Tawaran Live Musik Di Kafe Dan Juga Kehadiran Nadya

Beberapa hari kemudian. Tak terasa hari ini sudah hari Jumat, hari ini hari terakhir ku dimasa orientasi dan besok dijadwalkan libur dan seninnya baru normal masuk sekolah hari pertama.

Hari ini jadwalnya hanya penutupan dan gak akan lama. Sebelum jum'atan pun dijadwalkan sudah pada pulang.

Di sekolah saat aku selesai menyimpan motor di parkiran, aku di sapa Mega di taman sekolah, pemain keyboard yang gabung bersama bandku kemarin.

Mega ini orangnya agak tomboy tapi dia menurutku agak dewasa bila bicara. Sosok pemimpin gitu sih lebih tepatnya. 

"Nabil, Nabil, sini deh aku mau ngomong!"

"Eh iya Meg, ada apa nih?"

Kami berdua akhirnya duduk di salah satu bangku taman.

"Gini, aku mau nawarin sesuatu sama kamu, tapi kalau gak mau juga nggak papa kok."

"Waduh nawarin apaan nih kayanya lumayan serius?"

"Hmmm gini Bil, aku kan punya sepupu nih, Namanya Nadya, dia penyanyi juga sama kaya kamu, nah Bapaknya itu punya kafe baru satu bulan sih bukanya. Kafe nya ada di daerah Cibadak. Tiap malam suka diadain acara live music gitu Bil, nah di sana itu butuh penyanyi cowok. Kamu mau nggak kira-kira ngisi acara disana?"

"Hmmm mau aja sih tapi kan aku sekolah Mega paginya, aku nggak mungkin tiap malam kesana."

"Ya nggak tiap hari juga Nabil, disana juga sudah ada vokalis cowok satu, tapi Nadya pengennya ganti-gantian biar nggak capek, sebisanya kamu aja Bil, yang pasti malem minggu tuh ya, kamu kan besoknya libur, terus sisanya hari apa aja deh terserah kamu, seenggaknya 3 kali dalam seminggu, di sana kamu bisa nginep juga kok soalnya ada mes karyawan. Lumayan Bil buat jajan , kalau ongkos nanti beda lagi katanya. Terus juga di sana banyak saweran loh Bil."

"Hmm gimana ya, mau banget sih tapi, nanti aku bilang Bapak sama ibuku dulu deh biar dapet izin, gimana?"

"Hmm beda ya kalo anak soleh mah hehehe. Yaudah besok kabarin aku ya jangan lupa. Kalau sudah dapet izin besok malem minggu kita berangkat temuin Nadya. Ok."

"Hmmmmm ok Meg, tapi kenapa nggak band kita aja sih yang tampil di sana jadi kan kita bisa bareng-bareng semua."

"Ya nggak bisa lah Bil, Nadya kan sudah punya band sendiri, aku sengaja nawarin ke kamu karena aku liat suaramu keren Bil. Nadya pasti suka dengan suaramu."

"Ohh gitu ya, yaudah kalo gitu besok aku kabarin ya. Mudah-mudahan aja bisa."

"Oke Bil, yaudah itu aja sih yang mau aku obrolin. Kalo gitu aku tinggal dulu ya, aku ke kelas duluan."

"Yaudah, makasih ya Meg atas infonya."

"Iya sama-sama.. Dah Nabil."

"Dah"

Aku berfikir mungkin ini Rezekiku, atau jalan buatku agar pengalamanku bertambah dibidang ini, dan juga uangnya bisa aku tabung buat biaya kuliahku nanti, dan sedikit-sedikit beli alat-alat rekaman soalnya aku pengen banget punya lagu sendiri, mungkin dengan bertemu banyak orang-orang musik disana, aku juga bisa banyak belajar dan ilmu baru tentang semua ini. Amiin Ya Allah.

Oh iya. Aku belum melihat Dendra hari ini, aku merasa bersalah juga waktu itu.

Beberapa hari ini juga Dendra menjadi cuek kepadaku, mungkin dia masih marah karena aku sudah membuat dia sedikit kesal saat aku mengantar Resa pulang waktu itu, motornya sih ada kulihat tadi di parkiran, aku coba menelponnya dan diapun angkat.

"Hallo Dend kamu dimana?"

"Aku lagi di kantin, kenapa?"

"Tumben jam segini di kantin memang belum sarapan?"

"Ahh ada deh kepo amat."

Di telpon sih ada suara cewek, hmmm Si bangsat ini pasti lagi sama cewek soalnya dia cepet banget kalo dapet cewek, Dendra ini emang ganteng sih tapi ya gitu orangnya rada pecicilan tapi sebenernya baik banget.

Akupun berniat menghampirinya di kantin.

"Yaudah aku kesana ya Dend?"

"Iya kesini aja."

"Oke deh."

Setelah selesai menelfon, aku langsung pergi berlari ke arah kantin, tapi saat di perjalanan aku sempat terhenti karena tanpa sengaja aku berpapasan dengan Resa dan hampir menabraknya.

Dia pun menegurku.

"Hei, mau kemana?. Buru-buru amat."

"Eh Sa maaf, aku mau ke kantin nemuin temen"

"Ohh. Eh iya jaket kamu udah aku bawa tapi ada di kelas di taro di tas, mau di ambil sekarang apa gimana?"

"Emmm, nanti aja deh pulang sekolah ya. Oh iya jaket Bapak kamu juga aku bawa ini, sebentar."

Sambil ku ambil jaket Bapaknya yang ada di tasku dan memberikannya kepada Resa.

"Nih Sa!"

"Ok Bil.. Makasih ya."

"Iya sama-sama, punyaku nanti saja pulang sekolah ya aku ambil, aku tunggu di parkiran motor."

"Ok deh siap."

"Yaudah aku ke kantin dulu ya Sa."

"Yaudah sok aja, jangan lari-lari nanti nabrak orang coba."

"Hehe iya siap, aku tinggal dulu ya. Dah."

"Iyaa dah. Hmmm dasar."

Setelah sampai di kantin, ternyata benar saja dugaanku, Dendra sedang berduaan sambil minum-minum sama perempuan.

Aku pun bertegur sapa dengan Dendra juga teman perempuan nya.

"Dend."

"Apa sih?"

"Itu siapa?"

Dengan suara berbisik.

"Kepo ah. Mau apa sih?"

"Ayo masuk kelas yuk hari ini kan ada pengumuman juga tentang pembagian kelas, siapa tau kita satu kelas lagi."

"Ah ganggu aja kamu ini, nggak bisa liat temennya lagi seneng."

"Ayok dend lagian ada yang mau aku omongin juga. Penting."

"Hmmmm, berisik dah. Yaudah yaudah bentar, ayok bep kita bareng ke kelas juga."

Buset si anjir baru juga lima hari di sekolah udah dapet bebep. Bukan maen ini orang.

Kami pun bergegas masuk kelas tapi ternyata semua siswa angkatan baru di kumpulkan di ruangan aula tempat kesenian yang ruangannya sangat besar, biar semua siswa baru cukup di ruangan itu.

Aku pun duduk tepat di samping Dendra.

"Woy Bil katanya tadi mau ngomong, memang mau ngomong apa?"

"Oh iya, ini Dend maafin ya kemaren udah bikin kamu kesel, kamu masih marah kan pasti."

"Ah kirain mau ngomong apa, udah lah nggak usah dibahas. Tapi gini ya, aku cuma ingetin doang kamu udah punya janji sama Ritha. Percuma dong aku dulu bela-belain berusaha biar kamu sama Ritha ketemu. Itu aja sih yang bikin aku kesel."

"Tapi kan aku ga ngapa-ngapain Dend."

"Iya sekarang, tapi kedepannya kita nggak bakalan tau Bil"

"Hmmmm aku bakalan pegang janji aku ko, lihat saja tenang, tapi pulang sekolah nanti kayanya aku bakalan ketemu Resa deh soalnya aku harus ngambil jaketku. kemaren aku tukeran jaket karena jaketku kehujanan."

"Tuh kan! Udah mulai tuh!"

"Ya Allah Dend serius cuma jaket doang. Abis itu udah deh selesai."

"Inget Bil cuma jaket. Jangan sampe lebih!"

"Iya Dend tenang aja. Hmmmm"

Aku jadi heran, kenapa Dendra sebegitu peduli ya tentang aku sama Ritha. Padahal dia sendiri kelakuannya ga jelas kalo sama perempuan.

Ya, Mungkin dia nggak mau kalau aku nanti terjebak dan akhirnya sakit hati. Karena dia sahabatku satu-satunya yang kalau ada masalah sedikitpun dia selalu belain aku di paling depan.

"Oh iya Dend, tadi aku dapet info dari Mega, aku disuruh ngisi live music di kafe sepupunya di daerah Cibadak, tapi aku aja, soalnya cuma butuh vocal cowok Dend, gimana menurutmu?"

