Ungkapan Perasaanku Kepada Ritha

Acara pun selesai. Sebelum bubar,  Bapak Kepala sekolah menyuruh kita semua saling bersalaman satu sama lain agar kita saling memaafkan dan sekalian salam perpisahan.

Di suasana ini kami semua menangis, soalnya ini salah momen dimana kita terakhir saling bertemu.

disaat semua saling bersalaman, ada momen dimana aku pun akhirnya bersalaman dengan Ritha, dia matanya sedikit sembab karena habis menangis. tapi aku hanya berkaca-kaca sih, malu lah soalnya kalo cowok sampai nangis gitu hehe.

"Hai Tha?"

"Eh Nabil, Hai."

"Em. Tha, Maafin aku ya kalo selama ini ada salah-salah kata dari aku atau kesalahan lain gitu."

"Ah kamu memang pernah gitu ngomong sama aku?"

Jawab Ritha sambil sedikit tertawa.

"Iya sih ya ngobrol aja belum pernah selama tiga tahun, tapi kan nggak tahu takutnya ada salah dari aku Tha, namanya juga manusia pasti ada lupanya."

"Hmmm iya Bil, aku becanda ko barusan, iya aku juga minta maaf ya kalo aku ada salah."

"Iya Tha aku maafin ko. Eh Tha?"

"Iya..Apaan Bil?"

"Engga Tha engga jadi."

"Lah bisa gitu, ko jadi kaya orang bingung gitu Bil? bener kata Dendra ya kamu ini hmmm."

"Emmm Dendra udah bilang kan tadi Tha?"

"Oh ituuu, kenapa kamu ga langsung aja sih Bil padahal biasa aja sama aku."

"Mana berani ah Tha."

"Hmm dasar. Yaudah gini aja Bil, nanti habis ini aku tunggu kamu di sana ya. (Sambil menunjuk ke arah batu besar dekat tendanya Ritha) Soalnya kalo sekarang waktunya sebentar, pasti habis ini kita semua juga disuruh masuk ke dalam tenda."

"Hmmm. Yaudah nanti aku ke sana deh ya temuin kamu."

"Yaudah kalo gitu, sekarang aku mau ke tenda dulu ya, jam 22:15 aku tunggu kamu disana, jangan lupa!"

"Ok Tha siap. Makasih ya."

"Iya Bil sama-sama, sampai jumpa nanti ya. Assalamualaikum."

"Iya Tha waalaikumsalam."

Aku gak tau yg aku rasakan saat ini, bahagia, degdegan, takut, semuanya menjadi satu. Aku terus berdoa dalam hati semoga aku ga salah ngomong dan semuanya sesuai dengan yang aku harapkan.

Setelah itu, aku langsung pergi ke arah tendaku bersama teman-teman yang satu tenda denganku. soalnya bapak Kepala sekolah menyuruh semua muridnya untuk masuk ke tenda dan langsung tidur, jangan ada lagi ada yang diluar tenda, kecuali mau buang air atau keperluan lainnya.

Aku masuk ke tenda yang lumayan besar dan diisi oleh 10 orang di tendaku. Di dalamnya ada Dendra juga sahabatku, kira-kira sih ada 100 lebih siswa yang ikut acara ini. Dan tenda ada 15, termasuk tenda guru-guru. 

Setelah semua orang masuk ke dalam tenda, Bumi perkemahan menjadi hening dan sepi, sisa suara api unggun yang mulai mengecil apinya. Udara tambah dingin karena tempat ini berada persis dibawah kaki gunung gede pangrango, di ketinggian 1130 Mdpl.

"Hei. Jadi ga Bil?." Tanya Dendra

"Jadi Dend, tadi aku sudah bilang pas maaf-maafan sama dia. Katanya Ritha nunggu aku jam 22:15 di balik batu sana."

"Ohh. Yaudah bentar lagi dong, sekarang sudah jam 22:10. yaudah siap-siap gih sana, kamu bawa pop mie, cemilan, sama minuman. juga termos ku nih. bawa aja semua biar nggak bolak balik sama ketauan guru."

"Oke Dend bener juga, kalo pop mie dan cemilan ada ko aku. Aku pinjem termosnya aja."

"Yaudah nih pake aja."

"Ohh iya. Nanti kalo ada guru, aku bilang aja kali ya mau kencing atau buang air besar"

"Nah itu tumben pinter."

"Ah si anjir, ngeselin hmmmm."

"Hahaha yaudah sana gih mumpung guru-guru lagi pada di dalam tenda, gapapa kecepetan sedikit mah."

"Oke Dend do'ain ya."

"Hmmm siap semoga lancar sahabatku ini"

"Amiiin makasih Dend."

"Iya Bil sama-sama, sudah Sana gih!"

Aku pun beranjak perlahan sembunyi-sembunyi sambil membawa tas lumayan sedang dan nggak terlalu besar, yang isinya sudah aku siapkan. Dan akhirnya aku berhasil sampai dibalik batu besar yang di bawahnya terdapat sungai yang sangat jernih dan suara aliran air yang begitu membuat hati terasa tenang.

Disaat aku sedang melamun sambil memikirkan apa yang harus aku katakan nanti, Tiba-tiba Ritha mengagetkan ku dari belakang.

"Hayo. Malem malem malah ngelamun, ih."

"Astaghfirullah, kaget Tha aku, kirain siapa."

"Hmmm kamu kira aku hantu gitu?."

"Bukan, takutnya siapa gitu selain kamu"

"Tenang aja kayanya di sini nggak ada orang yang tau ko Bil, soalnya kan batunya juga besar banget ini."

"Hmm iya sih. Oh iya kamu mau pop mie Tha aku bikinin ya?"

"Waduh persiapan banget."

"Iya kan udaranya dingin masa ngobrol ga bawa apa-apa nanti bosen."

"Ah bisa aja, yaudah terserah kamu Bil."

Aku pun menyeduh kan pop mie dan susu hangat agar bisa menemani di saat kita ngobrol nanti.

"Tha?"

"Iya Bil?"

"Kamu apa kabar?"

"Apaan sih Bil aku kan di sini baik-baik saja sama kamu? Hmmm lucu ih kamu ini."

"Emmm bingung aku, iya sih ya."

"Ada aja kamu ini baru juga ngomong udah bingung gitu hmmm. Udah kamu minum dulu deh biar rileks sampe pucat banget kamu."

"Hmmm yaudah."

Akupun minum sedikit susu hangat yang baru saja ku seduh.

"Aww, masih panas Tha"

"Ih dasar, iya lah orang baru aja diseduh. Lucu banget ih kamu Bil, haha."

"Hmmm."

"Kamu mau ngomong apa sih sampe kamu ajak aku berdua kaya gini?"

"Hmmmmm, jadi gini Tha."

"Iya apa Nabil?"

Ritha malah mendekatkan mukanya kepadaku. Rupanya dia senang sekali becandain aku yang lagi gugup kaya gini.

"Ah, tuh kan jadi lupa."

"Masa lupa, haha."

"Lagian malah di becandain. Hmmm."

"Yaudah yaudah aku diem deh, ayo kamu ngomong, pelan-pelan aja ya ngomongnya biar tenang"

"Emmm. Kamu bener mau pesantren?"

"Iya Bil, orang tuaku menyuruh aku untuk masuk pesantren. Aku kan anak perempuan satu-satunya, aku juga anak bungsu, kakak ku ada tiga, cowok semua. Dua udah nikah yang satu lagi masih kuliah. Jadi papaku nyuruh aku masuk pesantren. Katanya sih biar aman dan nggak begitu khawatir sama pergaulan anak-anak sekarang. Mungkin karena aku anak perempuan satu-satunya, makanya khawatir sekali"

"Ohh gitu ya, dimana emang Tha?"

"Di daerah sukabumi kota Bil gak jauh ko"

"Oh syukur deh, kirain jauh banget"

"Engga Bil soalnya kan kalo deket gitu, orang tuaku juga gampang kalo mau nengok."

"Oh gitu Tha, berarti kita nggak bakal ketemu lagi dong ya?"

"Emang kalo kita nggak ketemu lagi kenapa ayo?"

Hatiku nggak karuan harus bilang apa dengan pertanyaan Ritha yg ini. Apa aku langsung bilang yang sebenarnya atau gimana.

"Nggak tahu ah aku bingung ngomongnya."

"Jangan Bingung atuh, ayo pelan-pelan ya, pasti aku dengerin ko."

"Hmmm. Aku nggak tahu Tha harus mulai darimana. Tapi yang aku rasain sekarang aku gamau gitu jauh dari kamu."

"Hmmm, tapi Alasannya apa Bil?, aku belum paham Sumpah"

"Tha, mungkin kamu nggak bakal percaya sebelumnya, kalo aku itu sebenarnya udah suka sama kamu dari kelas satu, tapi aku nggak bisa ngungkapin nya, soalnya aku nggak pernah tau apa itu yang namanya cinta, pacaran dan sebagainya, dan yang aku rasain sekarang aku nggak mau kehilangan, mungkin itu kali ya yang dinamakan cinta?"

"Memang kamu baru pertama suka sama perempuan?"

"Sering sih aku sering kagum sama cewek cantik apalagi baik, hanya sebatas itu aja. Tapi yang aku rasain sama kamu kali ini beda Tha, rasa takut kehilangannya ini yang bikin aku rasa beda. Nih Tha  sini deh Tha, lihat ini!"

Aku mengambil sesuatu dari dalam tas.

"Apaan itu Bil?"

(sobekan tulisan tangan Ritha yang aku simpan dan laminating, Kira-kira ukurannya sebesar smartphone. aku dapat saat kita kerja kelompok dulu, saat itu Ritha mengerjakan tugas di buku pelajaran ku).

"Tulisan ini aku simpan waktu kelas dua, waktu dulu kita kerja kelompok, nggak tau kenapa dalam hati aku harus simpen tulisan ini dan suatu saat bisa jadi bukti kalo aku suka sama kamu Tha dari dulu."

"Ya ampun Bil, sampe segitunya. Kenapa kamu nggak pernah bilang aja sih dari dulu?"

"Kan aku sudah bilang Tha kalo aku nggak ngerti sama gitu-gituan apalagi nembak cewek, aku nggak tau gimana caranya."

"Hmmm Oke oke aku paham. Terus alasan kamu suka sama aku kenapa?"

"Em. Jujur sih kamu itu cantik, baik, terus pinter juga, dan kamu tau kan kalo kita di kelas sering lempar-lemparan senyum. Aku gak tau itu artinya apa, yang jelas disaat kamu senyum sama aku, disitu aku selalu merasa nyaman sekali. Dan rasa itu semakin lama semakin besar apalagi sekarang kamu mau ninggalin aku, semuanya semakin terasa Tha"

"Hmmm gitu ya, jujur ya Bil aku juga belum pernah ngerasa jatuh hati benar-benar sama cowok, dulu aku pernah ngerasa suka sama kamu waktu kamu nyanyi di depan kelas, ya mungkin itu kagum juga sih, tapi kamu gak pernah respon, ngobrol aja kita baru kali ini kan?"

"Hmmm"

"Tapi setelah kamu sekarang bilang gini rasa itu mungkin mulai ada lagi Bil. Sebenarnya dari dulu aku selalu nungguin kamu, aku kira kamu biasa aja sama aku, makanya aku diemin aja."

"Hmmm. maafin aku ya Tha coba aja aku jujur dari dulu."

"Gak harus minta maaf Bil, tapi memang terlambat sih semuanya sudah terjadi, dan sebentar lagi juga aku bakalan pergi."

"Yah, jadi gak bakal ada kesempatan yah Tha buat aku?"

"Siapa bilang? aku tanya sama kamu deh, cita-cita kamu kedepan mau jadi apa?"

"Ko jadi cita-cita sih Tha? apa hubungannya?"

"Ada Bil. jawab aja dulu ayo!"

"Hmmm kalo cita-cita sih aku pengen jadi penyanyi, komposer atau pencipta lagu gitu, habis itu yang terakhir aku nikah deh sama kamu."

"Yeee, maen nikah aja dasar."

"Hehe."

"Gini ya Bil, besok kan kita sudah nggak bisa bertemu lagi nih, aku pengen kedepannya kamu bisa buktiin sama aku kalo kamu bisa berhasil sama cita-cita kamu yang tadi kamu bilang."

"Yang nikah sama kamu?"

"Iya itu salah satunya."

"Hah serius Tha?"

"Iya serius, aku tau kamu punya suara bagus, prospek kamu juga pasti bagus kayanya di bidang itu, tapi pesen aku, kamu jangan lupain sekolah kamu, kamu harus serius belajar, buktiin sama aku kalo kamu bisa sukses apapun cita-cita kamu nanti"

"Maksud kamu aku harus sukses dulu baru nikah sama kamu gitu?"

"Ya kita gak tau Bil kedepannya bakal gimana, yang jelas kalo kamu bener-bener sayang sama aku, buktiin sama aku, kalo kamu itu bisa, dan suatu hari nanti kamu jemput aku dengan keadaan yang sudah siap. Sekarang kita aja masih kecil Bil, suatu hari nanti kamu pasti ngerti kok apa yang aku ucapin sekarang"

"Hmmm. Iya aku paham ko Tha, aku juga gamau kita pacaran sekarang. Tapi, apa aku bisa jamin kalo aku udah siap nanti kamu masih setia nungguin aku?"

"InsyaAllah Aku bisa jamin. Soalnya aku baru pertama suka sama cowok sampai sejauh ini. Aku juga belum pernah pacaran Bil."

"Serius?"

"Gak tau kenapa Aku gak pernah mau sembarangan milih cowok. Tapi Aku nggak mau janji dulu ya, soalnya aku yakin nanti di SMA bakalan banyak perempuan yang suka sama kamu. Aku juga belum yakin kalo kamu kedepannya bisa jaga hati kamu."

"Hmm, oke baiklah kalo gitu. Di depan kamu sekarang aku mau janji, aku bakalan lakuin apa yang kamu bilang tadi, kamu harus inget ini, aku bakalan selau setia nungguin kamu Tha."

Sambil kupegang tangannya Ritha, mungkin ini reflek karena aku benar-benar sayang dan aku gamau kehilangan dia. 

"Aku tau Bil, kamu itu orang baik dan jujur. Tapi kamu harus tau, kedepan nanti perjuanganmu masih panjang sekali dan pastinya juga banyak rintangan. Kalo kamu suatu saat nggak bisa pegang janjimu, kamu bilang yah! Aku pasti nerima ko, aku gak akan benci sama kamu, biar aku disini juga gak mengharapkan lebih dari kamu."

"Hmmm. Aku pasti bilang apa adanya ko dan bakalan usahain untuk selalu jujur sama kamu. Aku sayang Tha sama kamu."

"Iyaa Nabil. Aku juga sayang ko sama kamu."

Disini kita saling berpegangan tangan sambil tersenyum.

"Yaudah Bil, kita abisin dulu ini mie nya ya, biar ga tegang gini ah suasananya"

"Hmm iya Tha."

Kami pun melanjutkan obrolan hangat sambil makan segelas Pop mie, sekaligus menikmati malam dan suara air sungai di bawah yang ada di balik batu ini.

Setelah mie habis, aku langsung mengeluarkan sesuatu dari tas ku.

"Tha, ini ada tasbih kecil, ini sering aku pakai sehabis shalat, aku mau kasih ini sama kamu biar bisa dipakai di pesantren nanti, biar kamu juga selalu inget sama aku, terus habis shalat kamu do'ain aku juga deh, maaf ya cuma ini yg aku bisa kasih sama kamu."

"Kamu suka bawa ini kemanapun?."

"Iya, ini juga salah satu benda kesayanganku, bapak aku yang kasih ini waktu itu, karena bapak selalu bilang sama aku, di manapun kamu berada pesen bapak cuma satu nak, jangan tinggalin shalat katanya. Terus sambil kasih tasbih ini deh bilangnya."

"Yah, terus kamu nggak punya lagi dong tasbihnya?"

"Nggak papa nanti aku tinggal minta lagi sama bapak"

"Ah kamu, terus aku kasih apa dong buat kenang-kenangan? aku gak bawa apa-apa Bil"

"Gausah Tha, robekan kertas ini sudah cukup ko buat aku biar selalu inget sama kamu"

"Hmmm! oke deh Bil"

Tak terasa waktu pun sudah mau jam 23:30 kita berdua masih ngobrol dan becanda-becanda.

Betapa tenang dan bahagianya aku yang baru pertama kali ngobrol bahkan sampai sejauh ini dengan seorang perempuan, ternyata begini ya yang namanya jatuh cinta.

Terpopuler

Comments

💫0m@~ga0eL🔱

💫0m@~ga0eL🔱

parah kamu bilang, macho dikit dong 🤭

2024-10-20

0

Raisa267

Raisa267

Boleh juga idenya

2024-10-16

0

S. M yanie

S. M yanie

wkwkwk ini kisah mu thor??? 😂😂😂

2024-10-16

0

lihat semua
Episodes
1 Acara Perpisahan Sekolah
2 Ungkapan Perasaanku Kepada Ritha
3 Pertama Kali Dipeluk Perempuan Dan Siap Menjalani Dunia Baruku Di SMA
4 Kehadiran Resa
5 Tawaran Live Musik Di Kafe Dan Juga Kehadiran Nadya
6 Penampilan Pertama di Kafe
7 Awal Kedekatanku Dengan Nadya Dan Juga Resa
8 Kecupan Nadya di Pipiku
9 Resa Sakit Dan Aku menjenguknya
10 Saling Mengungkapkan Perasaan
11 Menjadi Canggung Dengan Nadya
12 Coklat Untuk Resa
13 Hari Yang Indah Bersama Resa
14 Ungkapan Hati Nadya
15 Membuka Kotak Kado Dari Resa
16 Kabar dari Ritha
17 Ternyata Aku Sudah Mengenal Resa Dari Kecil
18 Aku Dan Dendra Terkena Musibah
19 Pertemuan Resa Dan Nadya
20 Jujur Kepada Nadya
21 Seminggu Berlalu
22 Arti Mimpi Nadya Dan Resa
23 Kabar Dari Ritha Kembali
24 Seperti Mimpi Bertemu Dengan Ritha
25 Curiga Dengan Perjodohan
26 Rekaman Pertamaku
27 Kecemburuan Nadya
28 Kepergian Siska
29 Telfon Yang Tak Diduga
30 Hari Ulang Tahunku Dan Juga Resa
31 Tiga Bulan Kemudian
32 Liburan Bersama Keluarga Resa
33 Seharian Bersama Resa
34 Ritha Yang Sangat Tulus
35 Liburan Selesai
36 Hadiah dari Dendra
37 Dua Tahun Kemudian
38 Rekaman Pertama Nadya
39 Viralnya Lagu Nadya
40 Perpisahan Sekolah
41 Resa Menginap Di Rumahku
42 Janji Resa Kepada Ibu
43 Liburan
44 Hari Yang Terasa Panjang
45 Resa Tau Semuanya
46 Kepergian Resa
47 Ritha Yang Tak Pernah Berubah
48 Memulai Dari Awal Lagi
49 Terus Terang Kepada Dendra Dan Nadya
50 Kuliah di Bandung
51 Karirku Yang Semakin Terlihat
52 Kedekatan Syifa Dan Ritha
53 Resa Yang Sebenarnya Masih Peduli
54 Ritha yang Semakin Dekat Dengan Keluargaku
55 Satu Tahun Kemudian
56 Pertemuan Dendra dan Keluarga Resa
57 Bertemu Dengan Nisa
58 Bertemu Resa Kembali
59 Menceritakan Semuanya Kepada Ritha
60 Ibu Memang Terbaik
61 Hadiah Untuk Keluargaku Dan Ritha
62 Curhatan Nadya Dan Dendra
63 Hubungan Dendra Dan Nadya
64 Rini Menemui ku Di back stage
65 Melamar Ritha
66 Berkumpul Dengan Teman Lama
67 Ungkapan Resa Untuk Yang Terakhir
68 Persepsi Publik
69 Menjadi Terbatas
70 Mampir Ke Rumah Masa Depan
71 Buka Puasa Bersama
72 Dendra Melamar Nadya
73 Hari Lamaran
74 Pernikahan Yang Semakin Dekat
75 Firasat Buruk
76 Kehilangan Untuk Selamanya
77 Kesedihan Yang Tak Terbendung
78 Seminggu Berlalu
79 Kedatangan Resa
80 Resa Perlahan Merubah Sikap Ku
81 Resa Yang Ternyata Masih Setia
82 Memulai Dari Awal Lagi
83 Mengajak Ke Hal Yang Lebih Serius
84 Bertemu Mamanya Ritha
85 Terjebak Hujan
86 Kejutan Di Tempat Kerja
87 Obrolan Serius Dengan Bapaknya Resa
88 Interview Di Acara Televisi
89 Hari Lamaran
90 Hari Pernikahan
91 Malam Pertama Di Rumah Resa
92 Akhirnya
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Acara Perpisahan Sekolah
2
Ungkapan Perasaanku Kepada Ritha
3
Pertama Kali Dipeluk Perempuan Dan Siap Menjalani Dunia Baruku Di SMA
4
Kehadiran Resa
5
Tawaran Live Musik Di Kafe Dan Juga Kehadiran Nadya
6
Penampilan Pertama di Kafe
7
Awal Kedekatanku Dengan Nadya Dan Juga Resa
8
Kecupan Nadya di Pipiku
9
Resa Sakit Dan Aku menjenguknya
10
Saling Mengungkapkan Perasaan
11
Menjadi Canggung Dengan Nadya
12
Coklat Untuk Resa
13
Hari Yang Indah Bersama Resa
14
Ungkapan Hati Nadya
15
Membuka Kotak Kado Dari Resa
16
Kabar dari Ritha
17
Ternyata Aku Sudah Mengenal Resa Dari Kecil
18
Aku Dan Dendra Terkena Musibah
19
Pertemuan Resa Dan Nadya
20
Jujur Kepada Nadya
21
Seminggu Berlalu
22
Arti Mimpi Nadya Dan Resa
23
Kabar Dari Ritha Kembali
24
Seperti Mimpi Bertemu Dengan Ritha
25
Curiga Dengan Perjodohan
26
Rekaman Pertamaku
27
Kecemburuan Nadya
28
Kepergian Siska
29
Telfon Yang Tak Diduga
30
Hari Ulang Tahunku Dan Juga Resa
31
Tiga Bulan Kemudian
32
Liburan Bersama Keluarga Resa
33
Seharian Bersama Resa
34
Ritha Yang Sangat Tulus
35
Liburan Selesai
36
Hadiah dari Dendra
37
Dua Tahun Kemudian
38
Rekaman Pertama Nadya
39
Viralnya Lagu Nadya
40
Perpisahan Sekolah
41
Resa Menginap Di Rumahku
42
Janji Resa Kepada Ibu
43
Liburan
44
Hari Yang Terasa Panjang
45
Resa Tau Semuanya
46
Kepergian Resa
47
Ritha Yang Tak Pernah Berubah
48
Memulai Dari Awal Lagi
49
Terus Terang Kepada Dendra Dan Nadya
50
Kuliah di Bandung
51
Karirku Yang Semakin Terlihat
52
Kedekatan Syifa Dan Ritha
53
Resa Yang Sebenarnya Masih Peduli
54
Ritha yang Semakin Dekat Dengan Keluargaku
55
Satu Tahun Kemudian
56
Pertemuan Dendra dan Keluarga Resa
57
Bertemu Dengan Nisa
58
Bertemu Resa Kembali
59
Menceritakan Semuanya Kepada Ritha
60
Ibu Memang Terbaik
61
Hadiah Untuk Keluargaku Dan Ritha
62
Curhatan Nadya Dan Dendra
63
Hubungan Dendra Dan Nadya
64
Rini Menemui ku Di back stage
65
Melamar Ritha
66
Berkumpul Dengan Teman Lama
67
Ungkapan Resa Untuk Yang Terakhir
68
Persepsi Publik
69
Menjadi Terbatas
70
Mampir Ke Rumah Masa Depan
71
Buka Puasa Bersama
72
Dendra Melamar Nadya
73
Hari Lamaran
74
Pernikahan Yang Semakin Dekat
75
Firasat Buruk
76
Kehilangan Untuk Selamanya
77
Kesedihan Yang Tak Terbendung
78
Seminggu Berlalu
79
Kedatangan Resa
80
Resa Perlahan Merubah Sikap Ku
81
Resa Yang Ternyata Masih Setia
82
Memulai Dari Awal Lagi
83
Mengajak Ke Hal Yang Lebih Serius
84
Bertemu Mamanya Ritha
85
Terjebak Hujan
86
Kejutan Di Tempat Kerja
87
Obrolan Serius Dengan Bapaknya Resa
88
Interview Di Acara Televisi
89
Hari Lamaran
90
Hari Pernikahan
91
Malam Pertama Di Rumah Resa
92
Akhirnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!