Aruna yang langsung berjalan menuju meja monitor dan duduk di kursi sutradara yang memang proses syuting yang akan segera di mulai.
"Apa semuanya sudah siap Giselle?" tanya Aruna menoleh ke arah Giselle yang berdiri di sampingnya membolak-balikkan dokumen.
"Sudah siap. Artisnya juga sudah stand by dan kita tinggal mulai saja untuk melakukan syuting," jawab Giselle.
"Ya sudah kalau begitu kita langsung mulai saja dan jangan membuang-buang waktu biar cepat selesai!" tegas Aruna.
Giselle menganggukan kepala, "ayo semuanya ready kita mulai saja syutingnya!" Giselle bertepuk tangan yang memberikan arahan dan para kru juga sudah mengarahkan para artis yang terdapat 3 orang yang memakai pakaian sekolah dan satu orang artis yang terlihat culun dengan rambut yang dikepang dua dan memakai kacamata.
Cru dari kejauhan mengangkat jempolnya yang mengatakan jika semuanya sudah siap.
"Baiklah kita mulai, 1 2 3. action!" tegas Aruna dengan menggunakan mic suara yang biasa dipakai sutradara untuk memulai adegan syuting.
Aruna yang melihat dengan serius para pemain dari layar televisi. Adegan hari ini dimulai dengan perundungan 3 murid senior kepada murid tingkat lemah secara penampilannya yang memang sangat culun.
Murid senior itu yang tampak berkuasa jahil kepada Junior mereka dengan mengeluarkan kata-kata kasar dan belum lagi tindakan yang seperti sudah biasa yang sering terjadi bullying.
Flashback.
Gadis berkacamata Aruna yang terlihat di kerumuni 3 orang wanita di sudut sekolah. Aruna yang tampak takut dengan menundukkan kepala.
"Jangan, Kak!" Aruna berusaha untuk mengambil kaca matanya dari salah satu tangan wanita yang sengaja sejak tadi mengelak-elakan tangannya agar susah dijangkau Aruna.
"Memang kalau tidak pakai kacamata, kamu tidak bisa melihat wajah cantik ku hah!" sahut Fiony yang merupakan senior Aruna yang mungkin dia adalah ketua geng dari 3 orang itu.
"Bu- bukan begitu, Kak," jawab Aruna dengan terbata yang semakin panik dan juga takut melihat tiga wanita dengan wajah yang culas itu.
"Bukan begitu Kak!" ejek Fiony dengan mulutnya yang manyun menirukan suara Aruna.
"Sok imut lo, bicara," sahut yang satunya menarik rambut Aruna ke bawah.
"Sakit, Kak!" keluh Aruna dengan mata berkaca yang sudah ingin menangis akibat mendapatkan perundungan dari 3 senior itu.
"Huhhh, sakit ya!" mereka bertiga melakukan perundungan kepada Aruna adik kelas mereka. Fiony dan teman-temannya bukan hanya mengambil kacamata Aruna dan Aruna berusaha untuk mengambil kembali dengan mereka yang tidak mudah dan sengaja mempermainkan Aruna.
Bahkan mereka juga mengambil sepatu Aruna yang berusaha membuat Aruna berjinjit untuk mengambil sepatunya yang berada di atas tangan Fiony yang dinaikkan ke atas.
"Kak saya mohon kembalikan! pinta Aruna yang terlihat sudah lelah dikerjai oleh tiga orang itu.
"Kalau mau ambil saja," Fiony yang semakin meninggikan tangannya agar sepatu itu tidak bisa digapai. Karena Aruna yang memang lebih pendek daripada Fiony harus berjinjit dengan melompat-lompat.
"Pertunjukan sirkus yang menarik," ucap Onile yang merekam kejadian itu yang menjadikan tontonan untuk mereka dan pasti akan disebar dengan teman-teman satu sekolah.
"Ayo ambil!" Fiony tersenyum puas mengerjai Aruna sampai tiba-tiba sepatu sudah diambil dari tangan Fiony dan bukan Aruna yang mengambilnya yang membuat Fiony langsung menoleh kebelakang.
"Melvin!" Fiony yang terlihat tampak terkejut dengan kehadiran Melvin.
Mata Melvin yang menoleh ke arah Onile dan langsung menarik ponsel Onile dengan Melvin yang langsung menghapus rekaman tersebut.
"Awas saja kalau kau melakukan hal itu lagi!" Melvin mengembalikan ponsel Onile dengan memberikan ancaman. Onile yang terlihat tidak berkutik sama sekali dan tertunduk.
"Melvin, ini urusan kami dan kamu tidak perlu ikut campur," sahut Fiony.