"Ya bagus itu Bil, ambil saja buat tambah pengalaman, tapi memang kamu kuat kalo tiap malem?"

"Ya enggak tiap malem katanya, seenggaknya 3 kali dalam seminggu sebisa aku gitu Dend. Terus di sana juga ada mes kalo aku mau nginep disana."

"Ya sudah Bil gas ambil."

"Tapi kamu nggak papa kan kalo cuma aku yang ditarik kesana?"

"Ya ampun, ngapain harus bilang gitu sih. Heh dengerin aku tuh dengernya aja udah seneng, nggak usah pikirin aku Bil, kita punya jalan hidup masing-masing ko. Kamu juga punya hak. Tapi aku minta satu sih, jangan sampe ganggu sekolahmu, itu aja dari aku."

"Tenang aja sekolah pasti nomer satu ko, nanti aku juga bakal cari-cari moga aja ada role gitaris yang kosong disana."

"Ah apaan sih udah nggak usah mikirin itu. Kaya baru kenal aja sama aku. Heran."

"Ok deh. Tapi Dend sekarang kamu udah gak marah lagi kan beneran?"

"Enggak. Lagian siapa yang marah coba, .udah ah nggak usah dibahas berisik"

"Hmmm, oke lah kalo begitu."

Ya ini membuatku sedikit tenang, sahabatku sudah seperti biasa lagi, aku tinggal minta izin sama Orang tuaku.

Sebelum acara di aula selesai, kami semua di bagikan kertas satu orang satu.

Ternyata itu hasil pembagian kelas, ya mudah-mudahan aku bisa sekelas lagi sama Dendra.

Kertas itu pun aku baca, dan ternyata benar saja kita berdua bakalan satu kelas lagi.

"Aneh banget kita gabisa jauh Bil? Padahal bosen aku ketemu kamu melulu."

"Anjir ya, bangsat emang kau ini."

Setelah acara selesai, kami pun beranjak pulang dan langsung menuju ke parkiran motor. Tapi di tengah perjalanan Tiba-tiba ada suara perempuan memanggilku dari arah belakang.

Dan ternyata itu Resa.

"Nabil, Nabil, tunggu!"

"Hmmm udah ah aku balik duluan ya Bil males aku, eh iya inget ya cuma jaket."

Ucap Dendra dengan wajah kesal.

Dendra sepertinya benar-benar nggak suka banget kalo aku ketemu Resa.

"Hmmm iya cuma jaket iya, yaudah kamu hati-hati!"

"Iyaa"

Resa pun langsung berlari menghampiri sambil membawa tote bag sepertinya jaketku yang dia bawa.

"Nabil, ko temen kamu langsung pulang, kayanya dia bener-bener nggak suka banget ya sama aku?"

"Eh eh engga ko Sa, emang dia lagi buru-buru tadi, maklum dia itu agak sedikit sibuk orangnya."

"Ohhh gitu ya, padahal aku juga pengen kenal sama temen kamu itu, tapi yaudah lah Besok-besok lagi aja."

"Iya Sa besok lagi aja."

"Oh iya ini jaket mu Bil aku mau balikin. Maaf ya lama soalnya hujan terus jadi susah keringnya."

"Padahal nggak usah buru-buru juga gapapa Sa."

"Oh iya sekali lagi makasih ya Bil kemarin udah anterin aku pulang."

"Iya Sa, Sama-sama. Sekarang kamu dijemput kan?"

"Iya sekarang aku dijemput ko Bil, Bapak juga udah nunggu kayanya di depan di tempat biasa."

"Syukur deh kalo gitu."

"Yaudah Kalo gitu aku duluan ya Bil, kamu pulangnya hati-hati jangan ngebut."

"Iya Sa, kamu juga hati-hati ya." 

"Iya Nabil, sampe ketemu lagi ya hari senin di kelas kita yang baru. Dahhhh Assalamu'alaikum Nabil."

"Waalaikumsalam."

Aku pun bingung dia bilang kelas kita yang baru?

Ya ampun ternyata pas aku buka lagi kertas yang tadi dibagikan, ada Nama Resa di kelasku. Aku, Dendra, dan Resa ternyata sama ada di kelas IPA 1.

Berarti itu artinya aku bakalan sering ketemu sama Resa. Aku takut jadi lebih dekat sama dia.

Ini ujian apalagi Ya Allah.

Aku langsung mengambil sobekan kertas milik Ritha karena bila di posisi seperti ini aku langsung inget dia, cuma benda ini yang bisa membuatku selalu setia sama janjiku dulu kepada Ritha.

Sesampainya aku dirumah aku pun bergegas mandi dan bergegas untuk shalat Jumat, aku sudah tidak sabar untuk meminta izin Bapak sama Ibu tentang ajakan live musik itu, paling aku minta izin sama ibu dulu soalnya Bapak kalo hari jumat pulangnya sekitar jam 2 sore. Karena dia pasti jum'atan di kantor dulu baru pulang.

Selesai Shalat Jumat, aku disuruh makan sama ibu, Sekedar info kami disini hanya tinggal bertiga, aku, Bapak dan ibu.

Sebenarnya aku punya kakak perempuan tapi dia sudah menikah dan ikut suaminya ke luar kota, jadi aku jarang sekali main diluar walaupun cowok, karena Bapak & ibu selalu khawatir, ya mungkin karena aku tinggal satu-satunya yang mereka punya saat ini.

Maka dari itu aku pun takut tak dapat izin dari mereka.

Aku makan di ruang keluarga sambil menonton TV bersama ibu, yang kelihatannya capek abis masak buat makan siang.

"Nambah lagi Bil makan yang banyak, biar cepet kuliah."

"Ah ibu mana bisa habis makan banyak langsung kuliah hmmm, oh iya Bu, Nabil mau bilang sesuatu sama ibu."

"Yaudah bilang aja nak, Mau bilang apa?"

"Ibu tau kan hobi anaknya ini apa?"

"Yang ibu tau sih hobimu nyanyi-nyanyi gitu kan? Emang kenapa Bil?"

"Gini Bu, aku kan sudah kenal sama beberapa temen di sekolah yang satu hobi sama aku."

"Terus?"

"Ternyata banyak yang suka sama suara Nabil Bu, dan singkat cerita kemarin ada yang nawarin aku job tapi malam, acara live musik gitu di kafe daerah cibadak, kira-kira ibu izinin Nabil ga?" 

"Kalo tiap malam nggak ibu izinin Bil ah, kamu kan sekolah paginya, yang ada nanti sekolah kamu keganggu."

"Nggak tiap malam Bu, cuma 3 kali dalam seminggu, paling malam minggu, sisanya terserah aku deh nanti, aku juga bisa nginep Bu di sana kalau nggak bisa pulang, di sana juga ada mes katanya."

"Tapi ibu takut Bil ah. Kamu kan jarang main agak jauh gitu apalagi di kafe, ibu takut kamu kebawa pergaulan yang enggak-enggak. Kamu kan masih polos baru umur 16, takut gampang kebawa-bawa. Terus juga Kamu satu-satunya yang ibu punya setelah kakakmu nikah dan ikut suaminya."

"Ah ibu, aku kan udah gede Bu, aku udah tau kok mana yang baik dan mana yang gak baik, aku pasti bisa jaga semuanya ko Bu, janji."

"Hmmm. Yaudah sih kalo kamu memang yakin, tapi kamu harus tetep izin sama Bapakmu."

"Aku takut ah bu izin sama Bapak, dia kan aku pulang telat beberapa jam aja sudah bawel nelpon terus, hmmmmm."

"Yaudah, nanti ibu bantuin bilang, habis makan kamu tidur siang mending jangan ke mana-mana dulu, di luar sudah mendung, sekarang tiap hari kalo sore pasti hujan."

"Iya Bu, aku gak akan kemana tapi janji ya nanti ibu yang bilang sama Bapak."

"Iya nak, nanti ibu bilang kalo Bapakmu pulang yaa."

Sehabis makan, aku pun nurut apa kata ibu, aku tidur siang, pas aku bangun nanti bapak pasti sudah pulang dan mudah-mudahan dapat kabar baik yang aku ingin.

Sebelum tidur aku sempetin buat buka email, aku inget lagi sama Ritha, tapi tetap saja isinya gak berubah, mungkin ini di awal-awal saja aku belum terbiasa tanpa Ritha makanya inget terus.

Mudah-mudahan sih aku terbiasa kedepannya, tapi aku harus konsisten, selama apapun aku harus tetap setia sama janjiku dulu. Aku pasti bisa dan kuat.

Aku pun tertidur dengan sobekan kertas Ritha, yang aku simpan di bawah bantal.

Tok, tok, tok

"Bil, Nabil bangunnn nak, Udah sore"

Suara ibu membangunkanku

"Iya bu." Aku terbangun sambil melihat ke arah jam dinding.

"Sudah jam tiga Bil bentar lagi Ashar, ke mesjid sana sama bapak Shalat berjamaah"

"Iya ini aku sudah bangun kok."

Aku kalau di rumah memang sering ke mesjid bila waktu shalat, Bapak dan ibu mendidik ku seperti itu sejak aku kecil.

Aku pun bersiap-siap untuk ambil wudhu dan pergi ke mesjid bareng sama bapak.

Ditengah perjalanan bapak tiba-tiba bilang.

"Bil?"

"Iya Pak ada apa?"

"Itu tadi si ibu bilang katanya kamu mau live musik?"

"Iya bener, jadi gimana Pak? nggak papa ko kalo bapak nggak izinin, Nabil bakalan nurut kok apa kata bapak."

Aku suka takut kalau sama Bapak, karena dia orangnya tegas, makanya aku pasrah saja.

"Nabil Nabil, Bapak memang sebenarnya nggak mau kalau kamu harus keluar malem-malem kaya gitu, tapi untuk kali ini bapak mau aja izinin, karena bapak sama ibu dulu punya prinsip pas kakakmu masih kecil, anak itu bukan bapak dan juga bukan ibu, jadi anak punya pilihannya sendiri, punya mimpi sendiri nggak bisa orang tua memaksa Bil, makanya pas kakakmu pergi ikut suaminya, bapak selalu bilang sama ibu, ini resiko kita, anak itu bukan milik kita tapi hanya titipan Allah yang harus kita jaga, dan kakakmu juga kan sudah ada yang jaga. Yaitu suaminya."

"Hmmm, jadi gimana pak?"

"Usiamu juga kan sudah mulai dewasa, bapak mungkin harus sudah punya rasa percaya sama kamu, jadi bapak izinin insyaallah."

"Serius pak?"

"Iya nak, tapi inget permintaan bapak cuma satu dari dulu sama anak-anak bapak, mau jadi apapun kamu, dimanapun kamu jangan pernah tinggalin sholat"

"Iya pak itu pasti selalu Nabil tanam dalam diri Nabil kok."

Aku sempet terharu mendengar kata-kata bapak .

"Kamu semangat ya kejar cita-citanya!"

"Pak makasih banyak ya (sambil kucium tangan bapak saking senangnya dan nggak nyangka juga bapak bisa sebijak itu). Aku pasti jaga ko kepercayaan bapak sama aku, aku juga pengen belajar mandiri Pak pengen biayain sekolahku sendiri sampe aku kuliah, biar gaji bapak bisa bapak tabung, buat biaya naik haji bapak sama ibu."

"Kamu nggak usah mikir terlalu jauh dulu Bil, kamu jalanin dulu aja, tapi bapak seneng kamu sudah punya pemikiran sedewasa itu, bapak bangga sama kamu. (Sambil memegang kepalaku saat bapak memujiku)."

Kami berdua pun sampai di mesjid yang kurang lebih jaraknya 500 meter dari rumah.

Setelah pulang dari mesjid, aku pun langsung menelfon mega, bahwa aku sudah siap dan dapat izin,

"Hallo Meg Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam, iya Bil gimana?"

"Bisa Meg, aku udah di izinin sama orang tuaku."

"Alhamdulillah. Syukur Bil kalo gitu, yaudah besok pagi kamu langsung kesana aja Bil, nanti aku kasih alamatnya. Nanti di sana kamu ketemu sama sepupuku Nadya, maaf ya aku nggak bisa nemenin soalnya aku ada acara dan ga ada dirumah besok. Gapapa kan?"

"Hmmm. Yaudah gapapa deh, besok aku kabarin ya kalau aku sudah sampai sana."

"Oke Bil siap. Sekali lagi maaf ya aku gak bisa nemenin."

"Iya nggak papa ko Meg, santai saja."

Aku tidak sabar menunggu waktu besok walaupun harus berangkat sendiri tapi di sini nggak tau kenapa aku nggak begitu perduli tentang itu.

Singkat cerita, besoknya aku berangkat dengan motor tuaku, dan nggak begitu sulit aku menemukan alamatnya, soalnya aku juga udah hafal juga sih daerah sini.

Aku pun sampai di depan, tepatnya di parkiran, nggak ada satu orang pun di sini, sangat sepi sekali.

Aku hendak menelpon Mega, dan Alhamdulillah dia langsung mengangkat teleponku.

"Assalamu'alaikum Meg, haloo."

"Waalaikumsalam. Iya Bil, gimana-gimana?"

"Ini, aku udah sampe nih aku juga udah foto, ini kan tempatnya?"

"Bentar bentar ya Bil, aku liat dulu fotonya."

Setelah beberapa saat,

"Oh iya betul Bil itu tempatnya, kamu tunggu sebentar ya aku mau telfon Nadya dulu. Jangan kemana-mana!"

"Oke siap Meg yaudah."

Tak lama kemudian, Mega pun telpon aku lagi.

"Hallo...!!! Assalamu'alaikum Bil."

"Iya waalaikumussalam."

"Bil tunggu sebentar ya sekitar 5 menitan, Nadya ada dirumahnya. Tapi nggak jauh ko dari situ, kamu tunggu aja sebentar ya."

"Ohhh, yaudah Meg, aku tunggu ko tenang aja." 

"Ok Bil, baik-baik ya disana, semangat Assalamu'alaikum."

"Iya makasih Meg, waalaikumussalam."

Aku menunggu sambil melihat-lihat sekitar, ternyata kafenya lumayan besar walaupun hanya kulihat dari luar.

Setelah beberapa menit, ada sosok wanita cantik, putih dan berambut merah agak kecoklatan, memakai celana pendek dan kaos oblong berwarna putih, lumayan sedikit dewasa sepertinya beda beberapa tahun denganku. Dia berjalan menuju ke arahku

"Hmmm apakah itu Nadya ya?  Kalo benar berarti rumahnya deket banget dari sini."

Aku berbicara sambil berfikir.

Dia pun benar menghampiriku.

"Hai"

Sambil bersalaman

"Iya hai."

"Kamu Nabil kan ya temennya Mega?"

"Iya Kak, aku Nabil temennya Mega."

"Hmmm gausah panggil kakak, panggil Nadya aja, kita juga pasti nggak beda jauh ko umurnya, ayok masuk yuk. Kita ngobrol di dalem aja."

Dia pun membuka kunci pintu gerbang, dan aku membantu mendorong pintu gerbangnya..

Ternyata kafenya benar luas, ruangannya terbuka gitu, dan di ujung sana terdapat panggung kira-kira seukuran 3 kali 4 meter dan terdapat beberapa alat musik juga sound system disana. "Hmmmm keren banget sih ini gokil. (Dalam hatiku) .

"Kamu sudah sarapan Bil?"

"Udah kok tadi."

"Yaudah aku ambil minum dulu ya bentar."

"Iya makasih kak Nad."

"Dibilang nggak usah pake kakak, udah duduk dulu aja."

"Hehe maaf maaf belum terbiasa soalnya."

Dia pun kembali lagi sambil membawa dua botol air mineral.

"Aku tuh masih kelas dua SMA Bil, umurku saja sama Mega beda setahun doang, emang sih mukaku mungkin sedikit tua ya jadi kamu kira aku beda jauh sama kamu."

"Hmm engga tua juga kok, tapi kan tetep walaupun beda sedikit juga aku biasa gitu sama yang lebih tua."

"Ah kamu, udah biasa aja sama aku ayo minum dulu!"

"Iya Nad, makasih."

Sambil ku ambil dan minum.

"Nah gitu dong enak kan jadinya ga kakak kakak lagi"

"Hehe iya Nad."

"Oh iya btw Mega sudah cerita semuanya loh tentang kamu, walaupun katanya kalian baru kenal sekitar satu minggu, selain tentang suaramu yg bagus dia juga cerita katanya kamu anaknya baik, sopan, dan berbakti banget sama orang tua ya."

"Ah si Mega mah suka berlebihan. bisa aja dia."

"Hmmm. Tapi kayanya bener juga sih kalo aku liat-liat."

Kami di sini mengobrol hampir satu jam lebih, aku lumayan mendapat beberapa ilmu. Ya mungkin dia juga seorang penyanyi sama sepertiku, tapi dia kursus vocal di daerah sukabumi kota.

Aku disuruh jaga pola makan, olahraga, di ajari tehnik vocal dan lain-lain. Dia juga pastikan tiap kali aku tampil aku dibayar 250 ribu belum sama uang saweran, soalnya kalo uang saweran nanti dibagi rata dengan personil lainnya, dan untuk ongkos aku dikasih 50 ribu tiap kesini.

Wahh lumayan juga ya ternyata. Semakin semangat aku disitu.

Padahal Nadya belum pernah denger suaraku, tapi dia sudah yakin saja, nggak papa lah mungkin sudah rezeki, aku harus buktiin bakal kasih yang terbaik buat kafenya.

Dan katanya kalo bisa malam ini aku sudah bisa tampil soalnya kan ini malam minggu. Besok pun aku libur sekolah.

Bismillah semoga semuanya lancar ya Allah. Amiin.

Terpopuler

Comments

Raisa267

Raisa267

terharu/Scowl/

2024-11-02

0

Raisa267

Raisa267

Haha ayo kan nggak berhenti sampai di jaket

2024-11-02

0

Raisa267

Raisa267

gak yakin bakal selesai di jaket/Facepalm/

2024-11-02

0

lihat semua
Episodes
1 Acara Perpisahan Sekolah
2 Ungkapan Perasaanku Kepada Ritha
3 Pertama Kali Dipeluk Perempuan Dan Siap Menjalani Dunia Baruku Di SMA
4 Kehadiran Resa
5 Tawaran Live Musik Di Kafe Dan Juga Kehadiran Nadya
6 Penampilan Pertama di Kafe
7 Awal Kedekatanku Dengan Nadya Dan Juga Resa
8 Kecupan Nadya di Pipiku
9 Resa Sakit Dan Aku menjenguknya
10 Saling Mengungkapkan Perasaan
11 Menjadi Canggung Dengan Nadya
12 Coklat Untuk Resa
13 Hari Yang Indah Bersama Resa
14 Ungkapan Hati Nadya
15 Membuka Kotak Kado Dari Resa
16 Kabar dari Ritha
17 Ternyata Aku Sudah Mengenal Resa Dari Kecil
18 Aku Dan Dendra Terkena Musibah
19 Pertemuan Resa Dan Nadya
20 Jujur Kepada Nadya
21 Seminggu Berlalu
22 Arti Mimpi Nadya Dan Resa
23 Kabar Dari Ritha Kembali
24 Seperti Mimpi Bertemu Dengan Ritha
25 Curiga Dengan Perjodohan
26 Rekaman Pertamaku
27 Kecemburuan Nadya
28 Kepergian Siska
29 Telfon Yang Tak Diduga
30 Hari Ulang Tahunku Dan Juga Resa
31 Tiga Bulan Kemudian
32 Liburan Bersama Keluarga Resa
33 Seharian Bersama Resa
34 Ritha Yang Sangat Tulus
35 Liburan Selesai
36 Hadiah dari Dendra
37 Dua Tahun Kemudian
38 Rekaman Pertama Nadya
39 Viralnya Lagu Nadya
40 Perpisahan Sekolah
41 Resa Menginap Di Rumahku
42 Janji Resa Kepada Ibu
43 Liburan
44 Hari Yang Terasa Panjang
45 Resa Tau Semuanya
46 Kepergian Resa
47 Ritha Yang Tak Pernah Berubah
48 Memulai Dari Awal Lagi
49 Terus Terang Kepada Dendra Dan Nadya
50 Kuliah di Bandung
51 Karirku Yang Semakin Terlihat
52 Kedekatan Syifa Dan Ritha
53 Resa Yang Sebenarnya Masih Peduli
54 Ritha yang Semakin Dekat Dengan Keluargaku
55 Satu Tahun Kemudian
56 Pertemuan Dendra dan Keluarga Resa
57 Bertemu Dengan Nisa
58 Bertemu Resa Kembali
59 Menceritakan Semuanya Kepada Ritha
60 Ibu Memang Terbaik
61 Hadiah Untuk Keluargaku Dan Ritha
62 Curhatan Nadya Dan Dendra
63 Hubungan Dendra Dan Nadya
64 Rini Menemui ku Di back stage
65 Melamar Ritha
66 Berkumpul Dengan Teman Lama
67 Ungkapan Resa Untuk Yang Terakhir
68 Persepsi Publik
69 Menjadi Terbatas
70 Mampir Ke Rumah Masa Depan
71 Buka Puasa Bersama
72 Dendra Melamar Nadya
73 Hari Lamaran
74 Pernikahan Yang Semakin Dekat
75 Firasat Buruk
76 Kehilangan Untuk Selamanya
77 Kesedihan Yang Tak Terbendung
78 Seminggu Berlalu
79 Kedatangan Resa
80 Resa Perlahan Merubah Sikap Ku
81 Resa Yang Ternyata Masih Setia
82 Memulai Dari Awal Lagi
83 Mengajak Ke Hal Yang Lebih Serius
84 Bertemu Mamanya Ritha
85 Terjebak Hujan
86 Kejutan Di Tempat Kerja
87 Obrolan Serius Dengan Bapaknya Resa
88 Interview Di Acara Televisi
89 Hari Lamaran
90 Hari Pernikahan
91 Malam Pertama Di Rumah Resa
92 Akhirnya
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Acara Perpisahan Sekolah
2
Ungkapan Perasaanku Kepada Ritha
3
Pertama Kali Dipeluk Perempuan Dan Siap Menjalani Dunia Baruku Di SMA
4
Kehadiran Resa
5
Tawaran Live Musik Di Kafe Dan Juga Kehadiran Nadya
6
Penampilan Pertama di Kafe
7
Awal Kedekatanku Dengan Nadya Dan Juga Resa
8
Kecupan Nadya di Pipiku
9
Resa Sakit Dan Aku menjenguknya
10
Saling Mengungkapkan Perasaan
11
Menjadi Canggung Dengan Nadya
12
Coklat Untuk Resa
13
Hari Yang Indah Bersama Resa
14
Ungkapan Hati Nadya
15
Membuka Kotak Kado Dari Resa
16
Kabar dari Ritha
17
Ternyata Aku Sudah Mengenal Resa Dari Kecil
18
Aku Dan Dendra Terkena Musibah
19
Pertemuan Resa Dan Nadya
20
Jujur Kepada Nadya
21
Seminggu Berlalu
22
Arti Mimpi Nadya Dan Resa
23
Kabar Dari Ritha Kembali
24
Seperti Mimpi Bertemu Dengan Ritha
25
Curiga Dengan Perjodohan
26
Rekaman Pertamaku
27
Kecemburuan Nadya
28
Kepergian Siska
29
Telfon Yang Tak Diduga
30
Hari Ulang Tahunku Dan Juga Resa
31
Tiga Bulan Kemudian
32
Liburan Bersama Keluarga Resa
33
Seharian Bersama Resa
34
Ritha Yang Sangat Tulus
35
Liburan Selesai
36
Hadiah dari Dendra
37
Dua Tahun Kemudian
38
Rekaman Pertama Nadya
39
Viralnya Lagu Nadya
40
Perpisahan Sekolah
41
Resa Menginap Di Rumahku
42
Janji Resa Kepada Ibu
43
Liburan
44
Hari Yang Terasa Panjang
45
Resa Tau Semuanya
46
Kepergian Resa
47
Ritha Yang Tak Pernah Berubah
48
Memulai Dari Awal Lagi
49
Terus Terang Kepada Dendra Dan Nadya
50
Kuliah di Bandung
51
Karirku Yang Semakin Terlihat
52
Kedekatan Syifa Dan Ritha
53
Resa Yang Sebenarnya Masih Peduli
54
Ritha yang Semakin Dekat Dengan Keluargaku
55
Satu Tahun Kemudian
56
Pertemuan Dendra dan Keluarga Resa
57
Bertemu Dengan Nisa
58
Bertemu Resa Kembali
59
Menceritakan Semuanya Kepada Ritha
60
Ibu Memang Terbaik
61
Hadiah Untuk Keluargaku Dan Ritha
62
Curhatan Nadya Dan Dendra
63
Hubungan Dendra Dan Nadya
64
Rini Menemui ku Di back stage
65
Melamar Ritha
66
Berkumpul Dengan Teman Lama
67
Ungkapan Resa Untuk Yang Terakhir
68
Persepsi Publik
69
Menjadi Terbatas
70
Mampir Ke Rumah Masa Depan
71
Buka Puasa Bersama
72
Dendra Melamar Nadya
73
Hari Lamaran
74
Pernikahan Yang Semakin Dekat
75
Firasat Buruk
76
Kehilangan Untuk Selamanya
77
Kesedihan Yang Tak Terbendung
78
Seminggu Berlalu
79
Kedatangan Resa
80
Resa Perlahan Merubah Sikap Ku
81
Resa Yang Ternyata Masih Setia
82
Memulai Dari Awal Lagi
83
Mengajak Ke Hal Yang Lebih Serius
84
Bertemu Mamanya Ritha
85
Terjebak Hujan
86
Kejutan Di Tempat Kerja
87
Obrolan Serius Dengan Bapaknya Resa
88
Interview Di Acara Televisi
89
Hari Lamaran
90
Hari Pernikahan
91
Malam Pertama Di Rumah Resa
92
Akhirnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!