Kehadiran Resa

Sepulang sekolah aku dan Dendra berjalan menuju parkiran sekolah. Kami masih menjalani masa orientasi kayanya sih semingguan, ya mudah-mudahan aku sama Dendra bisa sekelas lagi nanti.

Setibanya di parkiran sekolah ada empat orang mendekat ke arah kami. Ada dua orang laki-laki dan dua orang perempuan.

"Tuh Bil mereka yang aku ceritakan tadi."

Sambil menunjuk ke arah empat orang tersebut

"Gimana ceritanya Dend bisa langsung akrab gitu kamu?"

"Em. Tadi pagi sebelum kamu datang, aku ketemu mereka, terus aku maen gitar nih di depan kelas kebetulan ada yang bawa gitar juga kan, aku cobain deh, eh mereka pada bengong mungkin aku jago kali ya."

"Si kampret."

"Terus pada ngajakin nge jam gitu deh pulang sekolah. Aku bilang aja kalo vokalis, aku punya kenalan, di jamin kalian suka deh nanti aku kenalin"

"Hmmm. Oke deh."

Akhirnya Mereka menyapa kami dan saling bersalaman sekaligus kenalan, namanya Juan, Hendra, Mega & Siska. Juan pemain gitar, Hendra drum, Mega Keyboard & Siska Bass.

Tak perlu lama-lama mereka langsung mengajak kami menuju ke lokasi, mereka juga membawa kendaraan masing-masing, soalnya di tempatku jarang sekali angkutan umum, ada sih angkot tapi jarang-jarang itu juga nggak banyak.

Di sini aku berangkat paling terakhir, karena motorku agak lama bila di hidupkan. Maklumlah motor tua, tapi nggak papa soalnya aku juga sudah tahu tempatnya dan sering aku lewatin saat berangkat atau pun pulang sekolah.

Cuaca siang ini sedikit mendung dan gelap, sepertinya memang mau hujan karena minggu-minggu ini setiap siang sampai sore selalu hujan.

Setelah motorku bisa menyala, aku pun mulai menarik gas motorku lalu berangkat. Tapi, ketika aku baru saja melewati gerbang sekolah, aku melihat ada sosok perempuan yang kelihatannya sangat gelisah.

Dia berdiri di bawah kanopi, depan kios kosong yang nggak berpenghuni, nggak tahu kenapa tiba-tiba aku reflek menghampiri soalnya takut dia kenapa-kenapa dilihat dari mukanya panik gitu dan ketakutan.

Akupun berhenti. Dan coba menyapanya.

"Hai."

Sambil sedikit tersenyum.

"Em, iya hai" dia balik menyapa sambil sedikit tersenyum tapi kemudian dia langsung menundukkan kepalanya.

"Kamu belum pulang?"

"Belum."

Dia sepertinya makin takut di sapa olehku hmm.

"Ko kaya panik gitu sih? Kenapa?"

"Aku gapapa kok."

"Beneran yakin gapapa?"

"Em. Sebenarnya Aku lagi nunggu Bapakku jemput tapi belum datang. Biasanya sih sebelum aku pulang dia sudah standby disini. Dari tadi aku telpon ga diangkat-angkat."

"Lagi di jalan mungkin"

"Nggak tahu. Hmmm."

"Memang rumahmu jauh?"

"Jauh sih lumayan, sekitar 45 menit dari sini. Aku takut, kayanya mau hujan juga terus bingung harus nunggu dimana soalnya temen-temen yang lain udah pada pulang semua."

"Waduh... Gimana ya, yaudah kamu ikut aku dulu mau?"

"Kemana ah?"

"Aku mau latihan band sama temen-temen dari sekolah ini juga sama. Ada lima orang disana, ada perempuan juga kok, mending biar aman kamu ikut aku, terus bapakmu kalau mau jemput ke studio saja, deket kok dari sini. Yukk!"

"Hmmm, bentar ya aku angkat telfon dulu. Ini Bapak Nelpon aku."

"Oh yaudah."

Entah apa yang mereka obrolin di telpon, tapi si cewek ini malah kelihatan makin cemas. Dan setelah itu.

"Kenapa ko kaya tambah cemas?"