"Pergi dari sini dan jangan ganggu dia!" tegas Melvin.
"Ta-tapi..."
"Apa aku harus melaporkan ini pada guru BK?" Melvin yang kembali memberikan ancaman.
"Isss!" umpat Fiony dengan kesal yang menggertakkan kakinya.
"Ayo kita pergi!" ajak Fiony, Onile dan Adel yang langsung pergi.
Melvin menghela nafas dan tiba-tiba saja berlutut dengan satu lututnya menyentuh lantai. Melvin yang mengangkat kaki Aruna dan memakaikan sepatu itu yang membuat Aruna kaget. Dia sudah seperti Cinderella saja yang diperlakukan sangat manis.
Setelah memakaikan sepatu itu Melvin langsung berdiri dan sementara Aruna sejak tadi masih tertunduk melihat lantai. Melvin melihat kacamata Aruna yang juga terjatuh dan mengambilnya. Melvin sedikit menunduk dengan memegang dagu Aruna yang mensejajarkan wajah mereka dan Melvin langsung memakaikan kacamata Aruna.
"Mereka tidak akan mengganggu kamu lagi," ucap Melvin.
Aruna menganggukkan kepala dan langsung pergi dari hadapan Melvin
"Aruna!" langkah Aruna terhenti ketika mendengar suara itu memanggil dirinya.
"Ada apa Kak?" tanya Aruna dengan membalikkan tubuh.
"Kau tidak akan mengucapkan terima kasih atas apa yang aku lakukan?" tanya Melvin.
"Ma- makasih Kak," ucapnya terbata dengan menundukkan kepala dan langsung pergi.
"CK!" "jika tidak diingatkan mengucapkan terima kasih maka dia tidak akan mengucapkannya," Melvin berdecak dengan geleng-geleng kepala.
Flashback of.
Aruna yang masih duduk di bangku sutradara terlihat bengong yang menyaksikan adegan perundungan syuting anak sekolah tersebut yang ternyata tidak diperhatikan Aruna dan justru mengingat kejadian pada saat dia sekolah.
"Aruna cut, rambutnya bisa rontok!" tegur Giselle yang melihat temannya masih saja tetap bengong dan padahal adegan tersebut sudah selesai sesuai dengan script. Tetapi karena belum di cut jadi pemain masih tetap melanjutkan.
"Aruna!" tegur Giselle yang menyenggol Aruna dan membuat Aruna benar-benar kaget.
"Oh maaf!" shut Aruna yang jadi linglung.
"Cut!" Untung saja Aruna kembali fokus.
Aruna menghela nafas mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.
Para bermain cukup lelah menunggu beberapa detik adegan yang lama sekali di cut yang sempat membuat artis yang bermain dalam peran utama yang menjadi korban perundungan itu sakit kepala dengan rambutnya yang tertarik cukup lama.
Para asisten artis tersebut langsung menghampiri artis mereka untuk mengecek penampilan mereka.
"Kamu ada masalah Aruna?" tanya Giselle yang melihat rekannya itu memang tidak fokus sejak tadi dan hanya menatap kosong layar monitor yang melihat adegan syuting.
"Tidak ada masalah. Aku mungkin lelah saja," jawab Aruna bohong.
Sudah jelas-jelas dia terbayang pada masa lalunya di sekolah yang sama dan juga bakat kejadian itu sangat mirip dengan kejadian yang dialami.
"Ya mungkin saja kamu belum sarapan, bagaimana kalau kita ke kantin saja. Kita makan dulu," ajak Giselle.
"Iya boleh," sahut Aruna yang setuju dan langsung berdiri dari tempat duduknya. Bagaimanapun Aruna harus kembali fokus karena pekerjaan masih banyak kru dan para artis yang sudah profesional dan sampai sakit kepala karena lama sekali adegan itu di cut.
Aruna dan Giselle yang sudah berada di kantin sekolah, Aruna dengan kepala berkeliling melihat sekolah tersebut. Aruna jadi teringat dengan masa dia SMA di sana. Mungkin juga masih banyak guru-guru Aruna yang masih mengabdi di sekolah tersebut. Tetapi Aruna yang memang penampilannya 180 derajat yang sudah berubah dan tidak culun seperti waktu SMA dulu dan sekarang menjadi wanita independen dan sangat cantik pasti tidak dikenali oleh siapapun.
Jadi Aruna hanya sekedar menyapa bahwa dia sebagai sutradara dan bukan sebagai alumni dari sekolah tersebut.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Mom Dee 🥰 IG : devinton_01
menarik ....
2024-09-09
0