Pertama Kali Dipeluk Perempuan Dan Siap Menjalani Dunia Baruku Di SMA

"Tha kamu belum ngantuk?"

"Emmm. Lumayan sih, kamu mau balik Bil ke tenda?"

"Kayanya iya Tha, nggak baik juga kan udah malem, takut ada guru patroli kesini."

"Hmmm Tapi Yakin nih udah ga ada yang mau kamu ungkapin lagi? ini terakhir loh."

"Hmm iya ya, Tapi apa ya?"

"Ya nggak tahu atuh hehe."

"Aku mau puas-puasin liatin kamu aja deh, nanti kan pasti kangen."

"Yee genit ya. Dasar."

Tiba-tiba Ritha memegang tanganku dan menatap mataku. Dengan mata yang sedikit berkaca-kaca dia pun bilang.

"Kamu baik-baik ya Bil nanti. Aku tau kamu itu orang baik, aku nggak akan pernah nagih janji kamu ko untuk selalu setia nungguin aku, karena itu hak kamu."

"Kamu Tha yang baik-baik di sana kamu kan sendirian jauh dari keluarga, kamu harus tahu aku bakalan terus nungguin kamu. Walaupun misalnya ada perempuan yang deketin aku, aku pasti langsung ambil sobekan kertas ini biar aku langsung inget sama kamu, kertas ini bakalan aku bawa kemanapun."

"Ah kamu, aku percaya ko sama kamu, kita jalanin masing-masing aja ya sekarang. Suatu saat nanti kalo memang kita berjodoh, pasti ada jalan ko buat bertemu lagi. Dan kita akan sama-sama lagi lebih dari ini."

"Sekarang aku nggak tahu harus bilang apa lagi, yang jelas aku mau bilang kalo aku sayang banget sama kamu Tha!"

Tiba-tiba Ritha langsung memelukku dan dia menangis nggak tahu apa yang sedang dia rasakan.

"Aku juga sayang sama kamu Bil. Kamu semangat yah selagi kita jauh kita saling berdoa, Mudah-mudahan kita dikasih jalan buat ketemu lagi"

"Emmm. Iya Tha, udah kamunya jangan nangis."

Aku mengusap air matanya. Aku nggak tahu apa yang harus aku lakukan biar dia gak nangis lagi, aku juga berpikir gimana caranya kita ketemu lagi, karena di pesantren nggak mungkin dia pegang handphone, tapi aku percaya sama apa yang dia katakan, kalau ada jalan pasti bakal ketemu lagi.

"Aku juga nggak tahu Bil harus bilang apa, yang jelas malam ini aku seneng walaupun akhirnya harus gini"

"Udah udah jangan nangis lagi ya, kita pasti kuat ko, aku yakin akhirnya kita akan sama-sama."

"Iya Aku percaya kok Bil, makasih ya buat semuanya."

Aku pun membalas pelukannya dengan erat. Rasanya nyaman sekali memeluk wanita yang selama ini aku cintai, aku gak menyangka bisa seindah ini, walaupun akhirnya setelah ini aku bakal ada kesedihan & akan kehilangannya cukup lama.

Aku memegang kedua pipinya dan mengusap air matanya dengan kedua tanganku, aku nggak tega melihat dia menangis seperti ini.

"Udah yah, jangan nangis lagi!"

Ritha hanya bisa mengangguk Sambil tersedu-sedu setelah aku menyuruhnya untuk berhenti menangis.

Aku memeluknya lagi sambil ku usap-usap punggungnya. Kali ini cukup lama.

"Aku nyaman banget Bil. Jangan dilepas dulu ya sampai aku merasa tenang"

"Iya Tha."

Sekitar satu menit lebih dia memelukku tanpa bicara lagi satu katapun.

"Tha, hei?"

"Hehe iya Bil apa? maaf ya soalnya nyaman banget."

"Hmmm dasar kirain tidur."

"Hmmm masa aku tidur sih Bil"

Dia pun melepaskan pelukannya. Dan ku lihat sudah tak nangis lagi, matanya sembab, tapi sama sekali gak merubah kecantikannya. Tangannya pun masih kupegang.

"Oh iya besok pagi sebelum pulang kita ketemu dulu ya Tha sebentar."

"Iya besok kita ketemu dulu, yaudah Aku balik ke tenda ya sekarang, nggak papa kan?"

"Yaudah nggak papa, kamu duluan gih biar aku liatin dari sini"

"Yaudah, selamat malam ya Bil, selamat tidur, jangan lupa mimpiin aku. Dah Nabil sayang Assalamu'alaikum."

"Iya waalaikumsalam."

Aku nggak bisa membalas panggilan sayangnya karena sulit sekali itu terucap dari mulutku.

(mataku pun tak tahan & berkaca-kaca) 

Aku melepaskan tangannya perlahan tapi mau apa lagi dia harus balik ke tenda. Akupun menangis dan nggak bisa ku tahan lagi.

Setelah Ritha pergi, aku balik ke tenda. Disini aku melihat teman-temanku sudah tertidur pulas semua termasuk Dendra,  namun aku agak sulit untuk tertidur, sesekali air mataku menetes kembali, dan yang aku pikirkan saat ini gimana caranya nanti aku kasih kabar ke dia lewat apa? Aku juga sampai lupa lagi minta no. Handphonenya.

Hmmm tak tau lah aku pikirkan lagi besok sama Dendra.

***

Pagi pun tiba, kita semua siap-siap untuk pulang ke rumah masing-masing. Tapi anehnya dari sejak shalat subuh aku tak pernah melihat Ritha sekalipun. Dia kemana?

Temannya yang bernama Zahra juga sama tak ada soalnya cuma dia yang deket sama Ritha, gimana ini?

Mau nggak mau kami semua harus masuk ke bus pariwisata yang terpisah antara perempuan dan pria. Aku disini masih bingung Ritha dimana?

Padahal semalam aku udah bilang sama dia kalau sebelum pulang kita bakal bertemu dulu.

Akupun masuk ke bus paling terakhir karena sambil melihat-lihat ke arah Bis perempuan tapi tetap saja aku tak melihatnya. Kemudian aku duduk bersama Dendra dibangku paling belakang

"Bil? Gimana semalam sukses?"

"Ya gitu lah Dend, aku sudah bilang semua tapi mau gimana lagi apa pun yang aku bilang toh dia bakalan pergi juga Dend, yang ada aku bingung sekarang"

"Bingung kenapa?"

"Bingung gimana ngabarin dia ya? Aku dari bangun tidur gak pernah liat dia lagi."

"Memang kamu gak minta nomer handphone nya?"

"Engga Dend."

"Bego, bego, terus ngapain aja semalem Nabil? Ayo loh ngapain aja semalem ngaku? Jadi curiga aku kamu habis ngapa-ngapain sama dia dibalik batu."

"Dihh apaan sih, ngaco kamu. Semalem Aku cuma bilang aja Dend ngobrol-ngobrol panjang lah gitu, kepo amat kamu ini. Tapi yang jelas aku gak ngapa-ngapain ya inget itu. Aku ga sempet minta nomernya. Pas balik ke tenda aku baru inget. Tapi lagian kan dia juga gak bakal pegang HP Dend kalo di pesantren. Jadi aku rasa gak penting-penting amat sih yaa. Semalem juga aku ajak lagi buat ketemu paginya, tapi dianya malah gak keliatan sama sekali sampe sekarang"

"Hadeuh seenggaknya dia kan masih dirumah bloon. Masa langsung mondok sih dasar bego amat ya ampun aku punya temen ih. Sekarang jadi gak tau kan dia dimana."

"Gimana dong Dend? tolongin!"

"Hmm.. Ampun deh, yaudah tenang-tenang aku punya nomernya Zahra aku tanya deh dan minta nomernya"

"Buset Zahra? Kok bisa punya nomernya dia kamu?"

"Iya kan aku sempet deket sama Zahra"

"Waduhhh baru tau aku. Terus gimana kamu sama dia?"

"Ah males Bil nanti aja nyari cewek lagi disekolah baru kita. Zahra mau nerusin sekolah di jakarta ikut bapaknya. Males aku kalo LDR gitu."

"Si kampret malah nyindir."

"Haha. Orang kenyataannya gitu."

Tak lama kira-kira setelah seperempat perjalanan, Dendra dapat nomernya Ritha dari Zahra.

Akupun langsung kabarin dia dan ternyata dia hilang dari pagi itu sengaja, dia nggak tahan kalau harus ngeliat aku lagi karena kita bakalan berpisah. Setelah sampai disekolah pun dia gak kelihatan, sepertinya langsung pulang saking gak maunya ketemu sama aku lagi.

Dia bilang sih seminggu lagi bakalan berangkat, tapi dalam seminggu ini dia bakalan liburan di rumah uwa nya yang ga jauh dari pesantren tersebut.

Kami cuma bisa kabar-kabaran lewat chat & sosial media, dan dari situ aku sempat tanya sama dia.

"Tha apa kita bener-bener gabisa saling kasih kabar?"

"Gimana ya, paling kalo ada pelajaran komputer atau ada tugas ke warnet aku bisa kabarin kamu Bil lewat email. Itu pun pasti alakadarnya, mending-mending kamu juga online pas aku kasih kabar. Gapapa kan Bil, kamu masih mau kan nungguin aku?"

"Hmmm. Yaudah mau gimana lagi Tha, tapi kalau ada kesempatan langsung kabarin aku ya"

"Iya Bil tenang aja, nggak usah khawatir aku pasti langsung ko kabarin kamu."

Hmm. Sedih sekali rasanya tapi nggak papa yang penting seminggu atau sebulan sekali aku dapat kabar darinya.

Aku menghabiskan masa liburanku hanya dirumah. Aku selalu chat dengan Rita hampir tiap waktu yang semakin kesini semakin dekat dan menjadi mesra, ya kapan lagi bisa kaya gini, waktunya kan hanya dua minggu lagi.

Aku hanya bisa menikmati kemesraan ini, walaupun waktu yang makin hari makin tak terasa untukku.

Di malam senin terakhir, sial sekali aku ketiduran. padahal baru jam sembilan malam. Padahal aku lagi chat untuk terakhir kalinya sama Ritha malam itu.

Aku pun terbangun subuh jam 4 pagi, dan ada pesan terakhir dari Ritha yang sangat menyentuhku.

Bill kamu sudah tidur ya? Selamat tidur yah Nabil ku sayang, mimpi yang indah. Mungkin ini pesan terakhirku sama kamu.

Besok aku sudah harus ke pondok. Kamu sehat-sehat yah di sana, Nanti di sekolah baru, kamu semangat ya belajarnya, kejar cita-citamu sampai suatu saat nanti kamu jemput aku di sini yang akan selalu nungguin kamu. 

Kamu kalo mau ngabarin aku, kabarin aja ya lewat email, nanti pasti ada waktunya kok aku bales kabar dari kamu, Jangan sedih yaa sayang, kamu harus terus ceria seperti nabil yang aku kenal, aku bakal pastiin aku disini baik-baik aja.

Kamu nggak usah terlalu khawatir sama aku. Aku bakal selalu percaya sama kamu, dan kamu harus tahu Bil, kalo aku sayaaaaang banget sama kamu dan akan selalu nungguin kamu. Tetap jadi Nabil yang aku kenal ya.

Udah ya Nabil sayang. Assalamu'alaikum.

Aku pun langsung menelponnya, tapi nomernya sudah gak aktif. Panik dan sedih sekali aku pagi itu apa yang harus aku lakukan.

Hingga tak terasa perlahan mataku pun menangis mengeluarkan air mata . Aku hanya tertidur lemas sambil memegang sobekan kertas Ritha yang akan selalu aku bawa kemanapun aku pergi.

Tak lama ada suara ibu memanggilku.

Tok tok tok.

"Bil, udah bangun belum kamu nak? ke mesjid sana bareng sama bapak."

"Iya Bu aku udah bangun ko."

Singkat cerita, Pukul 06:15 aku sedang sarapan sambil nonton tv.

Tiba-tiba di luar ada suara motor, ternyata itu adalah Dendra . Dia sengaja nyamper katanya mau berangkat sekolah bareng.

Aku dan Dendra bakalan masuk di hari pertama di sekolah baru. Di salah satu SMA yang berada di daerah kabupaten sukabumi. Karena aku dan Dendra sudah komit kami bakalan bikin band dan nyari personil lain untuk melengkapi band kami disekolah baru. Jadi aku harus selalu satu sekolah dengan Dendra.

Akhirnya Kita berdua berangkat. Aku dibonceng Dendra pake motor yang di pinjamkan oleh papanya.

Sesampainya di sekolah, Aku rada deg-degan sih maklum lah banyak yang gak aku kenal disini. Aku hanya berkenalan dengan beberapa teman baru, dikelas pun aku nggak bisa jauh dari Dendra berdua terus.

Di sini aku dan Dendra melewati masa-masa orientasi yang cukup seru dan beda banget saat orientasi pas SMP dulu.

Saat menjelang waktu pulang, aku hendak ke parkiran motor bersama Dendra, tak lama kemudian ada yang memanggilku suara perempuan.

Dan benar apa yang di bilang Ritha waktu itu. Baru juga satu hari aku disekolah, sudah ada kakak kelas perempuan yang meminta berkenalan denganku bahkan langsung meminta nomer handphoneku. Namanya Nova, nggak tahu untuk apa dan dengan polosnya aku kasih.

Tadi sih dia ada di kelasku juga, kayanya anggota OSIS soalnya ikut membimbingku saat orientasi. Akupun langsung pamit pulang dan hanya sedikit ngobrol sama dia.

Saat dijalan,

"Wihhh gokil Bil, belum juga sehari udah dapet kakak kelas aja. Mana cakep banget lagi anjir."

"Ah apaan sih. Kali aja dia ada perlu Dend jangan buruk sangka dulu."

"Yaelah, mana ada kakak kelas perlu sama adek kelasnya. Polos amat kamu hmmm."

"Ya kali aja Dend ah jangan suudzon, lagian kalau pun dia chat yang enggak-enggak nggak bakal aku ladenin ko, kan ada Ritha yang jagain hati ini"

"Jiaah. Sekarang Bil kamu bisa bilang gitu, lihat saja seminggu lagi juga bakalan berubah apa yang kamu bilang."

"Ah kamu Dend, terserah ah kalau nggak percaya. Hmmm"

Malam pun tiba, di saat aku mau tidur aku membiasakan melihat sobekan kertas tulisan Ritha, dan itu cukup membuatku tenang juga obat untuk melepas rasa kangen.

Tapi Tiba-tiba ada notif di handphoneku dan aku cek ternyata ada WA dari kaka kelas yang minta nomerku tadi.

"Malem De, udah tidur belum? ini kakak yang tadi diparkiran. Save ya nomer kaka!"

Aku pun membalasnya.

"Iya malem Kak, iya aku save ko, Ini aku mau tidur sih.. Ada apa ya kak?"

"Oh yaudah kalo mau tidur, nggak ada apa-apa ko hehe, maaf deh kalo kakak ganggu ya."

"Hmmm Iya Ka gapapa. Aku tidur duluan ya maaf Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam De."

Aku sengaja rada cuek, nomornya pun gak aku save. Buat apa ah aku juga udah tau tujuannya pasti kemana kalo diterusin.

Memang sih kakak kelas itu sangatlah cantik, kalo Dendra yg jadi aku kayanya udah di sikat sih sama dia. Soalnya kan Dendra nggak karuan kalau melihat yang cantik. Aku sih sudah komit dengan janjiku.

Ya Allah waktu masih lama baru saja sehari godaan sudah ada yang datang. Aku harus kuat aku harus kuat.

Aku selalu membiasakan mengecek email sebelum tidur, kali aja ada kabar walaupun sedikit, tapi ya masih belum ada, aku selalu berpikir Ritha disana lagi apa ya? Apa dia masih inget aku?.

Mudah-mudahan saja dia selalu inget dan menggunakan tasbih yang aku kasih. Karena itu satu-satunya barang yang bisa membuat dia ingat sama aku.

Hari pun berganti ke hari selasa.

Aku di izinkan sama bapak berangkat sekolah menggunakan motor bapakku motor Vespa Super 75.

Bapakku seorang ASN dan bertugas di salah satu kecamatan di kabupaten sukabumi. Dia sudah membeli motor baru kemarin, dan motor lamanya sengaja diwariskan kepadaku. Aku pun kasih kabar ke Dendra kalau hari ini dia tak usah menjemput ku.

Setelah sampai sekolah, aku disambut Dendra di taman dekat parkiran. Ternyata diapun baru saja dapet motor baru Honda CBR 150 dari papanya, maklum dia anak orang berada dan manja, gitarnya dia aja mahal-mahal. Karena papanya seorang pengusaha. Tokonya banyak dan cabangnya pun ada dimana-mana.

"Wow vokalis gua nih udah datang. Tampan sekali kau pake Vespa Bil."

"Apaan ngeledek kamu Dend ,Kamu tuh keren banget motormu, enak banget jadi anak papah ya."

"Sue ah. Oh iya tadi aku ketemu temen-temen baru, ada sekitar empat orang lah. Mereka katanya pulang sekolah ngajakin kita nge jam gitu di studio, kali aja cocok Bil, kita kan mau bikin band jadi butuh beberapa personil kan?"

"Gas Dend udah lama nih ga nyanyi juga hehe."

"Oke Bil gaskeun."

Terpopuler

Comments

Raisa267

Raisa267

Semalem dia peluk-pelukan Dendra. /Joyful/

2024-10-23

0

Raisa267

Raisa267

Mana tempatnya gelap lagi aduh bahaya itu/Grin/

2024-10-23

0

Raisa267

Raisa267

awal doang biasanya tuh /Smile/

2024-10-23

0

lihat semua
Episodes
1 Acara Perpisahan Sekolah
2 Ungkapan Perasaanku Kepada Ritha
3 Pertama Kali Dipeluk Perempuan Dan Siap Menjalani Dunia Baruku Di SMA
4 Kehadiran Resa
5 Tawaran Live Musik Di Kafe Dan Juga Kehadiran Nadya
6 Penampilan Pertama di Kafe
7 Awal Kedekatanku Dengan Nadya Dan Juga Resa
8 Kecupan Nadya di Pipiku
9 Resa Sakit Dan Aku menjenguknya
10 Saling Mengungkapkan Perasaan
11 Menjadi Canggung Dengan Nadya
12 Coklat Untuk Resa
13 Hari Yang Indah Bersama Resa
14 Ungkapan Hati Nadya
15 Membuka Kotak Kado Dari Resa
16 Kabar dari Ritha
17 Ternyata Aku Sudah Mengenal Resa Dari Kecil
18 Aku Dan Dendra Terkena Musibah
19 Pertemuan Resa Dan Nadya
20 Jujur Kepada Nadya
21 Seminggu Berlalu
22 Arti Mimpi Nadya Dan Resa
23 Kabar Dari Ritha Kembali
24 Seperti Mimpi Bertemu Dengan Ritha
25 Curiga Dengan Perjodohan
26 Rekaman Pertamaku
27 Kecemburuan Nadya
28 Kepergian Siska
29 Telfon Yang Tak Diduga
30 Hari Ulang Tahunku Dan Juga Resa
31 Tiga Bulan Kemudian
32 Liburan Bersama Keluarga Resa
33 Seharian Bersama Resa
34 Ritha Yang Sangat Tulus
35 Liburan Selesai
36 Hadiah dari Dendra
37 Dua Tahun Kemudian
38 Rekaman Pertama Nadya
39 Viralnya Lagu Nadya
40 Perpisahan Sekolah
41 Resa Menginap Di Rumahku
42 Janji Resa Kepada Ibu
43 Liburan
44 Hari Yang Terasa Panjang
45 Resa Tau Semuanya
46 Kepergian Resa
47 Ritha Yang Tak Pernah Berubah
48 Memulai Dari Awal Lagi
49 Terus Terang Kepada Dendra Dan Nadya
50 Kuliah di Bandung
51 Karirku Yang Semakin Terlihat
52 Kedekatan Syifa Dan Ritha
53 Resa Yang Sebenarnya Masih Peduli
54 Ritha yang Semakin Dekat Dengan Keluargaku
55 Satu Tahun Kemudian
56 Pertemuan Dendra dan Keluarga Resa
57 Bertemu Dengan Nisa
58 Bertemu Resa Kembali
59 Menceritakan Semuanya Kepada Ritha
60 Ibu Memang Terbaik
61 Hadiah Untuk Keluargaku Dan Ritha
62 Curhatan Nadya Dan Dendra
63 Hubungan Dendra Dan Nadya
64 Rini Menemui ku Di back stage
65 Melamar Ritha
66 Berkumpul Dengan Teman Lama
67 Ungkapan Resa Untuk Yang Terakhir
68 Persepsi Publik
69 Menjadi Terbatas
70 Mampir Ke Rumah Masa Depan
71 Buka Puasa Bersama
72 Dendra Melamar Nadya
73 Hari Lamaran
74 Pernikahan Yang Semakin Dekat
75 Firasat Buruk
76 Kehilangan Untuk Selamanya
77 Kesedihan Yang Tak Terbendung
78 Seminggu Berlalu
79 Kedatangan Resa
80 Resa Perlahan Merubah Sikap Ku
81 Resa Yang Ternyata Masih Setia
82 Memulai Dari Awal Lagi
83 Mengajak Ke Hal Yang Lebih Serius
84 Bertemu Mamanya Ritha
85 Terjebak Hujan
86 Kejutan Di Tempat Kerja
87 Obrolan Serius Dengan Bapaknya Resa
88 Interview Di Acara Televisi
89 Hari Lamaran
90 Hari Pernikahan
91 Malam Pertama Di Rumah Resa
92 Akhirnya
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Acara Perpisahan Sekolah
2
Ungkapan Perasaanku Kepada Ritha
3
Pertama Kali Dipeluk Perempuan Dan Siap Menjalani Dunia Baruku Di SMA
4
Kehadiran Resa
5
Tawaran Live Musik Di Kafe Dan Juga Kehadiran Nadya
6
Penampilan Pertama di Kafe
7
Awal Kedekatanku Dengan Nadya Dan Juga Resa
8
Kecupan Nadya di Pipiku
9
Resa Sakit Dan Aku menjenguknya
10
Saling Mengungkapkan Perasaan
11
Menjadi Canggung Dengan Nadya
12
Coklat Untuk Resa
13
Hari Yang Indah Bersama Resa
14
Ungkapan Hati Nadya
15
Membuka Kotak Kado Dari Resa
16
Kabar dari Ritha
17
Ternyata Aku Sudah Mengenal Resa Dari Kecil
18
Aku Dan Dendra Terkena Musibah
19
Pertemuan Resa Dan Nadya
20
Jujur Kepada Nadya
21
Seminggu Berlalu
22
Arti Mimpi Nadya Dan Resa
23
Kabar Dari Ritha Kembali
24
Seperti Mimpi Bertemu Dengan Ritha
25
Curiga Dengan Perjodohan
26
Rekaman Pertamaku
27
Kecemburuan Nadya
28
Kepergian Siska
29
Telfon Yang Tak Diduga
30
Hari Ulang Tahunku Dan Juga Resa
31
Tiga Bulan Kemudian
32
Liburan Bersama Keluarga Resa
33
Seharian Bersama Resa
34
Ritha Yang Sangat Tulus
35
Liburan Selesai
36
Hadiah dari Dendra
37
Dua Tahun Kemudian
38
Rekaman Pertama Nadya
39
Viralnya Lagu Nadya
40
Perpisahan Sekolah
41
Resa Menginap Di Rumahku
42
Janji Resa Kepada Ibu
43
Liburan
44
Hari Yang Terasa Panjang
45
Resa Tau Semuanya
46
Kepergian Resa
47
Ritha Yang Tak Pernah Berubah
48
Memulai Dari Awal Lagi
49
Terus Terang Kepada Dendra Dan Nadya
50
Kuliah di Bandung
51
Karirku Yang Semakin Terlihat
52
Kedekatan Syifa Dan Ritha
53
Resa Yang Sebenarnya Masih Peduli
54
Ritha yang Semakin Dekat Dengan Keluargaku
55
Satu Tahun Kemudian
56
Pertemuan Dendra dan Keluarga Resa
57
Bertemu Dengan Nisa
58
Bertemu Resa Kembali
59
Menceritakan Semuanya Kepada Ritha
60
Ibu Memang Terbaik
61
Hadiah Untuk Keluargaku Dan Ritha
62
Curhatan Nadya Dan Dendra
63
Hubungan Dendra Dan Nadya
64
Rini Menemui ku Di back stage
65
Melamar Ritha
66
Berkumpul Dengan Teman Lama
67
Ungkapan Resa Untuk Yang Terakhir
68
Persepsi Publik
69
Menjadi Terbatas
70
Mampir Ke Rumah Masa Depan
71
Buka Puasa Bersama
72
Dendra Melamar Nadya
73
Hari Lamaran
74
Pernikahan Yang Semakin Dekat
75
Firasat Buruk
76
Kehilangan Untuk Selamanya
77
Kesedihan Yang Tak Terbendung
78
Seminggu Berlalu
79
Kedatangan Resa
80
Resa Perlahan Merubah Sikap Ku
81
Resa Yang Ternyata Masih Setia
82
Memulai Dari Awal Lagi
83
Mengajak Ke Hal Yang Lebih Serius
84
Bertemu Mamanya Ritha
85
Terjebak Hujan
86
Kejutan Di Tempat Kerja
87
Obrolan Serius Dengan Bapaknya Resa
88
Interview Di Acara Televisi
89
Hari Lamaran
90
Hari Pernikahan
91
Malam Pertama Di Rumah Resa
92
Akhirnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!