodorkan jus buah yang dibawakan bunda Rosa tadi pagi.
"Makasih Ra," Zayn kemudian menenggak minuman itu hingga habis, dan mengembalikan botolnya pada Yura.
"Makasih, aku ganti baju dulu, kamu tunggu di parkiran," Zayn kemudian pergi bersama teman-temannya menuju ruang ganti.
"Cie...suami istri, panggilnya aku kamu sekarang," goda Nada dan Jihan dengan kompak.
"Jangan gitu deh Pliss," cicit Yura yang memerah karena malu.
"Iya deh, maaf Yura, kalau Lo berdua jadian, kita janji deh gak akan godain kalian," ucap Nada.
Yura akhirnya pulang dibonceng motor Zayn, sepanjang perjalanan Yura hanya terdiam, rupanya ia tengah memikirkan pernyataan Zayn kemarin. Zayn juga fokus menyetir motornya, agar bisa segera sampai di rumah Yura.
Mereka sampai di depan rumah Yura yang tentu saja sepi. Yura turun dari motor, ketika Zayn hendak pergi. Yura memegang ujung siku jaket Zayn.
"Tunggu Zayn!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments