Chapter 3

Pangeran Jyona yang berangkat menuju Kediaman Manstein bersama Lord Ingram, dan Kolonel Wilhem dikawal oleh sepeleton Pasukan Elit Kekaisaran (60 orang). Sebagian menggunakan truck, dan sebagian lagi menggunakan Halftruck, nampaknya yang mereka bawa adalah Satuan Elit Panzer Granadier.

Menjelang pagi rombongan Pangeran muda itu sampai diperbatasan, tapi perjalanan masuk tidak terlalu mudah, rombongan itu dihentikan oleh sekompi (225 orang) pasukan reguler dari Kediaman Manstein yang dipimpin oleh Kapten Shinn.

Tangan Kapten Shinn melambai lambai menghentikan rombongan.

Saat rombongan berhenti, Kapten itu menghampiri mobil ATV di rombongan tengah, ia mengetuk jendela kaca yg dilapisi lapisan anti peluru dari luar dan dalam itu.

Ngguuuk jendela diturunkan.

Kapten Shinn terbelalak melihat Lord Ingram, dan Kolonel Wilhelm berada di kursi depan dan belakang, dengan sigap dia memberi hormat.

Kolonel Wilhelm yang berada didepan membalas hormatnya. Meskipun 90 persen Wilhelm mengira jika dia adalah unit pemberontak milik Lady Ocha, namun daerah ini juga wilayah Kekaisaran, jadi tidak heran jika prajurit pemberontak pun akan memberi hormat padanya.

"Kami membawa Pangeran Jyona, ini adalah kunjungan diplomasi."

Sedikit tidak percaya kapten itu, dahinya dikerutkan dalam hatinya berkecamuk, antara mematuhi perintah langsung dari Lordnya, atau meloloskan mereka karena perintah Kolonel Wilhelm.

"Ah iya, aku lupa." kata Sang Kolonel merogoh sakunya.

Kapten Shinn auto waspada, jangan jangan yang dia pegang adalah pistol, pikirnya. Agak maju dia, berjaga seandainya itu pistol maka dengan jarak ini dia bisa menangkap tangan Kolonel Wilhelm tepat waktu, untuk mencegah sesuatu hal yang tidak menguntungkan bagi dirinya.

Di sisi lain Kolonel Wilhelm tahu, nyawanya dan pasukannya terutama Pangeran Jyona yang dia anggap sebagai adik -hubungan mereka sangat dekat karena Jyona menyukai Wilda- akan terancam, apalagi saat dia melirik brivet di dada kiri pasukan itu, dia memiliki lambang salib dengan mahkota duri, dan syal ungu, kemudian dibawahnya bersandar sebuah perisai dan sebilah pedang. Wilhelm seolah berkata dalam hatinya, kami akan kesulitan jika terjadi keributan di sini. Sungguh tak menguntungkan bertemu dengan seorang dari Kesatria Ilahi di awal misi.

Sebuah Surat keluar dari sakunya.

Setelah membaca surat dari Wilhelm, dia melirik seorang pembawa radio yang tadi sudah disuruhnya menelpon Kolonel Eugen, dan yang dia lihat, prajurit itu menggeleng dengan memegang telinga. Nampaknya Kolonel Eugen belum bisa di hubungi.

"Ehm, maaf sebelumnya Kolonel, kami masih belum mendapat konfirmasi." Jelas Kapten Shin "Maka, kami terpaksa menahan rombongan anda disini sementara."

"OMONG KOSONG!!!" Bentak Lord Ingram terpancing emosi "APA KAU TIDAK LIHAT DISANA ADA STEMPEL RAJA!!!???"

Wilhelm mengerutkan dahi pada Lord Ingram memberi kode kepadanya karena dia memancing bahaya.

Kapten Shin berusaha tetap tenang, dia hanya melempar senyum kikuk dengan menggaruk-garuk kepala belakangnya.

Dia memberi kode, pikir Wilhelm.

"Hehehe, maaf Lord Ingram, masalahnya kami akan mendapat masalah jika begini."

Wilhelm melihat pergerakan pasukan lawan sementara Kapten Shinn dan Lord Ingram berdebat. Ah dia sungguhan memberi kode pada anak buahnya. Tidak terlihat jelas pergerakan mereka, karena pasukannya bergerak dengan wajar dan tidak mencurigakan, bahkan ada yang mulai bercengkerama dengan sopir halftruck di depan.

Dan beberapa pasukan naik ke atas halftruck dengan alasan membawa botol bir, dan seorang lain lagi sudah membagi rokok pada pasukann Wilhelm dari atas halftruck. Tapi Wilhelm tahu bahwa pasukan itu sudah mengokang senapannya terlebih dahulu secara perlahan saat dia di bawah tadi.

Tak perlu menengok kebelakang untuk mengetahui hal yang sama terjadi pada pasukannya yang ada di belakang. Seolah tidak terjadi apa-apa, namun sebenarnya nyawa mereka di ujung tanduk jika perdebatan ini berlanjut.

"Maaf Lord Ingram, kami tetap tidak dapat membawa anda masuk, karena kami lebih peduli pada nyawa Pangeran dan anda sekalian daripada nyawa kami."

Deg!!! Wilhelm harus menghentikan mereka sekarang.

"Kau-!"

"Lord Ingram!!" Wilhelm, dan Pangeran Jyona membentak bersamaan membuat Lord Ingram, pria paruh baya itu terdiam.

Tampaknya Pangeran Jyona menangkap sinyal-sinyal kegelisahan Wilhelm.

Sementara Wilhelm sendiri juga terkejut saat Sang Pangeran membentak Lord Ingram.

"Kau diamlah!" Tegur Pangeran Jyona pelan.

"perdebatanmu akan membunuh kita semua!" katanya lagi mengingatkan " Lawanmu itu bukan orang sembarangan, paham!?" Tenang nada bicaranya, tapi cukup untuk menyadarkan Lord Ingram bahwa mereka di posisi yang tidak menguntungkan.

Pangeran Canyon keluar dari ATV itu, dia turun, dan melihat Kapten itu lebih muda darinya. Jika dia 25 tahun, mungkin kapten itu baru 18 tahunan.

Kapten Shinn, memberi Hormat mengetahui identitas Sang Pangeran.

"Yo!!" Sapa Pangeran Jyona. "Maaf atas perdebatan tadi."

Kapten Shinn memurunkan tangannya.

Pangeran Jyona tersenyum. "Tidak usah waspada begitu, santailah sedikit. Bukannya kau sudah memastikan kami akan aman bersamamu?"

Kata-katanya semu, tapi Shinn paham betul apa yang dia maksud bukan itu, tapi lebih mengarah kepada. "Lepaskan pasukan ku, dan aku akan menjamin tidak akan terjadi apapun."

Shinn tertawa "Yang Mulia, tidak usah dipikirkan, aku tidak mengambil hati tentang perdebatan itu" katanya kemudian bersiul.

Mendengar siulan itu, prajurit-prajurit Kapten Shinn segera mundur, dan tak jarang pasukan Wilhelm yang berterimakasih atas rokok, atau bir, atau rangsum hangat yang diberikan oleh unit Kapten Shinn dengan senyuman tanpa curiga bahwa seandainya perdebatan antara Kapten Shinn dan Lord Ingram berlangsung.

Maka tanpa segan-segan orang yang memberikan mereka sesuatu tadi, dapat dengan mudah menghabisi nyawa mereka dengan memberondongkan senapan yang sudah siap tembak itu.

Pangeran Jyona tertawa lega. "Perwira Kesatria Ilahi memang mengagumkan."

Kapten Shinn tersenyum "Ah, latihan kami hanya sedikit lebih keras dari Perwira Tentara Reguler."

"Pinjamkan telponmu, aku akan mencoba menghubungi adik sepupu ku Lady Ocha"

"Baiklah" Sekali lagi cuitan terdengar dari mulut Sang Kapten kali ini seorang radiomen datang padanya dan menurunkan radionya.

"Apa sudah tersambung?"

"Sudah." Jawab si radiomen.

Lantas Pangeran itu berjongkok dengan menelepon, dia berbincang-bincang dengan Lady Ocha dan bertanya kabarnya juga keadaan mereka berempat seperti telepon biasa, Pangeran Jyona tidak buru-buru meminta ijin untuk masuk ke wilayah, dia hanya mengobrol berputar-putar dengan berjongkok sambil menggambar sesuatu di tanah.

Kapten Shinn yang melihat hal itu terdiam soeolah memikirkan sesuatu.

"Aku???" kata Pangeran Jyona "aku di perbatasan wilayah Manstein, ya... Perwira mu mengikuti tugasnya dengan baik, ah!? Tidak tidak, dia menjalankan tugas dengan baik, ah!? baiklah terimakasih! Ah! Kapten, Adikku ingin bicara padamu." Jelas Sang Pangeran dengan memberikan teleponnya.

Kapten Shinn menerima telepon "ya nona?, baik! Aku mengerti." Ia menutup telepon. "Anda dipersilahkan masuk dengan pengawalan satu regu kami, sementara peleton yang anda bawa dimohon membantu kami disini untuk menjaga perbatasan. selama anda berada disini, kami menjamin amunisi dan rangsum mereka disini."

Pangeran Jyona tersenyum. "Aku mengerti, terimakasih!"

Mereka berjabat tangan, kemudian Pangeran meminta pasukannya masuk untuk membantu menjaga perbatasan, sementara ia kembali masuk kedalam ATV, kemudian berangkat menuju Kastil Manstein dengan dikawal oleh seregu pasukan Kapten Shinn.

Ditengah perjalanan mereka melewati kediaman Lord Paulus, mereka melihat mayat-mayat yang dijejer di pinggir jalan, yang sedang di urus. mereka juga melihat mayat Lord Paulus dengan banyak luka tembakan di tubuhnya.

Lord Ingram geram bukan kepalang melihat rekan sekerjanya selama puluhan tahun tewas di berondong senapan seperti itu.

"Lord Ingram!" Tegur Pangeran Jyona

"Tenangkan dirimu! Emosimu yang meledak-ledak itu hampir mencelakai kita semua."

Teguran itu serasa pedang yang menancap di dadanya, dan merobek jantungnya. Serasa jengkel dia, tapi di akuinya hal itu, bahwa mereka hampir celaka karena dia terlalu emosi.

******

Di Kastil Kediaman Manstein, Lady Ocha sedang berada di ruang makan. Dia duduk di bangku paling ujung, kemudian di sisi depan kirinya ada Letnan Kolonel Dicky Yudintsev, kemudian di sebelah kanan Dicky, Mayor Sophia, di sebelah kanan depan Lady Ocha ada Kolonel Eugen Wegener, dan Norah Uriel. Di depan mereka tertata rapi berpiring-piring makanan yang sudah dimasak oleh koki-koki andalan Manstein. Dan para pelayan sudah siap berdiri di belakang mereka untuk melayani.

Namun 30 menit sudah mereka berdiam diri tanpa kata sedikitpun, membiarkan makanan itu dingin seolah mereka malah ingin tidak makan hari ini. Sophia, dan Dicky duduk tegak, sementara Eugen duduk bersandar pada sandaran kursi, dan tangannya membolak-balik memainkan pisau di atas meja, sementara Norah hanya duduk dengan tatapan kosong.

Kepala Pelayan Anderson yang berdiri di belakang Lady Ocha selangkah mendekat, namun belum sempat dia berbicara, tangan Lady Ocha terangkat menghentikannya. Tapi kepala pelayan tua itu memaksa bicara.

"Nona!" tegurnya pelan dengan suara serak khas kakek-kakek "Makanannya akan segera dingin, perlukah saya meminta para pelayan untuk memanaskannya?" katanya dengan sangat perlahan, memecah keheningan.

Lady Ocha menghela napas, membenarkan posisi duduknya, kemudian mengangguk 2 kali.

Plok plok.

Kepala Pelayan Anderson menepuk tangannya 2 kali, kemudian dengan sigap seluruh pelayan bergerak, ada yang menuang air putih, ada yang menuang anggur, ada yang membereskan daging, ada yang membereskan roti, mie, sayur dan lain sebagainya.

"Paman Anderson!" panggil Lady Ocha

"Ya, Nona??"

"Sebentar lagi ada tamu, segala olahan daging berikan untuk tamu, untuk kami berikan sesuatu selain daging." Katanya. "Adik-adik mungkin masih trauma dengan sesuatu yang berhubungan dengan darah."

"Yes! Milady (baik nona)" Kepala Pelayan Anerson segera meninggalkan mereka.

Lady Ocha menghela napas. "Kak Jyona akan datang."

Semua mata mendadak menoleh padanya "Kita baru saja memenangkan kudeta ini bukan!?"

"Sigh!" Eugen tertawa simetris. "Kau benar! Hey! Dicky ayolah! Ini baru permulaan untuk kita bukan? Sebentar lagi kau akan jadi Kolonel, aku akan menjadi Mayor Jendral, Norah juga akan memimpin sebuah divisi Panzer. Ini hari bahagia untuk kita" Katanya membangkitkan suasana.

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

lanjut, slam dari.13 pembunuh

2021-02-15

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1
2 Chapter 2
3 Chapter 3
4 Chapter 4
5 Chapter 5
6 Chapter 6
7 Chapter 7
8 Chapter 8
9 Chapter 9
10 Chapter 10 Hacker Reunion
11 Chapter 11
12 Chapter 12
13 chapter 13
14 chapter 14
15 chapter 15
16 chapter 16
17 chapter 17
18 chapter 18
19 chapter 19
20 chapter 20
21 chapter 21
22 chapter 22
23 chapter 23
24 chapter 24
25 chapter 25
26 chapter 26
27 episode 27
28 episode 28
29 episode 29
30 chapter 30
31 chapter 31
32 chapter 32
33 chapter 33
34 chapter 34
35 chapter 35
36 Chapter 36
37 Chapter 37
38 Chapter 38
39 Chapter 39
40 Chapter 40
41 Chapter 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Chapter 45
46 chapter 46
47 Chapter 47
48 Chapter 48
49 Chapter 49
50 Chapter 50
51 Chapter 51
52 Chapter 52
53 Chapter 53
54 Chapter 54
55 Chapter 55
56 chapter 56
57 Chapter 57
58 Chapter 58
59 Chapter 59
60 Chapter 60
61 Chapter 61
62 Chapter 62
63 Chapter 63
64 Chapter 64
65 Chapter 65
66 Chapter 66
67 Chapter 67
68 Chapter 68
69 Chapter 69
70 Chapter 70
71 Chapter 71
72 Chapter 72
73 Chapter 73
74 Chapter 74
75 Chapter 75
76 Chapter 76
77 Chapter 77
78 Chapter 78
79 Chapter 79
80 Chapter 80
81 Chapter 81
82 Chapter 82
83 Chapter 83
84 Chapter 84
85 Chapter 85
86 Chapter 86
87 Chapter 87
88 Chapter 88
89 Chapter 89
90 Chapter 90
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Chapter 1
2
Chapter 2
3
Chapter 3
4
Chapter 4
5
Chapter 5
6
Chapter 6
7
Chapter 7
8
Chapter 8
9
Chapter 9
10
Chapter 10 Hacker Reunion
11
Chapter 11
12
Chapter 12
13
chapter 13
14
chapter 14
15
chapter 15
16
chapter 16
17
chapter 17
18
chapter 18
19
chapter 19
20
chapter 20
21
chapter 21
22
chapter 22
23
chapter 23
24
chapter 24
25
chapter 25
26
chapter 26
27
episode 27
28
episode 28
29
episode 29
30
chapter 30
31
chapter 31
32
chapter 32
33
chapter 33
34
chapter 34
35
chapter 35
36
Chapter 36
37
Chapter 37
38
Chapter 38
39
Chapter 39
40
Chapter 40
41
Chapter 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Chapter 45
46
chapter 46
47
Chapter 47
48
Chapter 48
49
Chapter 49
50
Chapter 50
51
Chapter 51
52
Chapter 52
53
Chapter 53
54
Chapter 54
55
Chapter 55
56
chapter 56
57
Chapter 57
58
Chapter 58
59
Chapter 59
60
Chapter 60
61
Chapter 61
62
Chapter 62
63
Chapter 63
64
Chapter 64
65
Chapter 65
66
Chapter 66
67
Chapter 67
68
Chapter 68
69
Chapter 69
70
Chapter 70
71
Chapter 71
72
Chapter 72
73
Chapter 73
74
Chapter 74
75
Chapter 75
76
Chapter 76
77
Chapter 77
78
Chapter 78
79
Chapter 79
80
Chapter 80
81
Chapter 81
82
Chapter 82
83
Chapter 83
84
Chapter 84
85
Chapter 85
86
Chapter 86
87
Chapter 87
88
Chapter 88
89
Chapter 89
90
Chapter 90

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!