"Berhubung kamu sudah sembuh, Pernikahan kita akan di gelar tiga hari lagi, "
"Apa?"
Alona dibuat terkejut. Mulutnya terbuka dengan mata membulat. Levin yang jengah dengan mimik wajah Alona yang menurutnya menggelikan itu langsung membuang wajahnya.
"Kenapa?"
"Itu terlalu cepat menurut aku. Bukannya belum selesai semua persiapannya?"
"Kata siapa?"
Levin menoleh pada Alona saat lampu merah menghentikan laju mobilnya. keningnya berkerut menunggu jawaban Alona.
"Kata aku barusan,"
"Semuanya bisa selesai selama masih ada Uang, Alona, "
Sombong! Maki Alona di dalam hatinya. Alona mendengus dan membuang pandangannya ke arah jendela mobil menikmati senja yang ramai ini.
*********
"Jangan mempermalukan aku malam ini! Mengerti?" Levin berbisik di telinga Alona. saat keduanya sudah tiba di pesta Sweet Seventen Adiknya, Tiara.
Levin sengaja mengundang calon istrinya untuk menghadiri acara ini. Selain tujuannya untuk membiasakan Alona agar bergaul dengan keluarganya, Levin juga ingin membuat Alona belajar beradaptasi dalam Lingkungan kehidupannya yang di penuhi dengan orang-orang berpengaruh di dunia. Alona tidak boleh mempermalukannya. perempuan itu sudah harus terbiasa. Itulah resiko menjadi istri Levin Adiwijaya.
Walaupun sedikit tersinggung, Alona harus menuruti semua perintah Levin.
Levin memeluk pinggang ramping Alona yang saat ini di balut dengan gaun merah yang makin membuatnya terlihat cantik dan seksi. Lelaki itu menuntun Alona untuk memasuki gedung besar ini.
Keadaan di dalam sana benar-benar sesuai prediksi Alona. Sejak sampai di area depan, Alona sudah mengira bahwa tempat ini akan dipenuhi oleh para petinggi perusahaan terlihat dari mobil yang mereka tunggangi dengan balutan busana mewah.
Alona hampir saja terjatuh saat melintasi Red Carpet karena terlalu sibuk memperhatikan keadaan di dalam gedung. Hal itu membuat Levin berdecak.
"Belum apa-apa sudah ingin membuatku malu. Aku bilang apa tadi?" Ucapnya dengan geraman yang membuat Alona menunduk takut.
"Maaf, Aku nggak bisa pakai sepatu ini, "
Alona tidak mungkin mengaku pada Levin kalau ia tersandung karena matanya yang sibuk memperhatikan orang-orang disana. itu sangat memalukan. Levin akan lebih marah lagi padanya.
"Aku tidak peduli. Mana mungkin kamu kesini pakai sepatu bututmu itu?"
Rasanya Alona ingin menyingkirkan tangan Levin dari lingjaran pinggangnya. mulut Levin sangat pintar mengeluarkan kata-kata tajam yang membuatnya selalu sakit hati. walaupun kenyataan bahwa sepatunya butut benar adanya, Tapi tidak seharusnya hal itu diperjelas lagi.
Alona berdecak berusaha menghalau kesedihannya. Ia menjauhkan tubuhnya sedikit dari Levin. Levin yang berjalan di sebelah Alona pun memandang Alona bingung.
"Kenapa menjauh seperti itu? Kamu tahu kan apa yang harus kita lakukan bila di tempat umum seperti ini?"
Alona yang hanya diam dan terus berjalan membuat Levin geram. dengan kuat ia menarik pinggang Alona membuat perempuan menabrak keras tubuhnya. itu membuatnya tidak terima.
"Sakit, Levin!" Mungkin karena hatinya yang sudah terlanjur Badmood Tanpa sadar Alona berucap dengan nada tingginya.
Baru kali ini Levin mendengar Alona menyebut namanya.
"Jangan banyak tingkah kamu!" Sergah Levin saat Alona ingin kembali membantahnya.
Levin langsung menarik pergelangan tangan Alona untuk bergabung di tengah-tengah keluarganya. Levin dan Alona akan duduk di kursi khusus keluarga yang sudah tersedia ditengah-tengah keluarga. Saat sampai disana, Alona langsung mendapat tatapan tak bersahabat dari keluarga besar Levin. terutama Anita dan juga Tiara. Mereka semua terlihat merendahkan Alona.
Seperti biasa, Bila sudah dipertemukan dengan seluruh keluarganya maka Levin akan menjadi orang yang hangat dan bersahabat. Karena lelaki itu memang tidak mempunyai waktu hanya untuk berbincang hangat dengan keluarga seperti saat ini. Ini merupakan momen yang selalu di nantikan oelh Levin dan tak boleh terlewatkan. Levin sibuk bergurau dengan para sepupunya sementara Alona yang ada di sampingnya hanya diam menatap satu persatu tamu yang berlalu lalang di dekatnya. tanpa berani untuk bergabung. Alona Cukup Tahu diri seperti apa posisinya.
"Kalian kenal dimana?" Tanya Andri salah satu anak dari paman Levin. Andri melirik Alona dan kembali memandang Levin.
"Tidak perlu tahu, " Jawab Levin dengan singkat. Hal yang membuat saudara-saudaranya tertawa.
"Di tempatmu mencari kesenangan? Right ?"
Nada sinis penuh tawa remeh yang ditujukan untuknya membuat Alona ingin sekali pergi meninggalkan pesta dan mengakhiri semua perlakuan menyakitkan yang ia terima.
******
gk prnh bozzeenn ngingetin kalian untk sllu dukung aku dg cara Like, Comment, Follow, dannn jadikan why sebagai salah satu novel favorit keleaaann gengsss. Taro di rak favorit yaww spy kalo aku up gk ada yg ketinggalan sm kalian. Maaciw
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments