Sore itu juga, Lord Frederic Manstein, berdiri menghadap matahari sore yang seolah belum pasti tenggelam (Pukul 3 sore). Dia berdiri tegak, dan dengan tangan dibelakang. Dia diam seolah mengagumi keindahan laut biru yang terhampar didepannya, wajahnya nampak tenang, Namun sebenarnya hatinya begitu cemas menunggu kedatangan armada gabungan kekaisaran.
"Tak bisa tenang Lord Manstein?" Tanya seseorang yang tanpa dia sadari sudah berada di belakangnya.
Lord Manstein menoleh. "Ah!? Yang Mulia." Lord Manstein membungkuk memberi hormat.
Kaisar buru-buru membangunkan Lord Manstein."Jangan terlalu formal, kita bukan di istana."
"Baiklah Yang Mulia." Jawab Lord Manstein. "Wah! Ternyata Lord Eldia juga datang."
"Hahahahaha, bukan hanya kau seorang yang khawatir Lord Manstein." Jawab Lord Eldia bergurau. "Aku juga manusia, siapa manusia yang tidak khawatir jika kedua anaknya berada di medan pertempuran?, apalagi salah satunya ada di garis depan."
"Oh? Benarkah!?" Lord Manstein terkejut.
"Putri ku Wilda menjadi Letnan Satu, sekaligus Komandan Kompi C di Batalyon Putramu Mayor Dicky Yudintsev, dan menjadi rekan putrimu Kapten Sophia Simo."
"Wah wah, rupanya bertambah seorang Eldia lagi yang akan menjadi petinggi militer." Gurau Kaisar tua itu.
"Wahahahahaha" mereka bertiga tertawa terbahak-bahak, sampai Kaisar terbatuk-batuk karenanya.
Guoooooooooonggg
Suara terompet kapal
"Ah! Mereka datang." celetuk Lord Manstein.
Perlahan-lahan terlihat kapal-kapal perang besar mendekati dermaga, di iringi oleh kapal-kapal Destroyer, Cruiser, Misile Cruiser, dan Submarines (kapal selam).
"Astaga sebanyak itu apakah muat di dermaga?" Tanya Kaisar.
"Tentu tidak Yang Mulia, separuh termasuk Kapal-kapal perang besar akan singgah menurunkan pasukan, dan sisahnya berlabuh di dermaga ke dua dan ketiga di Wilayah Lord Otto." Jelas Lord Manstein.
Dan benar saja, sebagian kapal berpisah menuju arah selatan, dan dilihatnya kelipan-kelipan isyarat lampu dari salah satu kapal memgirimkan pesan ke kapal perang yang paling besar disana yang berbunyi:
"Danke, ihr habt es sehr gut gemacht, Vater Gott sei mit dir -terimakasih, kalian bekerja dengan baik, Allah Bapa besertamu."
Kemudian salah satu kapal perang membalas, bunyinya:
"Bitte, auf wiedersehen Kameraden! Der heilige geist fuhrt dich -sama-sama, sampai jumpa kamerad! Roh Kudus Memimpinmu."
Tak beberapa lama seluruh kapal berlabuh, dan saat mereka melihat Sang Kaisar, dan dua Lord tingkat Alpha berada di sana, para Perwira segera membariskan pasukannya. Kaisar Tua itu terkagum-kagum melihat sebuah kolone yang cukup besar di depannya, walaupun jumlah itu sudah berkurang banyak.
Sebenarnya Para pasukan dan Perwira pun tidak menyangka jika mereka akan disambut, sebab tidak ada pemberitahuan, bahkan Lady Ocha, Laksamana Otto, dan Perwira tinggi lainnya tidak tahu.
Tidak ada penyambutan resmi disana, tidak ada podium, hanya ada sebuah mike pengeras suara yang disiapkan secara mendadak, dan pidato kaisar itu juga langsung disiarkan melalui radio militer kepada kapal-kapal dibawah Laksamana Otto, yang tidak sempat mendarat.
"Pasukan! Baik yang sedang berlayar, maupun berdiri di tempat ini, aku mengucapkan terimakasih atas kerja keras kalian yang bertugas. Terutama para pasukan yang berada di garis depan. Karena tanpa anda, sebaik apapun Strategi para perwira, tidak akan berjalan dengan baik. Selamanya negara berhutang kepada jasa kalian." Katanya
Sang Kaisar menyambung. "Untuk ini, aku memberikan hadiah kecil untuk kalian, yaitu sebuah cuti selama sebulan penuh, medali-medali kehormatan dan bonus gaji, dan juga kenaikan pangkat bagi Prajurit dan Perwira yang dianggap berjasa dalam operasi.
Nama mereka akan dikirimkan ke batalyon-batalyon tempat bertugas, dan untuk prewakilan, harap maju kedepan.
Letnan dua Wilda Eldia dinaikkan pangkatnya menjadi kapten, dan atas keberaniannya, diberikan Navy Empire Kross."
Wilda maju dari barisan di iringi tepuk tangan meriah dan siulan serta sorakan para prajurit yang hadir.
"kapten Sophia Simo dinaikkan jabatannya menjadi Mayor Muda Kesatria Ilahi, atas kejeliannya membuat perangkap, dan Keberhasialan membunuh banyak perwira musuh dengan snipernya, diberikan medali Sniper Elite dan Puple Service Holly Kross."
Gemuruh dan tepuk tangan makin menggila, terutama dari Batalyon dan unit yang dipimpin oleh Sophia.
"Karena kejeliannya dalam mengingat informasi, prestasinya dalam pengintaian dan penyamaran, Mayor Dicky Yudintsev, dinaikan jabatannya menjadi Letnan Kolonel Muda Kesatria Ilahi, dan resmi memimpin Resimen Rider Komando Strategis Manstein terhitung sebulan setelah dibacakan keputusan ini. Diberikan juga medali Higest Service Holly Kross."
Serasa tidak surut tepuk tangan yang mengantar ketiga perwira ini menaiki podium, apalagi saat Mayor Sophia yang tampil, serasa ombak yang bergemuruh tepuk tangan dan sorakan Prajurit yang ada disana.
Bagaimana tidak, Kapten yang telah naik pangkat menjadi Mayor itu adalah Penembak Jitu yang handal, berkali-kali dia menyelamatkan nyawa banyak pasukan dari jauh, Apalgi dia masih berusia 18 tahun, dan merupakan perempuan termanis dan tercantik di seluruh Komando Militer wilayah Kediaman Manstein. ramah, murah senyum, dan senyumnya dihiasi lesung pipit di kedua pipinya, matanya jernih bak embun pagi, apalagi dia dianggap seperti anak sendiri oleh Lord Manstein. kata-katanya yang sopan dan hatinya yang lemah lembut membuat banyak putra Bangsawan jatuh hati padanya.
Namun sisi lainnya, dia adalah orang yang cukup tegas dan disiplin, dia tidak segan dalam membunuh lawannya, hingga dijuluki Mawar Beracun oleh musuh-musuhnya. Dia dirawat oleh Keluarga Manstein saat dia ditemukan terlantar lantaran perang saudara yang berkecamuk.
Begitupula Eugen Wegener, Norah Uriel, Dicky Yudintsev, mereka adalah anak angkat dari keluarga Manstein yang diambil dari anak-anak korban perang.
Mereka berempat disekolahkan di Akademi bangsawan terbaik di kekaisaran, disana. mereka berkenalan dengan Canyon, Jyona, Wilhelm, dan Wilda dan lulus di usia 15 tahun (wegener, Norah, dan Dicky) dan 12 tahun (sophia). Kemudian Lord Manstein meminta mereka untuk bersekolah di akademi Militer terbaik di kekaisaran, dan tak disangka mereka kembali bertemu dengan Jyona, Wilhelm, Dan Wilda, tapi tidak dengan Canyon.
Setelah pemberian medali itu selesai, upacara penyambutan pun dibubarkan, dan pasukan-pasukan itu kembali ke kesatuan masing-masing. namun masih ada banyak pasukan yang tinggal untuk sekedar berbincang mengucapkan selamat tinggal, termasuk Kaisar, Lord Eldia dan Lord Manstein.
"Betapa tuanya kita jika dibandingkan dengan para prajurit-prajurit ini." Ujar sang Kaisar.
Lord Eldia tertawa. "Yah... Masa kita seolah telah berakhir, melihat anak-anak muda berkarya."
"Yah!" sahut Lord Manstein, sembari menoleh pada anak-anak mereka berdua, diikuti oleh Sang Kaisar, dan Lord Eldia.
Ocha sedang memeriksa ulang Peta pertempuran, dan sedang terlibat diskusi dengan kakak Angkatnya Eugen, sementara Wilhelm dan Norah sedang berbincang bincang dengan santai sembari berjalan pelan di pinggir dermaga, kemudian Dicky, dan Sophia sedang berbincang dengan Wilda di dekat Kapal Perang Terbesar Kekaisaran -Leviathan-
"Masa-masa kejayaan kita memang sudah lewat Lord Eldia." katanya lagi menyambung kalimat yang belum selesai di ucapkannya tadi.