"Barusan bapak telpon, katanya maaf jemput akunya nggak bisa, dia lagi antar ibu aku ke puskesmas, dan sekarang masih disana. Ibuku sakit aku disuruh naik ojek ini juga"

Aku lihat sih di pos ojek nggak ada orang sama sekali, mungkin lagi pada nganterin anak sekolah juga sih. Jadi bingung mana temen-temen sudah pada nunggu pasti.

"Yaudah gini saja sebelum ujan turun, kamu ikut aku aja mending, aku latihan cuma sejam kok, lagian ojek juga sudah pada nggak ada lihat aja tuh!"

"Hmm. Iya ya."

"Kalau hujan mereka juga pasti nggak mau anter, nanti kalo masalah pulang aku anter deh, gimana mau nggak?"

"Tapi beneran kan cuma sejam, terus nggak papa aku ngerepotin?"

"Nggak papa daripada kamu kenapa-kenapa, nanti aku yang dosa. Sekarang bilang saja sama Bapak kalo kamu mau dianterin sama temen tapi tunggu satu jam soalnya temennya ada urusan dulu gitu"

"Yaudah deh makasih ya sebelumnya"

"Iya ayo naik aku udah ditungguin pasti"

"Iya sebentar, oh iya lupa namaku Resa, Nama kamu siapa?"

"Aku Nabil. Ayo cepet naik dulu aja!"

Entah apa yang aku lakukan, pasti Dendra bawel aku bawa perempuan ini.

Sesampainya di studio teman-temanku heran kenapa aku bisa sama ini perempuan apalagi Dendra.

Aku dan Resa turun, kemudian aku menyuruh Resa duduk di bangku ruang tunggu

"Kamu duduk aja dulu ya disini jangan kemana-mana. Ok!"

"Hmmm iyaa"

Disini Dendra langsung menarik tanganku dan membisikan

"Bil siapa itu? udah mah lama dateng-dateng bawa cewek lagi."

"Ah Nanti Dend ceritanya rumit, nanti aku ceritain di dalem deh nggak enak kalo disini ada orangnya. ayok ah kita masuk nanti kesorean."

Kami ber enam pun masuk sedangkan Resa nggak mau ikut ke dalam dia hanya duduk di ruang tunggu sambil bermain handphone.

"Bil itu siapa sih? Kamu masih inget Ritha kan? (Ngomong dengan suara berbisik) 

"Apaan sih Dend, masih inget lah, dia Namanya Resa, tadi aku lihat dia gelisah di depan kios kosong, kata dia bapakknya nggak bisa jemput lagi anter ibunya ke puskesmas. Kasian aku takut ada apa-apa kalo di tinggal sendirian udah mendung juga kan. Yaudah aku ajak aja kesini biar aman."

"Aduh, Nabil, Nabil. So pahlawan amat, terus kamu mau anterin dia gitu nanti?"

"Iya Dend."

"Hadeh, kenapa sih kamu ini nggak tegaan amat jadi orang. Inget loh Ritha Ritha inget."

"Aku cuma nolongin doang kan Dend, yaudah kamu aja deh Dend yang anterin ya nanti!"

"Enak aja, nggak bisa. Aku ada urusan nanti, aku disuruh ke toko papa, sekalian ada acara makan malem gitu nanti sekeluarga. Soalnya mau buka cabang baru."

"Hmmm terus gimana dong Dend?"

"Yaudah anterin lah tanggung jawab. Tapi kalau ada apa-apa sama hatimu aku nggak mau nolongin ya."

"Enak aja memang aku segampang itu apa."

"Halaaaaah liat aja nanti."

Sepertinya Dendra kesel banget sama aku. Ya mau gimana lagi semua sudah terlanjur.

Kami pun memulai latihan dan sepertinya kami ber enam cocok sih kalo bikin band dan mereka juga memuji suaraku.

Tapi Juan nggak mau kalau bikin band serius kaya gini, dia cuma ikut-ikutan aja. Soalnya Juan orangnya suka banyak acara katanya takut nggak konsen.

Yaudah sih kan gitar juga sudah ada Dendra. Sendiri pun dia pasti sanggup.

Akhirnya di studio ini kami meresmikan band kami dengan lima personil. Untuk masalah nama kita diskusi aja di grup WA gimana?  Kata Dendra.

Kami akhirnya bertukar nomor dan bikin grup di whatsapp yang namanya masih No name band di grup.

Setelah keluar studio, terlihat waktu sudah mau sore jam 14:00. Sepertinya hujan besar juga sudah turun, tinggal sisa rintik-rintik.

Dendra langsung pamit katanya dia sudah ditelfon berkali-kali oleh papanya. Yang lain juga sama ikut pamitan tinggal aku sama Resa berdua disini.

"Ayo pulang yuk Sa!"

"Bener kamu mau anterin aku, tadi kayanya ada temen kamu yang gak suka ya?"

"Oh engga kok dia cuma kesel dikit aja katanya aku lama datangnya tadi."

"Ohh maaf ya kalau gitu aku jadi ganggu waktu kalian"

"Nggak papa nggak usah di pikirin, ayo pulang yu nanti takut hujan lagi."

"Yaudah ayo, nanti bawanya pelan-pelan yah Bil soalnya jalan ke rumahku agak jelek."

"Oh gitu, iya deh siap. Ayo naik Sa!"

Kami pun berangkat, di perjalanan aku nggak ngobrol sama sekali soalnya aku punya rasa takut juga kalo deket perempuan kaya gini, Resa juga diam saja mungkin dia juga pemalu sama seperti aku.

Setelah hampir sepertiga perjalanan, tiba-tiba hujan turun kembali dan sangat deras.

Kami pun berteduh di sebuah pabrik nggak tahu pabrik apa yg jelas di depannya ada pos security dan kami ikut berteduh di teras pos security, yang penting ga kena air hujan.

"Bapak-bapak kami ikut berteduh sebentar ya."

"Iya silahkan De"

Sambung dua security yang sedang ngobrol.

"Masih jauh ya Sa?"

"Em deket ko paling sepuluh menitan lagi. Maaf ya aku ngerepotin banget Bil, aku jadi nggak enak sama kamu"

"Santai aja Sa aku nggak papa ko, yang penting kamu sampe rumah. Oh iya bilang sama bapak bentar lagi kamu sampe dan lagi neduh, soalnya hujan turun lagi."

"Iya Bil ini aku mau bilang ko"

Hampir 15 menit kami menunggu dan hanya sedikit ngobrol.

Di sini aku memperhatikan Resa sepertinya dia sangat kedinginan. Karena pakaian kita juga sedikit basah terkena air hujan sebelum berteduh disini. Aku coba menawarkan jaketku yang agak tebal ini untuk dia pakai karna dia hanya pakai kardigan.

"Sa, kamu kedinginan ya? Kamu pake jaket aku nih! Biar gak dingin, ini agak tebel soalnya."

"Nggak usah Bil aku pake ini aja"

"Udah Sa nggak papa nanti kamu sakit coba. Kamu juga udah kedinginan kaya gitu tuh, nggak tenang aku ngeliatnya."

"Hmmm. Yaudah deh Bil makasih ya, terus kamu nggak pake jaket dong?"

"Aku ada jas hujan ko, kalau aku dingin pake itu aja gampang."

"Yaudah Bil makasih banget ya."

"Iya sama-sama Resa"

Tak lama Hujan pun berhenti dan kami melanjutkan perjalanan yang katanya sebentar lagi sampai, aku memakai jas hujan dan Resa memakai jaketku yang sedikit basah karena masih sedikit gerimis.

Singkat cerita kami pun sampai. Aku sempat bengong karena Rumahnya indah sekali berada di area pesawahan dan di depan terlihat pemandangan gunung salak yang begitu hijau. Apalagi setelah hujan gini, suasana rasanya nyaman sekali berada disini.

Tapi Aku lihat di rumahnya sepi sekali sore ini, yang terdengar hanya suara denting piano itu pun kecil sekali suaranya.

"Orang tuamu belum pada pulang ya Sa?" 

"Iya kayanya Bil belum deh. Tapi adikku kayanya ada di dalem sih. Assalamu'alaikum de bukain pintu ini teteh"

Resa memanggil ke arah dalam rumahnya.

"Oh iya, Bil duduk dulu sini! Kamu pasti capek ya?"

"Iya Sa lumayan pegel sih."

Di teras rumah ada dua buah kursi rotan dan meja kaca. Aku pun duduk di situ karena lumayan pegel juga perjalanan tadi. Mungkin karena jalannya cukup jelek banyak lubang-lubang dan becek pula.

Tiba-tiba pintu rumah terbuka. Dan benar ternyata adiknya Resa ada di dalam. Dia sengaja mengunci pintu karena takut sendirian dirumah.

Resa : "Bil, kenalin nih adik aku namanya Nisa"

Aku : "Oh iya."

Aku pun berkenalan dengan adiknya dan menyebutkan namaku

Nisa : "Ini pacar teh Resa ya?"

Aku : "Eh bukan, bukan De tapi temennya."

Resa : "Iya bukan De, tapi tadi kak Nabil nggak sengaja nganterin teteh, soalnya Bapak kan nggak bisa jemput, terus juga ojek pangkalan di sana sepi nggak ada satupun. Untung ada kak Nabil, kalo nggak ada nggak tahu teteh pulang sama siapa."

Aku : "Iya bener De, tadi kak Nabil nggak sengaja, oh iya kamu kelas berapa? terus kak Nabil denger tadi di dalem ada suara piano ya?"

Nisa : "Aku baru masuk SMP Kak, oh iya itu di dalem suara pianoku, aku hobi main piano soalnya dari kecil."

Aku : "Oh hebat dong, kalo Resa sendiri hobinya apa nih?" (Sambil tersenyum melihat ke arah Resa)

Nisa : "Ah si teteh mah nggak asik masa hobinya cuma masak, padahal kan cewek mah udah kewajiban ya Kak kalo masak."

Resa : "Apaan sih De ah? lemes amat mulut!"

Aku : "Hmmm nggak papa De masak itu kan hebat banyak ko koki perempuan yang terkenal karena masakannya enak."

Resa : "Tuh dengerin so tahu sih ini anak kecil."

Aku : "Udah, udah, kalian berdua sama-sama hebat ko."

Nisa : "Eh Bentar-bentar kalo kak nabil hobinya apa?"

Eh malah Resa yang jawab

Resa : "Teh Resa tahu De, kak Nabil itu pinter nyanyi, suaranya enak loh tadi aja teteh denger langsung pas di studio walaupun teteh dengernya kecil. Soalnya teteh nunggu di luar."

Nisa : "Memang Kak Nabil tadi bener dari studio?"

Aku : "Iya bener De, tadi teteh kamu ikut ke studio, soalnya sebelum nganterin kesini kakak udah janji harus latihan dulu sama temen-temen, jadi tetehmu terpaksa nunggu deh satu jam"

Nisa : "Wah hebat dong Kak, kapan-kapan kalau kakak main kesini lagi, kita nyanyi-nyanyi yuk terus aku deh yang main pianonya."

Resa : "Apaan sih kamu De, kak Nabil kan kesini cuma nganter teteh doang masa dia mau kesini lagi sih"

Aku : "Iya iya kalo ada waktu yah De Nisa, kita nyanyi bareng-bareng deh disini."

sambil ku kedipkan mata ke Resa biar adiknya percaya aja biar dia berenti nanya-nanya.

Tak lama kemudian terdengar suara motor dari arah jalan menuju kesini. Dan ternyata kedua orang tua Resa pun pulang .

"Assalamualaikum" 

"Waalaikum salam."

Aku langsung menghampiri karena kelihatannya Bapaknya Resa mau membopong Ibunya Resa yang sedang sakit. Aku langsung salaman dengan kedua orangtuanya.

Dan aku hanya ikut membantu memindahkan motornya si bapak agar lebih ke dalam dan rapi.

Mereka berempat masuk kedalam sedangkan menunggu di luar, bingung aku harus ngapain rasanya sih ingin pulang tapi masa pergi gitu aja nggak pamitan.

Selang beberapa menit, Resa dan Bapaknya pun keluar juga.

Resa : "Pak kenalin ini Nabil yang tadi nganterin aku."

Bapak : "Oh iya saya Bapaknya Resa, makasih ya sudah bantu bapak dan mau nganterin Resa kesini."

Aku : "Iya Pak Sama-sama, saya senang membantu Bapak dan Resa, ibu gimana Pak keadaannya?"

Bapak : "Alhamdulillah setelah di tangani bidan tadi, ibu perlahan membaik. Tadi tensinya tinggi, darah tingginya kambuh jadi harus banyak istirahat aja kata bidan."

Aku : "Oh syukur deh kalau sudah baikan, kalau gitu saya mau pamit pulang ya Pak. Soalnya sudah sore terus takut turun hujan lagi."

Bapak : "Kok buru-buru nak? Belum juga dijamu."

Aku : "Em nggak usah pak makasih ngerepotin nanti."

Bapak : "Ah enggak kok nak, oh iya sebentar, sebentar ini ada uang bensin kamu terima ya."

Aku : "Ah bapak nggak usah, nggak usah Pak saya ikhlas ko."

Aku benar-benar gamau menerimanya soalnya aku benar-benar ikhlas sudah menolong orang saat kesusahan. Itu kan pahala besar juga buat aku.

Bapak : "Hmmm kamu ini, yasudah sekali lagi Terima kasih ya nak, kapan-kapan main lagi saja ke sini kalo ada waktu ya."

Aku : "Insyaallah ya pak terimakasih."

Aku pun pamitan sama Resa

Aku : "Sa aku balik ya."

Resa : "Eh iya Bil tunggu, ini kamu pake jaket bapak saja, tadi aku pinjem ke bapak, jaket kamu kan basah, nanti aku cuci di sini ya terus nanti aku balikin pas kita ketemu disekolah."

Aku : "Oh iya Sa kalo gitu, makasih pak ya udah mau minjemin jaket."

Bapak : "Iya sama-sama. Pake aja nak, itung-itung terimakasih bapak buat kamu."

Aku : "Yaudah, kalo gitu aku pulang ya, Pak, Sa, Salam juga buat ibu dan Nisa kalau aku pamit pulang."

Bapak : "Iya nanti Bapak sampaikan, hati-hati yah jangan ngebut-ngebut."

Aku : "Iya Pak, Sa, Assalamualaikum? 

"Waalaikumsalam"

Aku pun pulang dan salim sama Bapaknya Resa, Jujur ini pertama kali aku nganter seorang perempuan ke rumahnya dan sampai bertemu dengan kedua orang tuanya walaupun sebentar. walaupun Resa itu bukan siapa-siapa aku.

Di tengah perjalanan, aku berpikir apa aku salah atau enggak sudah melakukan ini, soalnya aku jadi teringat dengan janjiku dulu sama Ritha.

Dalam hatiku pun aku nggak boleh terlalu jauh kenal sama Resa soalnya keadaan bisa merubah apapun, sekalipun itu gak sengaja. Apalagi usiaku ini masih sangat muda masih labil dan aku juga orangnya suka ga tegaan kalo melihat orang lain butuh bantuan ku.

Dan tiba-tiba aku keinget Ritha, apa dia sudah mengirim kabar, aku pun berhenti sejenak dan melihat beberapa notif di handphoneku, tapi lagi-lagi belum ada kabar dari Ritha.

Yang ada cuma WA dari Bapakku sama kakak kelas yang kemarin meminta nomerku, aku pun hanya membalas WA Bapak yang menanyakan aku sedang dimana, aku balas sebentar lagi sampai rumah dan tadi habis main dari rumah teman.

"Sampai kapan aku bisa sabar ya? Aku pun kirim pesan ke emailnya Ritha walaupun nggak tahu kapan dia akan membalasnya.

"Assalamualaikum. Tha, Aku kangen banget Tha sama kamu, kamu disana sehat-sehat kan? Aku nggak peduli kamu bales pesanku ini kapan, aku cuma mau bilang aku kangen banget, setiap hari aku buka email ini dan selalu menunggu kabar dari kamu, kalo kamu buka, kamu langsung bales yah Tha, aku pasti bahagia banget lihat pesan balasannya. 

Aku juga mau cerita kalau hari ini aku sama Dendra udah dapet temen-temen baru dan akan bentuk sebuah band, do'ain terus yah semoga cita-cita ku lancar. Dan suatu hari aku bisa jemput kamu dengan keadaanku yang sudah siap seperti janjiku dulu.

Aku bakalan terus setia nungguin kamu, kamu sehat-sehat ya di sana, dan jangan lupa di pakai ya Tha tasbih dari aku waktu itu. 

Mataku sedikit berkaca sambil ku peluk sobekan kertas yang selalu aku bawa kemanapun aku pergi.

Terpopuler

Comments

Sasa_

Sasa_

pakein dong🤣

2024-11-22

2

Raisa267

Raisa267

Soleh nya/Drool/

2024-10-29

0

Raisa267

Raisa267

malah berantem hmmm

2024-10-29

0

lihat semua
Episodes
1 Acara Perpisahan Sekolah
2 Ungkapan Perasaanku Kepada Ritha
3 Pertama Kali Dipeluk Perempuan Dan Siap Menjalani Dunia Baruku Di SMA
4 Kehadiran Resa
5 Tawaran Live Musik Di Kafe Dan Juga Kehadiran Nadya
6 Penampilan Pertama di Kafe
7 Awal Kedekatanku Dengan Nadya Dan Juga Resa
8 Kecupan Nadya di Pipiku
9 Resa Sakit Dan Aku menjenguknya
10 Saling Mengungkapkan Perasaan
11 Menjadi Canggung Dengan Nadya
12 Coklat Untuk Resa
13 Hari Yang Indah Bersama Resa
14 Ungkapan Hati Nadya
15 Membuka Kotak Kado Dari Resa
16 Kabar dari Ritha
17 Ternyata Aku Sudah Mengenal Resa Dari Kecil
18 Aku Dan Dendra Terkena Musibah
19 Pertemuan Resa Dan Nadya
20 Jujur Kepada Nadya
21 Seminggu Berlalu
22 Arti Mimpi Nadya Dan Resa
23 Kabar Dari Ritha Kembali
24 Seperti Mimpi Bertemu Dengan Ritha
25 Curiga Dengan Perjodohan
26 Rekaman Pertamaku
27 Kecemburuan Nadya
28 Kepergian Siska
29 Telfon Yang Tak Diduga
30 Hari Ulang Tahunku Dan Juga Resa
31 Tiga Bulan Kemudian
32 Liburan Bersama Keluarga Resa
33 Seharian Bersama Resa
34 Ritha Yang Sangat Tulus
35 Liburan Selesai
36 Hadiah dari Dendra
37 Dua Tahun Kemudian
38 Rekaman Pertama Nadya
39 Viralnya Lagu Nadya
40 Perpisahan Sekolah
41 Resa Menginap Di Rumahku
42 Janji Resa Kepada Ibu
43 Liburan
44 Hari Yang Terasa Panjang
45 Resa Tau Semuanya
46 Kepergian Resa
47 Ritha Yang Tak Pernah Berubah
48 Memulai Dari Awal Lagi
49 Terus Terang Kepada Dendra Dan Nadya
50 Kuliah di Bandung
51 Karirku Yang Semakin Terlihat
52 Kedekatan Syifa Dan Ritha
53 Resa Yang Sebenarnya Masih Peduli
54 Ritha yang Semakin Dekat Dengan Keluargaku
55 Satu Tahun Kemudian
56 Pertemuan Dendra dan Keluarga Resa
57 Bertemu Dengan Nisa
58 Bertemu Resa Kembali
59 Menceritakan Semuanya Kepada Ritha
60 Ibu Memang Terbaik
61 Hadiah Untuk Keluargaku Dan Ritha
62 Curhatan Nadya Dan Dendra
63 Hubungan Dendra Dan Nadya
64 Rini Menemui ku Di back stage
65 Melamar Ritha
66 Berkumpul Dengan Teman Lama
67 Ungkapan Resa Untuk Yang Terakhir
68 Persepsi Publik
69 Menjadi Terbatas
70 Mampir Ke Rumah Masa Depan
71 Buka Puasa Bersama
72 Dendra Melamar Nadya
73 Hari Lamaran
74 Pernikahan Yang Semakin Dekat
75 Firasat Buruk
76 Kehilangan Untuk Selamanya
77 Kesedihan Yang Tak Terbendung
78 Seminggu Berlalu
79 Kedatangan Resa
80 Resa Perlahan Merubah Sikap Ku
81 Resa Yang Ternyata Masih Setia
82 Memulai Dari Awal Lagi
83 Mengajak Ke Hal Yang Lebih Serius
84 Bertemu Mamanya Ritha
85 Terjebak Hujan
86 Kejutan Di Tempat Kerja
87 Obrolan Serius Dengan Bapaknya Resa
88 Interview Di Acara Televisi
89 Hari Lamaran
90 Hari Pernikahan
91 Malam Pertama Di Rumah Resa
92 Akhirnya
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Acara Perpisahan Sekolah
2
Ungkapan Perasaanku Kepada Ritha
3
Pertama Kali Dipeluk Perempuan Dan Siap Menjalani Dunia Baruku Di SMA
4
Kehadiran Resa
5
Tawaran Live Musik Di Kafe Dan Juga Kehadiran Nadya
6
Penampilan Pertama di Kafe
7
Awal Kedekatanku Dengan Nadya Dan Juga Resa
8
Kecupan Nadya di Pipiku
9
Resa Sakit Dan Aku menjenguknya
10
Saling Mengungkapkan Perasaan
11
Menjadi Canggung Dengan Nadya
12
Coklat Untuk Resa
13
Hari Yang Indah Bersama Resa
14
Ungkapan Hati Nadya
15
Membuka Kotak Kado Dari Resa
16
Kabar dari Ritha
17
Ternyata Aku Sudah Mengenal Resa Dari Kecil
18
Aku Dan Dendra Terkena Musibah
19
Pertemuan Resa Dan Nadya
20
Jujur Kepada Nadya
21
Seminggu Berlalu
22
Arti Mimpi Nadya Dan Resa
23
Kabar Dari Ritha Kembali
24
Seperti Mimpi Bertemu Dengan Ritha
25
Curiga Dengan Perjodohan
26
Rekaman Pertamaku
27
Kecemburuan Nadya
28
Kepergian Siska
29
Telfon Yang Tak Diduga
30
Hari Ulang Tahunku Dan Juga Resa
31
Tiga Bulan Kemudian
32
Liburan Bersama Keluarga Resa
33
Seharian Bersama Resa
34
Ritha Yang Sangat Tulus
35
Liburan Selesai
36
Hadiah dari Dendra
37
Dua Tahun Kemudian
38
Rekaman Pertama Nadya
39
Viralnya Lagu Nadya
40
Perpisahan Sekolah
41
Resa Menginap Di Rumahku
42
Janji Resa Kepada Ibu
43
Liburan
44
Hari Yang Terasa Panjang
45
Resa Tau Semuanya
46
Kepergian Resa
47
Ritha Yang Tak Pernah Berubah
48
Memulai Dari Awal Lagi
49
Terus Terang Kepada Dendra Dan Nadya
50
Kuliah di Bandung
51
Karirku Yang Semakin Terlihat
52
Kedekatan Syifa Dan Ritha
53
Resa Yang Sebenarnya Masih Peduli
54
Ritha yang Semakin Dekat Dengan Keluargaku
55
Satu Tahun Kemudian
56
Pertemuan Dendra dan Keluarga Resa
57
Bertemu Dengan Nisa
58
Bertemu Resa Kembali
59
Menceritakan Semuanya Kepada Ritha
60
Ibu Memang Terbaik
61
Hadiah Untuk Keluargaku Dan Ritha
62
Curhatan Nadya Dan Dendra
63
Hubungan Dendra Dan Nadya
64
Rini Menemui ku Di back stage
65
Melamar Ritha
66
Berkumpul Dengan Teman Lama
67
Ungkapan Resa Untuk Yang Terakhir
68
Persepsi Publik
69
Menjadi Terbatas
70
Mampir Ke Rumah Masa Depan
71
Buka Puasa Bersama
72
Dendra Melamar Nadya
73
Hari Lamaran
74
Pernikahan Yang Semakin Dekat
75
Firasat Buruk
76
Kehilangan Untuk Selamanya
77
Kesedihan Yang Tak Terbendung
78
Seminggu Berlalu
79
Kedatangan Resa
80
Resa Perlahan Merubah Sikap Ku
81
Resa Yang Ternyata Masih Setia
82
Memulai Dari Awal Lagi
83
Mengajak Ke Hal Yang Lebih Serius
84
Bertemu Mamanya Ritha
85
Terjebak Hujan
86
Kejutan Di Tempat Kerja
87
Obrolan Serius Dengan Bapaknya Resa
88
Interview Di Acara Televisi
89
Hari Lamaran
90
Hari Pernikahan
91
Malam Pertama Di Rumah Resa
92
Akhirnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!