"Kau tidak apa-apa?" tanya pria itu dengan suara berat.
"Oh... Ti--tidak!" Aruna yang langsung menegakkan posisi berdirinya menjauhkan tubuhnya dari pria itu.
"Maaf!" Aruna yang terlihat tampak gugup menundukkan kepala dan melanjutkan langkahnya.
"Tunggu!"
Deg!
Jantung Aruna semakin berdebar kencang dengan deru nafas naik turun dan wajah yang tampak gugup, entah apa yang terjadi, kepanikan tiba-tiba muncul di wajahnya.
"Ada apa?" tanya Aruna tanpa membalikan tubuh.
Pria itu mengambil boucket bunga yang terjatuh itu dan menghampiri Aruna dan berdiri di depan Aruna.
"Bunga kamu ketinggalan!" ucapnya.
Aruna dengan cepat mengambil bunga itu, "makasih!" ucapnya langsung pergi dengan buru-buru.
Pria itu melihat kepergian Aruna yang tampak tergesa-gesa.
"Apa aku pernah melihatnya?" guma pria itu yang merasa tidak asing pada Aruna.
"Tuan Melvin!" tegur seorang pria dari lantai bawah membuat Melvin menoleh.
"Mobilnya sudah siap!" ucap pria itu.
Melvin Danu Bramana aktris papan atas berusia 27 tahun menganggukkan kepala dan menuruni anak tangga.
***
Aruna yang sudah berada di salah satu ruangan dengan Andreas dan seorang pria berkacamata yang ada di sana. Lihatlah bagaimana Andreas yang tampak angkuh dan sangat cuek. Yang duduk bersandar pada sofa dengan satu kaki di letakkan di pahanya.
"Ternyata dia tidak mengenalku. Iya itu jauh lebih baik," batin Aruna yang sejak tadi mengkhayal.
"Nona. Apa kau datang kemari hanya diam saja?" tanya pria berkacamata yang sudah berusia 40 tahun.
"Oh, maaf," sahut Aruna yang membuang nafas perlahan kedepan yang kembali fokus.
"Baiklah langsung saja kedatangan saya ke kemarin atas kejadian kemarin dan saya meminta untuk hal itu dan saya berharap masalah ini tidak dilanjutkan dan apa lagi sampai dalam tahap rana hukum," jelas Aruna tanpa basa-basi.
"Baiklah! Kita tidak akan memperpanjang masalah ini dan ini juga merupakan peringatan untuk kamu, agar lain kali bisa hati-hati dalam berkata-kata, jaga lisan dengan baik!" tegas pria itu.
"Iya!" sahut Aruna tersenyum terpaksa.
Moodnya sepertinya sedang tidak baik dan seperti ingin buru-buru pergi dari tempat itu. Jadi hanya mengiyakan saja agar cepat selesai.
"Kalau begitu saya permisi, sekali lagi saya minta maaf!" ucap Aruna berdiri dari tempat duduknya.
"Hanya itu saja!" sahut Andreas.
"Lalu apa lagi?" tanya Aruna menimpali.
"Anda sama sekali tidak punya niat untuk meminta maaf dengan tulus," Andreas ternyata kembali menimbulkan masalah yang suka bertele-tele.
Aruna mengeluarkan senyum lebar pada pria tengil itu.
"Saya meminta maaf tuan Andreas!" ucap Aruna sekali lagi. Walau raut wajah itu tampak terpaksa mengeluarkan senyum lebar.
"Hmmm, lalu bagaimana dengan peran dalam film yang akan kalian buat. Apa...."
"Kami akan mengganti pemain yang baru," sahut Aruna yang memotong pembicara itu.
"Pe-pemain! Siapa?" tanya Andreas penasaran.
"Entahlah semoga saja dia sukses dalam film yang anda tolak," sahut Aruna engan menyunggingkan senyumnya.
"Oh, baguslah. Jadi saya tidak perlu berhadapan dengan orang-orang seperti kalian dan saya tidak perlu mendengar bujukan dan tawaran kalian kepada saya," sahut Andreas yang terlihat santai. Namun juga sangat gelisah.
"Baiklah kalau begitu saya permisi!" ucap Aruna yang langsung langsung pergi.
"Oh bagus. Jadi aku memang tidak perlu harus membintangi film yang hanya merugikan diriku. Bisa-bisa tubuhku akan lecet-lecet karena melakukan adegan-adegan yang sangat ekstrim," ucap Andreas yang berusaha baik-baik saja.
Dia seperti mengharapkan Aruna kembali membujuk dia. Pria berkacamata itu melihat kearah Andreas.
"Aku benar-benar bukan?" sahut Andres.
"Benar sekali!" pria itu mengangguk tersenyum yang setuju saja.
**
Ceklek.
Pintu rumah di buka dan Aruna yang memasuki rumah dengan dua tangannya yang dipenuhi kantung plastik besar.
"Aku pulang!" ucap Aruna.
"Mama!" sahut Rain yang langsung menghampiri Aruna.
"Mama pasti capek bukan! sini Rain bawa," anak pintar itu yang langsung mengangkat belanjaan Aruna yang terlihat sangat berat.
"Pelan-pelan Rain!" ucap Aruna.
"Tenang Mama, Rain kuat kok," sahut Rain yang membuat Aruna hanya tersenyum.
"Aruna sekarang kamu bersih-bersih dan kita langsung makan malam," sahut Mila.
"Iya Mah," sahut Aruna dengan menganggukkan kepalanya yang langsung memasuki kamar.
"Nenek! Rain susun belanjaannya ya," suara Rain yang yang begitu keras masih kedengaran ke kamar Aruna.
Rain memang anak yang sangat rapi, rajin, pintar dan pembersih dan suka membantu. Lihatlah Aruna pulang dia langsung bergegas tanpa di suruh. Kelemahan Rain hanya mencari barang yang susa di temukan. Karena memiliki kebiasaan mencari dengan buru-buru.
**
Aruna yang berada di jalan mobil menyetir dengan fokus dengan Rain yang berada di sampingnya. Sesekali karena melihat ke arah putranya yang terlihat menggambar. Hal itu membuat Aruna tersenyum dan kembali menatap lurus ke depan.
Dratt Dratttt Dratttt Dratttt Dratttt.
Suara ponsel Aruna yang berdering membuat Aruna yang langsung mengangkatnya.
"Iya Giselle ada apa?" tanya Aruna.
"Aruna kami beserta kru sudah sampai di lokasi sekolah untuk syuting series hari ini. Kamu langsung saja ke lokasi dan tidak perlu ke kantor lagi," ucap Giselle.
"Tapi aku harus menyerahkan beberapa laporan kepada bu Monica," ucap Aruna.
"Bu Monica juga ada di ini. Jadi tidak perlu," ucap Giselle.
"Baiklah kalau begitu! Aku antar Rain ke ke sekolah dulu, kamu kirim saja alamatnya," ucap Aruna.
"Baiklah kalau begitu," sahut Gisele.
Aruna yang langsung mematikan panggilan telepon tersebut.
"Huhhh! semua harus diburu-buru," keluh Aruna
"Mama nanti akan menjemput Rain pulang sekolah?" tanya Rain.
"Nanti Mama telpon Bu guru Rain," jawab Aruna.
"Baik Mah!" sahut Rain yang kembali melanjutkan gambaran itu.
Sementara di sisi lain Melvin yang sedang berada di dalam mobil Alphard yang bersandar di jok mobil di bagian tengah yang sedang di kemudi oleh managernya Chiko.
"Melvin bagaimana dengan tawaran dari rumah produksi picture tentang film itu?" tanya Chiko yang melihat dari kaca spion.
"Apa ada naskah yang bisa aku lihat?" tanya Melvin.
"Ada," jawab Chiko.
"Kalau begitu aku ingin melihat dulu," sahut Melvin.
"Baiklah!" Chiko yang terlihat membuka laci dan langsung memberikan print naskah kepada Melvin.
The Fire. Melvin yang pertama kali membaca judul naskah film yang kemungkinan akan dia bintangi.
Melvin juga melihat penulis dari film tersebut Aruna Levina Citra, asisten sutradara dari film tersebut juga dengan nama yang sama dan juga penulis skenario film itu.
"Aruna!" Melvin tiba-tiba kepikiran sesuatu.
"Nona Monica sangat berharap kamu bergabung dengan film mereka. Kita bisa bisa membicarakan kontraknya secepatnya jika kamu menyetujuinya," sahut Chiko.
"Aruna! Dia penulis skenario ini?" tanya Marvel.
"Setauku nona Aruna asisten sutradara di Departemen rumah produksi picture. Tetapi aku juga sering mendengar dia juga menulis beberapa skenario dalam mini series drama," jawab Chiko.
"Apa kita tidak pernah bekerja sama dengan produksi house picture?" tanya Melvin.
"Kita pernah bekerja sama, mungkin 2 tahun yang lalu. Kamu lupa?" tanya Chiko.
"Tapi seingat ku sutradara dari film itu bukan seorang wanita?" tahun Melvin yang memang mengingat hal itu.
"Mungkin bukan nona Aruna yang menyutradarai film itu," sahut Chiko m
"Begitu," sahut Melvin yang membuka naskah tersebut. Dia hanya merasa ada sesuatu dengan nama Aruna.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Eemlaspanohan Ohan
Aruna. Melvin. anak mu udah. gede
2024-09-12
0
꧁♥𝑨𝒇𝒚𝒂~𝑻𝒂𝒏™✯꧂
kemungkinan Melvin ada hubungan di masa lalu dgn Aruna ..
2024-08-27
1