Chapter 2

Di dalam markas pusat pun tak kalah tegang, justru markas pusat adalah tempat paling menegangkan saat operasi militer berlangsung, Apalagi mengingat lawan mereka adalah anggota-anggota Kesatria Ilahi.

"Target Secure (target aman)" Suara Letnan Oliver. "Konfirmasi! Sir Andrew, Sir Yohan, Sir Alexis."

"Copy that."

"Kolonel, Konfirmasi!" Itu suara Wilda. "Lady Anya, Sir Heland"

"Baiklah!"

"Aku akan ke lantai dua, bagaimana keadaannya?" Tanya Wilda lewat radio dengan sedikit berbisik.

"Lima penjaga, dan dua orang di dalam di kamar nomor tiga dari tangga."

"Apa yang mereka lakukan?" Tanya Wilda sambil berjalan perlahan menaiki tangga yang lebar tersebut, bersama dua pasukannya.

Wilhelm mengamati. "Mereka berdua sedang mengobrol, tapi yang satu sedang menodongkan pistol, ah! Yang satu bergerak ke balkon mungkin dia di desak, cepatlah!"

"Baik!" Jawab Wilda. "Tim kumpulkan yang selamat dan lindungi mereka!" memberi perintah pada timnya lewat radio.

Sementara itu di dalam ruangan seorang gadis sedang menodongkan pistol pada seseorang yang sedang menghadap ke balkon. Sarung tangannya menunjukkan kalau dia adalah seorang bangsawan, sedangkan pakaiannya adalah pakaian seorang Perwira Kelas Atas rambutnya panjang tergerai.

"Rupanya sudah datang ya?" Katanya dan tiba-tiba.

BRAKKKKK!!!

Pintu di dobrak paksa, dan tiga orang masuk menodongkan tiga pucuk senapan padanya.

Dan saat ketegangan berada di puncak, tiba-tiba Wilhelm menghubunginya. "Will ada yang tudak beres. Bunuh dia sekarang juga, dan bawa yang selamat!"

Wilda sebenarnya juga merasa aneh, ini terlalu mudah. Bagaimana mungkin sebuah pemberontakan dan kudeta ini begitu dahsyat di siarkan jika mereka mampu menembus rumah ini dengan mudah kecuali-

"Will!! ini Jeb-"

Ngiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnngggg

Sebuah bom gelombang telah meledak dari dalam rumah itu menyebabkan kebisingan dari dalam radio panggil di telinga seluruh unit Wilda dan memutus komunikasi Wilhelm dengan anak buahnya yang di lapangan.

"Aaaaaaakkhh!"

"Ouch!"

"Ouwwwhhh!" Teriak ketiga orang itu bersamaan gara-gara kebisingan Yang terjadi di telinga mereka. Terpaksa mereka lepas Headset di telinga mereka supaya mereka tidak tuli karena dengingan bom gelombang itu.

Belum selesai dengan keterkejutan itu, sekali lagi wilda dikejutkan dengan sepucuk senapan menodong kepalanya dari belakang, dan lagi dia melihat temannya yang di depan kirinya mulutnya dibungkam dan digorok dengan belati, sementara rekannya yang di depan kanannya ditusuk pinggangnya dengan belati dari bawah Kevlar -baju anti peluru- yang dipakainya.

"Tak kusangka Psukan Elit Kekaisaran sangat ceroboh seperti ini" Celetuk sorang yang berdiri di balkon itu.

Dan Wilda baru menyadari jika dia bukanlah Lord Frederick

Setelah ia menoleh. Barulah dia lihat sesosok mata yang tajam sedang memandangnya

Itu adalah Lady Ocha.

"Terimakasih Mayor Sophia, jebakanmu berjalan dengan lancar"

Mayor sophia menurunkan pistolnya dan berbalik.

Betapa kagetnya Wilda, jika yang ia hadapi adalah sahabat dan rekan seperjuangannya sendiri.

"A, ah... Jangan berteriak sayang! atau teman-mu di luar semua akan dibantai, hihihi" katanya tersenyum dengan manisnya dan lesung pipit yang nampak di kedua pipinya

*****"

Lord Eldia mendesis sambil menggeleng. "Aku tidak yakin"

"Apa?"

"Masalahnya disini sebagian korban juga pendukung pangeran Jyona, apa mereka mau memisahkan diri?"

Sang Kaisar kaget bukan kepalang sekaligus agak tersinggung mendengar penjelasan Tetua yang satu itu. "Lord Eldia! Manstein adalah Saudara Tua dari keluarga kerajaan yang sah!, dan sebenarnya keluarga mereka lah yang pantas menduduki Tahta, Leluhur mereka rela menjadi Bangsawan karena tidak ingin terlibat dalam perebutan Tahta!!" Sahut Sang Kaisar dengan nada tersinggung.

Seluruh orang yang hadir terdiam dan menundukkan kepala.

"Jika mereka menginginkan pemisahan untuk menjadi penguasa, untuk apa keponakanku melakukan ini?, dia hanya perlu meminta padaku turun tahta! Maka aku akan berikan padanya."

Belum sempat kemarahan Kaisar mereda, datang seorang prajurit dengan berlari-lari.

"Yang Mulia! Yang Mulia!"

Semua mata para Lord mengarah padanya.

"Kepten Wilda, tertangkap! Saat berusaha menyelamatkan keluarga Manstein, detasemennya tak mampu berbuat apa apa setelah dikepung Batalyon Mayor Sophia."

Deg! Seolah dihantam palu godam dada Lord Eldia mendengar Putrinya menjadi tawanan. Agaknya mereka masuk kedalam jebakan, Jelas Lady Ocha pasti sudah memperkirakan hal ini akan terjadi, pikirnya. Apalagi lawan mereka adalah Mayor Sophia -salah seorang anggota Kesatria Ilahi- yang sangat ahli dalam membuat perangkap.

"Aku akan membawa mereka kembali."

Celetuk seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah pangeran Jyona.

Sang Kaisar Tua menghela napasnya dengan berat. "berangkatlah nak! Tuhan besertamu." Katanya.

"Aku akan ikut bersama Pangeran" Sahut Bangsawan Ingram menyusul Pangeran Jyona

******

"Nona, Semua sudah dikumpulkan" Tegur Kolonel Norah Uriel kepada Putri Tertua Keluarga Manstein yang sedang berada di ruang tamu menghadap tungku api penghangat ruangan itu.

Ocha tak berpaling dari tungku, dan untuk sejenak keadaan menjadi canggung.

Norah tetap berdiri di belakangnya agak jauh, tangan kirinya menggenggam pedang salib yang tersarung di pinggangnya. Dia diam membisu menunggu perintah kakak angkatnya, sekaligus Nonanya tersebut. Norah paham apa yang dipikirkan Ocha, jelas dia butuh waktu untuk melakukannya, yah.... Membunuh keluarganya sendiri. Hanya Iblis yang mampu melakukan hal itu, dan ya! Itulah yang akan menjadi capnya yang akan dia tanggung seumur hidupnya. Mereka diam seribu bahasa.

"Seret mereka Keluar rumah! Kumpulkan di halaman!" Jawab Ocha tanpa expresi sedikitpun, nampak sekali dari matanya yang hampa, bahwa seluruh keraguannya sudah dia hilangkan demi misinya.

"Baik!" Kolonel Norah segera berbalik.

"Norah!"

"Ya?"

Ocha berjalan mendekat

Norah hanya berdiri dengan wajah datar

Ocha memegang bahunya "Tetaplah jadi saudaraku!, bersama Yudintsev dan kak Eugen."

Kata katanya sederhana, tapi bila dipikirkan, terkandung sebuah perasaan yang dalam. Rasa takut, rasa sedih, rasa marah, bingung, khawatir, dan lain sebagainya. Walaupun suaranya terdengar wajar dan datar, raut wajahnya nampak tak berekspresi sama sekali, namun tatapan matanya mengatakan semuanya.

Norah tersenyum sambil memegang tangan Lady Ocha di pundaknya. Tangannya dingin sedingin es, keringat dingin juga membasahi tangannya, seandainya Norah mampu berpindah tubuh, mungkin dia juga merasakan dada Lady Ocha yang sesak seperti dihantam palu godam.

"Sekalipun pohon ara tak berbunga, pohon anggur tak berbuah, pohon zaitun mengecewakan, ladang ladang tak menghasilkan, kambing domba terhalau, lembu sapi tidak ada, kami akan tetap menjadi saudaramu" Katanya.

Ocha mengangguk, tatapannya berubah penuh keyakinan, dengan sedikit senyum yang ia sunggingkan di bibirnya menandakan bahwa dia sudah siap.

Tak lama berselang setelah Kolonel Norah keluar, Lady Ocha pun keluar, dia melihat ke sisi kirinya, tim Kapten Wilda berlutut dan meletakkan tangannya di kepala karena ditodong oleh sekitar limabelas orang

Sementara dia menoleh ke sisi kanan, ada Ibu dan Adik-adiknya beserta Ayahnya. Goyahlah hatinya, namun ia bendung semua perasaan itu. Tapi sangat tidak sanggup ia. Baik ia, Kolonel Norah Uriel, dan Mayor Sophia sebenarnya tak kuasa menahan air mata mereka.

Sophia sudah seperti Anak sendiri, Uriel malah di anggap Anak angkat. Walau Letnan Kolonel Yudintsev dan Kolonel Eugen tidak di tempat itu, dapat dipastikan mereka banjir air mata mendengar misi Lady Ocha berhasil. Apalagi Eugen di angkat sebagai anak tertua, dan Yudintsev sendiri diangkat sebagai Anak ke 4 walau bukan yang paling muda.

Tapi mereka berusaha tutupi itu semua, perasaan mereka di depan anak buah dan pendukungnya. Tak dibiarkan orang lain mengeksekusi keluarga mereka itu. Mereka bertiga mengokang senjata, dan mengarahkannya pada seluruh anggota Keluarga Inti Manstein.

Tentu bagi Wilda dan timnya itu adalah tindakan yang kejam, sadis, tidak tahu berterimakasih, dan tidak bermoral. Dan Wilda bersama pasukannya tidak melihat air mata yang menetes di pipi mereka bertiga karena mereka membelakangi Willda dan timnya.

Terasa berat saat Lady Ocha, Uriel, dan Sophia menarik kokang senjata di tangan mereka, dan Sophia malah terasa ragu-ragu.

"Apa yang kau ragukan anak ku?" Tanya Lady Anya -ibu Lady Ocha- pada Sophia dengan sebuah senyuman, seolah berkata lakukan! Dan lindungi Lady Ocha untuk Ibu.

Air mata Sophia meleleh semakin deras, dengan menutup mata ia memulai tembakan yang disusul Ocha dan Uriel.

Rentetan tembakan itu memberondong semua keluarga besar manstein

Sebelum tumbang Lord Frederick Manstein tersenyum dan menggerakkan bibirnya berbicara tanpa suara Ocha menangkap pesan yang di sampaikan Ayah kandungnya itu.

Terpopuler

Comments

Marvel

Marvel

mirip seperti kata satu ayat di kitab mikha

2025-02-12

0

Yurika23

Yurika23

oh ini udah ada senapan gtu ya...berati setelah abad pertengahan kali...

2024-09-30

0

anggita

anggita

Shopia~ lady ocha💥

2021-02-15

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1
2 Chapter 2
3 Chapter 3
4 Chapter 4
5 Chapter 5
6 Chapter 6
7 Chapter 7
8 Chapter 8
9 Chapter 9
10 Chapter 10 Hacker Reunion
11 Chapter 11
12 Chapter 12
13 chapter 13
14 chapter 14
15 chapter 15
16 chapter 16
17 chapter 17
18 chapter 18
19 chapter 19
20 chapter 20
21 chapter 21
22 chapter 22
23 chapter 23
24 chapter 24
25 chapter 25
26 chapter 26
27 episode 27
28 episode 28
29 episode 29
30 chapter 30
31 chapter 31
32 chapter 32
33 chapter 33
34 chapter 34
35 chapter 35
36 Chapter 36
37 Chapter 37
38 Chapter 38
39 Chapter 39
40 Chapter 40
41 Chapter 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Chapter 45
46 chapter 46
47 Chapter 47
48 Chapter 48
49 Chapter 49
50 Chapter 50
51 Chapter 51
52 Chapter 52
53 Chapter 53
54 Chapter 54
55 Chapter 55
56 chapter 56
57 Chapter 57
58 Chapter 58
59 Chapter 59
60 Chapter 60
61 Chapter 61
62 Chapter 62
63 Chapter 63
64 Chapter 64
65 Chapter 65
66 Chapter 66
67 Chapter 67
68 Chapter 68
69 Chapter 69
70 Chapter 70
71 Chapter 71
72 Chapter 72
73 Chapter 73
74 Chapter 74
75 Chapter 75
76 Chapter 76
77 Chapter 77
78 Chapter 78
79 Chapter 79
80 Chapter 80
81 Chapter 81
82 Chapter 82
83 Chapter 83
84 Chapter 84
85 Chapter 85
86 Chapter 86
87 Chapter 87
88 Chapter 88
89 Chapter 89
90 Chapter 90
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Chapter 1
2
Chapter 2
3
Chapter 3
4
Chapter 4
5
Chapter 5
6
Chapter 6
7
Chapter 7
8
Chapter 8
9
Chapter 9
10
Chapter 10 Hacker Reunion
11
Chapter 11
12
Chapter 12
13
chapter 13
14
chapter 14
15
chapter 15
16
chapter 16
17
chapter 17
18
chapter 18
19
chapter 19
20
chapter 20
21
chapter 21
22
chapter 22
23
chapter 23
24
chapter 24
25
chapter 25
26
chapter 26
27
episode 27
28
episode 28
29
episode 29
30
chapter 30
31
chapter 31
32
chapter 32
33
chapter 33
34
chapter 34
35
chapter 35
36
Chapter 36
37
Chapter 37
38
Chapter 38
39
Chapter 39
40
Chapter 40
41
Chapter 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Chapter 45
46
chapter 46
47
Chapter 47
48
Chapter 48
49
Chapter 49
50
Chapter 50
51
Chapter 51
52
Chapter 52
53
Chapter 53
54
Chapter 54
55
Chapter 55
56
chapter 56
57
Chapter 57
58
Chapter 58
59
Chapter 59
60
Chapter 60
61
Chapter 61
62
Chapter 62
63
Chapter 63
64
Chapter 64
65
Chapter 65
66
Chapter 66
67
Chapter 67
68
Chapter 68
69
Chapter 69
70
Chapter 70
71
Chapter 71
72
Chapter 72
73
Chapter 73
74
Chapter 74
75
Chapter 75
76
Chapter 76
77
Chapter 77
78
Chapter 78
79
Chapter 79
80
Chapter 80
81
Chapter 81
82
Chapter 82
83
Chapter 83
84
Chapter 84
85
Chapter 85
86
Chapter 86
87
Chapter 87
88
Chapter 88
89
Chapter 89
90
Chapter 90

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!