Bel akademi pun berbunyi, semua murid baru di arahkan untuk berkumpul di halaman akademi, setelah beberapa saat kemudian, sesosok pemimpin akademi serta ketua osis dan 3 bawahannya menaiki panggung untuk menyambut para murid baru.
"Hey lihat itu"
"Iya lihat itu mereka di sana" Bisik para murid dalam keramaian.
Zen terlihat berada di tengah keramaian yang hanya berdiri dengan santai menunggu sambutan dari pemimpin akademi.
-Satu hari sebelumnya-
"Maksud Ayah, Zen akan sekolah di akademi itu?" Tanya Zen kebingungan.
"Iya" Singkat Ayahnya.
"Kamu juga perlu belajar sihir dan ilmu berpedang Zen" Ucap lembut sang ibu.
"Kenapa aku harus belajar di akademi? kan ada Ayah dan Ibu yang bisa mengajariku?" Zen bertanya.
"Ayah dan Ibu hanya mantan petualang Zen, pemahaman yang kami miliki tidak sebanyak guru guru akademi.." Jawab Ayahnya.
Zen kembali mencari alasan, namun saat melihat kedua orang tuanya yang bersikeras agar dirinya bersekolah di akademi,Ia pun memutuskan untuk mengikuti keinginan mereka.
"Huh merepotkan sekali" Ngeluh Zen di tengah-tengah keramaian.
"Baiklah karena semua sudah berkumpul. selamat datang di akademi arsenal, dengan ini, pembukaan penyambutan murid baru resmi dimulai, semoga kalian bisa menikmati kehidupan kalian di akademi ini. Saya adalah pemimpin akademi ini yang bertanggung jawab atas akademi Arsenal. Saya harap kalian semua bisa menjadi murid yang hebat dimasa yang akan datang nanti" Ucap pemimpin akademi.
"Baiklah sebelum kalian mendapatkan kelas kalian, kalian semua akan melakukan tes dan di letakan di kelas yang cocok untuk kalian, silahkan ikuti arahan yang disiapkan" Pinta pemimpin akademi.
Setelah pemimpin akademi selesai berbicara, ketua osis pun membuka mulutnya dan memberikan instruksi singkat.
"Aku adalah ketua osis akademi, selamat datang dan selamat atas diterimanya kalian menjadi murid akademi. Sekarang silahkan ikuti arahan dari kami untuk melanjutkan proses penerimaan murid akademi, terima kasih" Singkat Nya.
Semua murid baru pun bergerak mengikuti arahan para seniornya, disisi lain Zen terlihat hanya mengikuti mereka semua dari belakang. Setelah berjalan dan mengantri cukup lama, Zen tiba di tempat yang dimaksud yakni sebuah ruangan untuk mengisi data formulir tentang dirinya.
Zen diberikan sebuah lembaran kertas yang berisi
(Formulir)
Nama :
Umur :
Keahlian :
Hobi :
Sihir yang dikuasai :
Tempat tinggal :
Keluarga :
Zen yang melihat isi kertas itu pun berpikir sejenak 'Keluarga? Apa maksudnya ini?' Batin Nya bingung.
Zen bertanya kepada senior yang memberikannya kertas itu, namun sesaat setelah Zen bertanya, orang orang di sekitarnya pun menertawakannya yang membuat Zen kebingungan.
"Hahahahaha" Tawa mereka semua.
"Dia pasti bukan seorang bangsawan, payah sekali, hahaha" Hujat seorang bangsawan.
Namun Zen menghiraukan semua tawa dan hujatan yang mengarah ke dirinya, ia hanya terdiam dan kembali berjalan mengikuti arahan seniornya.
Beberapa saat setelah mengikuti arahan, Zen tiba di sebuah ruangan tempat dimana ia harus mengisi formulir itu.
Setelah mengisi formulir yang diberikan, Zen memberikannya kepada senior dan senior itu pun mengantar Zen ruangan lain untuk mengukur kapasitas mana yang dimiliki oleh Nya.
Zen hanya mengikuti arahan yang diberikan oleh senior itu dan memasuki sebuah ruangan yang berbeda, terlihat sebuah bola kristal yang digunakan untuk mengukur kapasitas mana, Zen pun diminta untuk meletakkan tangannya diatas bola kristal itu.
"Begini?" Gumam Zen perlahan meletakkan tangannya di atas bola kristal itu.
Bola kristal itu pun menunjukkan sebuah angka yakni 6 yang membuat seniornya itu terkejut.
"Hanya 6?" Gumam Nya sangat terkejut.
'Sepertinya anak ini akan menjadi korban bully di akademi' Batin Nya sedikit khawatir.
"Apa sudah selesai?" Tanya Zen kepada gadis itu.
Namun seniornya itu terlihat masih terdiam dan tidak merespon apapun, tiba tiba muncul senior lainnya yang mengagetkan gadis itu.
"Ba!"
"Hwah?!!"
"Apa yang kamu lamun kan? Masih ada murid lain yang menunggu, ayo selesaikan" Ucap temannya itu.
"Ah iya, maafkan aku, ayo ikuti aku" Ucap senior itu mengajak Zen untuk mengikutinya.
Setelah beberapa menit berlalu, Zen akhirnya tiba di kelasnya.
"Mulai sekarang ini adalah kelasmu ya, untuk tempat tinggal kamu akan diberi tau oleh sensei yang akan mengajarmu nanti, paham?" Tanya senior itu.
"Paham kak, terima kasih" Jawab Zen tersenyum ramah.
"Baguslah, kalau begitu sampai jumpa.." Ucap seniornya sembari meninggalkan Zen bersama temannya.
Setelah beberapa langkah menjauhi Zen, raut wajah senior itu terlihat sedikit cemas yang membuat temannya penasaran.
"Apa yang kamu pikirkan? Ada yang salah?" Tanya gadis itu.
Ia pun menggelengkan kepalanya dan mengucapkan "Anak itu hanya memiliki 6 kapasitas mana" ucap Nya yang membuat temannya ikut terkejut.
...-Disisi Lain-...
Zen terlihat sudah berada di dalam kelasnya, ia terlihat duduk santai di kursinya yang berada di atas paling sudut sebelah kiri.
Semua orang pun melihat Zen yang membuat Zen merasa sedikit gugup dan hanya bisa melihat keluar jendela.
"Apa yang salah denganku? kenapa mereka semua melihat kearahku?" Gumam Nya.
Tiba tiba seseorang memasuki kelas, seorang gadis cantik dengan rambut merah muda dan yang seragam rapi.
Gadis itu pun duduk di meja guru dan mengucapkan "Selamat pagi semuanya.. Namaku Natsuki, aku adalah sensei yang akan mengajar kalian mulai sekarang" Ucapnya sembari tersenyum ramah.
Suasana pun seketika hening, karena gadis itu sepertu murid seumuran mereka dan tidak terlihat seperti sensei yang sesungguhnya.
"Apa kalian ada pertanyaan?" Tanya gadis itu.
Semua orang pun terlihat terdiam, tiba tiba seorang gadis mengangkat tangannya dan bertanya "Anu.. Maaf sensei, kalau boleh tau umur sensei berapa ya?" Tanya seorang gadis yang duduk di bangku depan.
"Umurku 9 tahun" Ucapnya sembari tersenyum yang membuat semua orang sangat terkejut karena sensei yang berada di depannya seumuran dengan mereka.
Tiba tiba seorang murid laki laki berbicara lancang "Cih kamu guru kami? apa yang bisa mau ajarkan ke kami!? Di umurmu yang ke 9 tahun kamu sudah menjadi guru?! apa akademi ini bodoh!?" Serunya dengan sangat tidak sopan.
Gadis itu pun hanya tersenyum melihat pria yang memaki Nya itu.
Pria itu merasa kesal saat Natsuki hanya tersenyum melihatnya "Hei sialan! apa kau sedang meledekku?!" Kesalnya.
"Meledek? aku hanya tersenyum biasa kok.." Ucap ramah gadis itu.
Pria itu terlihat semakin kesal melihat Natsuki yang seakan akan meledeknya dengan senyumannya itu.
"Sialan kau!!" Dia berjalan ke arah gadis itu membawa pedangnya, saat sudah mendekati gadis itu, dia pun langsung mengayunkan pedangnya ke arah gadis itu yang membuat semua orang sangat terkejut.
(Slash!!!)
(Ting!!!!)
(Bff!!!)
Sebuah pedang merah berapi pun menahan tebasan pedang besi itu yang membuat para murid terkejut.
Zen sedikit terkagum karena ia baru pertama kali melihat pedang seperti itu, yang Zen ketahui hanyalah pedang besi dan pedang elemen sihir yang diciptakan menggunakan 'mana'.
"Apa kamu ingin bertarung?" Tanya gadis itu tersenyum ramah.
Pria itu pun sedikit ketakutan saat melihat gadis itu yang ternyata jauh lebih kuat darinya karena gadis itu sudah memiliki pedang evolusi tingkat pertama sedangkan dirinya belum bisa mencapai tingkat itu.
Gadis itu pun menepis pedang pria itu namun karena terlalu kuat, pedang itu melesat tepat ke arah Zen dengan cepat.
"Celaka!" Panik gadis itu.
(Swoff!!!)
(Sskkk!!!)
Pedang itu pun menancap ke dinding tepat di belakang Zen, semua orang seketika sangat terkejut karena Zen yang terlihat sangat santai melihat keluar jendela seakan tidak menyadari jika sebuah pedang baru saja melesat kencang ke arahnya.
Zen menoleh ke arah Natsuki dan pria itu, semua mata pun mengarah ke Zen yang membuatnya kembali menoleh ke jendela dengan santai.
"Sialan! apa yang terjadi!? aku hampir saja mati lagi karena kalian!" Gumam Zen panik dalam hatinya.
Tiba tiba seseorang pun memasuki kelas sembari mengucapkan "Sudahi pertengkaran kalian!" Tegasnya memarahi Natsuki dan pria itu.
Zen yang merasa pernah mendengar suaranya pun menoleh, dan ternyata gadis itu adalah sensei yang pernah Zen lihat di hutan sehari sebelum diri Nya masuk ke akademi.
Pria itu pun kembali ke kursinya dan sensei itu mendekati Natsuki "Haru!! aku memintamu untuk menjaga kondisi kelas ini untuk sementara, bukan untuk membuat onar!" Tegasnya.
Gadis itu pun menundukkan kepalanya "Maafkan aku sensei"
"Kembali ke tempatmu sekarang" Ucap Nya yang sudah tidak mempermasalahkan hal itu, karena ia juga tidak begitu tau kondisi kelasnya, yang ia tau hanya suara berisik sebelum ia datang ke kelas.
...-Time skip-...
(Lonceng bel pun berbunyi)
Jam istirahat pun tiba, terlihat Zen yang sedang membaca buku pelajaran tentang sihir yang baru saja diberikan dan diajarkan oleh sensei yakni buku yang berisi tentang dasar dasar sihir, Zen membaca buku itu dengan santai sembari mengingat ajaran ayah dan ibunya.
Disisi lain, terlihat sebuah partikel kegelapan sedang berterbangan di atas langit dan mengarah ke arah akademi arsenal, tempat dimana Zen berada.
Saat Zen sedang asik membaca, tiba tiba Natsuki datang memanggilnya.
"Hai" Ucapnya
Zen yang mendengarnya pun melihat ke arah gadis itu dan menjawab "Hai, ada perlu apa?" Tanya Zen.
Terlihat gadis itu sangat gelisah dan terlihat sedikit raut ketakutan di wajahnya.
"Aku minta maaf soal yang tadi" Ucap gadis itu perlahan menundukkan kepalanya.
"Aku tidak memaafkannya, sebenarnya aku ingin berkata seperti itu, huh.." Gumam Zen.
"Apa maksudmu?" Tanya Zen yang seakan akan tidak tau yang membuat Natsuki terkejut.
"Itu, tadi ada pedang mengarah ke arahmu bukan? itu karna ulahku, aku tidak sengaja dan itu bisa saja membunuhmu, apa kamu tidak sadar?" Tanya gadis itu.
"Ya, aku sangat sadar, dan aku juga sangat terkejut saat pedang itu mengarah ke arahku, hampir saja aku mati karnamu" Gumam Zen sedikit kesal.
"Aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan, aku tidak melihat apapun dari tadi, aku hanya fokus melihat pemandangan di luar jendela" Ucap Zen beralasan karena kelasnya berada di lantai 2.
Gadis itu pun terdiam dan kembali mengucapkan "Maafkan aku!" Gadis itu kembali menundukkan kepalanya sekali lagi dan pergi meninggalkan Zen.
Zen tidak begitu memperdulikannya dan kembali membaca bukunya.
...-Time Skip-...
Sore hari pun tiba, Zen berjalan ke asrama pria tempat dimana ia akan tinggal, ia berjalan mencari pintu ruangan yang sama dengan angka pada kunci yang berada di tangannya yaitu kamar nomor 4.
Saat ia menemukan kamarnya, ia pun membuka pintu kamar itu, Zen seketika terkejut melihat kamarnya yang begitu bersih, rapih dan fasilitas kamar yang mewah.
Saat Zen akan memasuki ruangan Nya, ada suara seorang gadis yang sedang berdebat di lorong.
"Sensei aku tidak mau sekamar dengan dia!! Dia pria yang kasar! Aku tidak suka cowok ganas seperti itu!!" Seru nya.
"Apa mak-" Sebelum menyelesaikan kata katanya, murid itu kembali mengeluh ke sensei.
"Pokoknya aku tidak mau!!" Serunya.
Zen yang mendengar keributan itu pun berjalan ke lorong dan mendekati mereka berdua sembari mengucapkan "Maaf Sensei sepertinya aku ingin pindah kamar" Ucap Zen membawa kunci ruangan 4 di tangannya.
Seketika suasana pun menjadi hening, murid perempuan tersebut pun sangat terkejut melihat Zen yang baru saja keluar dari kamar 4, ia tidak menduga jika pria yang akan menjadi teman kamarnya adalah Zen dan malah mengira jika pria yang memaki Natsuki tadi adalah teman kamarnya.
"Siapa kamu?.." Tanya sensei.
"Namaku adalah Zen, sensei aku ingin pindah ke kamar yang lain, apakah ada kamar yang lain?" Tanya Zen.
Sensei pun kembali bertanya "Kenapa kamu ingin pindah kamar?" Tanya nya.
"Menurutku, aku tidak berhak mendapatkan fasilitas kamar semewah ini. Aku bukan seorang bangsawan, kamar nomor 1-10 itu khusus bangsawan bukan?" Tanya Zen.
Sensei itu yang mendengar ucapan Zen baru menyadari jika ia salah memberikan kunci kamar kepada Zen, dan ia pun mengeluarkan kunci kamar yang ada di sakunya yakni kunci nomor 16.
"Maaf, sepertinya sensei salah memberikan kunci kamar" Ucap sensei memberikan kunci kamar itu ke Zen.
"Terima kasih Sensei" Zen menundukkan kepala dan mengembalikan kunci kamar nomor 4.
Ia pun berjalan meninggalkan mereka berdua, terlihat gadis yang tadi hanya terdiam merasa bersalah pada Zen.
Sesampainya di kamar nomor 16, Zen membuka pintu ruangannya.
(Cklek)
Zen membuka pintu ruangan kamar nomor 16, sebuah ruangan kamar yang cukup besar dengan yang cukup fasilitas sederhana.
"Hmm.. Sepertinya ini lebih baik dan lebih cocok untukku" Gumam Zen dan perlahan berjalan masuk memasuki kamarnya.
Zen pun langsung meletakkan beberapa barang bawaannya seperti tas dan juga pedang besi yang diberikan oleh ayahnya, setelah meletakkannya, Zen memutuskan untuk mandi.
Sepuluh menit pun berlalu, terlihat Zen yang sudah tiduran di atas ranjang menatap langit langit kamarnya.
"Huh.. Kembali lagi dengan kesendirian, aku berharap bisa kembali ke tempat ayah dan ibuku" Gumam Zen dalam hatinya.
"Sebaiknya aku tidur sekarang, besok aku harus kembali ke kelas untuk belajar" Gumam Zen perlahan menutup matanya dan mulai untuk tidur.
Setelah beberapa jam berlalu, Zen pun terlihat sudah tertidur pulas, dan di saat yang bersamaan terlihat partikel aura kegelapan yang memasuki ruangan kamar Zen, partikel itu menembus dinding ruangan dan langsung masuk kedalam tubuh Zen.
-Time Skip-
Pagi hari pun tiba, terlihat Zen yang sudah berada di kelas dan sedang belajar bersama dengan murid lain, pelajaran yang diajarkan oleh sensei kepada para muridnya hari ini adalah 'Mana' namun Zen sudah mengetahui apa itu 'Mana' karena sudah diajarkan oleh kedua orang tuanya.
Disaat para murid sedang fokus belajar, tiba tiba pintu kelas pun terbuka dan seorang gadis masuk kedalam kelas itu, gadis cantik dengan rambut hitam panjang, dan membawa sebuah senjata yang cukup besar yang terikat di punggungnya.
Semua tatapan pun menuju ke gadis itu, kecantikannya membuat hati para pria terpikat pada pandangan pertama, terkecuali Zen yang masih melihat ke luar jendela karena merasa tidak ada yang penting dan perlu di dengarkan.
"Ah, akhirnya tiba juga" Ucap sensei saat melihat gadis itu yang masuk kedalam ruangan.
"Maaf aku terlambat, Sensei" Ucap gadis itu.
"Tidak apa apa, sekarang perkenalkan namamu" Ucap ramah Sensei kepada gadis itu.
Gadis itu pun mengganggukkan kepalanya dan menghadap ke para murid sembari mengatakan "Namaku Veliona, aku adalah murid baru di kelas ini, mohon bantuannya" Ucap gadis itu sembari menundukkan kepalanya.
Para murid pun hanya tersenyum menghormati Veliona.
"Baiklah, kamu boleh duduk sekarang, pilihlah tempat duduk yang kamu inginkan" Ujar Sensei.
Veliona pun hanya menundukkan kepalanya dan mulai berjalan ke tempat duduk para murid, di saat yang bersamaan terlihat seorang murid pria yang berdiri dan mengucapkan "Silahkan duduk disini nona" Ucapnya dengan hormat sembari menunjuk ke arah bangku panjang yang pria itu duduki bersama temanya.
Veliona pun berjalan ke arah pria itu yang membuat pria itu sedikit senang, namun. Veliona melewati pria itu dan berjalan ke ujung atas tepat di bangku Zen yang hanya duduk sendirian disamping jendela.
"Tek" Zen pun mendengar sebuah benda yang di letakkan di ujung meja dan menoleh, saat menoleh kebelakang Zen pun terkejut karena ada seorang gadis cantik yang duduk di sebelahnya.
"Siapa dia? Sejak kapan dia ada disini?" Gumam Zen sedikit gugup dalam hatinya, namun Zen terlihat cuek dan dingin di mata semua orang.
Tatapan mata keduanya pun tak terelakkan, terlihat Veliona yang terus menatap mata Zen dan Zen yang hanya membalasnya dengan tatapan polos dan cuek.
"Mulai sekarang, mohon bantuannya" Ucap Veliona mengulurkan tangannya ke Zen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Katsumi
bagian ini mungkin bisa diubah:
"Huh, merepotkan sekali," keluh Zen di tengah-tengah keramaian.
atau
"Huh, merepotkan sekali," Zen mengeluh di tengah-tengah keramaian.
2025-01-06
1
Dennis Rodriguez
Setiap kali aku selesai baca, aku sangat berharap ada lebih banyak lagi. Teruskan fighting, author!
2024-09-22
1