"Kali ini." Kaisar menepuk Pundak mereka berdua. "Generasi muda lah yang akan mengambil peran dalam tindakan-tindakan besar Kekaisaran selanjutnya, termasuk kedua putraku."
Ketiganya tertawa kecil.
Sementara angin darat berhembus ke laut, menerpa layar-layar, dan bendera-bendera Leviathan, angin juga menerpa kasih antara dua perwira muda. Kasih yang timbul dalam bahaya hidup dan mati, telah tumbuh, dan mereka siram dengan air pengalaman, dan pupuk kerjasama di medan pertempuran. Cukup sedikit waktu untuk membuat hal itu menjadi mungkin jika suatu marabahaya besar tidak menimpa mereka di masa yang akan datang.
" berapa usiamu sekarang?" Tanya Wilhelm sembari berjalan perlahan.
"23." Balas Norah "12 Desember mendatang 24 tahun."
Wilhelm tertawa "Kesatria Ilahi Manstein benar-benar melahirkan orang bertalenta tinggi. Semuda ini sudah menjadi Seorang Kolonel, dan Komandan dalam Resimen Tempur Kavaleri. Aku jadi iri."
"Ah! Aku akan besar kepala karena itu." katanya dengan menyingkap rambutnya yang sebahu itu ke belakang telinganya.
"Bukankah semua orang suka dipuji?"
"Pujian itu membuat orang yang kurang baik menjadi kelihatan baik."
"Yah! Usiaku saat ini 30 tahun, dan menjadi kolonel di usia yang ke 28 tahun."
"Itu tidak buruk." hibur Sophia "kebanyakan Kolonel berusia hampir 40 tahun ke atas, kau bisa menjadi Jendral Muda jika kau mau dengan prestasimu itu." Hiburnya.
Sejenak mereka terdiam, walaupun kata-kata mereka tidak seromantis orang pada umumnya, namun percayalah, Wilhelm berusaha keras membuatnya senormal mungkin supaya tidak terlihat kikuk dan konyol didepan Norah.
"Lady Norah!" Panggil Wilhelm berhenti berjalan.
"Em?" Norah menghadapnya.
Wilhelm menggenggam tangan Norah dan menatapnya lekat.
Norah terkejut.
"Bolehkah aku melamarmu?"
Lebih terkejut lagi Norah mendengarnya, mukanya merona merah namun mengingat posisinya yang hanya anak angkat dalam keluarga Manstein, dia menjadi bimbang.
"Maaf" katanya dengan perlahan melepaskan tangannya "bolehkah aku mempertimbangkannya dulu?"
Wilhelm terlihat agak kecewa.
"Tapi bukan berarti aku tidak menyukaimu Kolonel." Norah buru-buru menjelaskan. "Aku hanya bimbang tentang status ku dalam keluarga Manstein yang hanya anak angkat." katanya lagi dengan suara yang makin pela dan pelan terbalut malu.
Wilhelm tersenyum. Dia tahu kebanyakan Lord yang memiliki anak angkat, tidak akan menikahkan anak angkatnya dengan anak dari bangsawan lain, karena kebanyakan bangsawan lain tidak akan mau menerimanya karena dia anak angkat, sementara yang lain, malah akan menikahkan anak angkatnya tersebut dengan anak kandungnya supaya warisan keluarga bangsawan itu tidak jatuh ke tangan orang lain. Tapi di satu sisi, ada yang memanfaatkan hal seperti ini demi keuntungan politik, dan pernikahan ini akan menjadi pernikahan politik demi kepentingan kedua keluarga.
"Pikirkanlah! Aku akan menunggujawabanmu saat pesta kerajaan satu minggu menatang."
"Baiklah."
Mereka melanjutkan berjalan.
Sementara Dicky, Sophia, dan Wilda terlihat sangat akrab bahkan lebih akrab dari saat mereka masuk akademi militer.
Bagi Lord Eldia dan Lord Manstein ini menjadi sebuah pertanda membahagiakan dan bahkan memungkinkan dua keluarga bersatu, apalagi mereka berdua tahu jika Pangeran Jyona tertarik pada Lady of Eldia -Gelar bangsawan milik Wilda- dan Pangeran Canyon tertarik pada Lady of Manstein -Gelar bangsawan milik Ocha- mereka mungkin berpikir akhirnya keluarga mereka menjadi satu.
Tapi agaknya pandangan Kaisar tidaklah sama, dan Kaisar agaknya tidak suka karena ada sesuatu yang masih mengganjal di hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments