Savira tidak sengaja terbangun malam ini, dia keluar kamar. Melihat Shandy yang berdiri di dekat jendela dengan sebuah ponsel di telinganya. Savira ingin menegurnya, tapi tidak jadi ketika mendengar ucapan Shandy.
"Kak, gue udah bilang kalo semua udah selesai. Gue pasti balik. Lagian lo bisa mengurus semuanya"
Savira sedikit mengerutkan keningnya, merasa tidak mengerti dengan ucapan Shandy. "Shan, belum tidur?"
Shandy langsung berbalik dengan terkejut, memasukan ponsel ke dalam saku celananya. Menatap Savira dengan tersenyum tipis. Shandy langsung menghampiri Savira.
"Em, ini Kakak aku telepon. Suruh gue pulang, tapi aku gak punya uang buat pulang dan lagian aku juga gak bisa bolos kuliah"
Savira hanya mengangguk saja, sebenarnya dia juga tidak begitu penasaran. "Oh yaudah, lagian gue juga cuma nanya aja kenapa lo belum tidur. Gak perlu lo jelasin juga. Kan setiap orang punya masalah masing-masing"
Shandy langsung menghela nafas pelan, dia menatap Savira yang berjalan ke arah dapur. Membuat dia langsung mengikutinya.
" Mau makan mie Kak?" tanya Shandy.
Savira langsung menggeleng, melihat Shandy yang mengambil dua mie instan dari lemari. "Gak ah, gue takut gendut. Masa makan malam-malam begini"
"Tapi 'kan kamu gak makan malam tadi. Sarapan juga enggak, pasti perutnya lapar"
Savira terdiam mendengar ucapan Shandy. Entah kenapa ucapannya sangat persis dengan mendiang Kakaknya jika Savira sedang tidak berselera makan. Akhirnya Savira hanya diam melihat Shandy yang memasak mie instan.
"Nih Kak, di makan ya. Lagian kalo gendut pun gak papa kali. Kan tetap cantik"
Savira langsung memalingkan wajahnya, merasa pipinya panas sekarang. Bahkan tidak tahu kenapa jantungnya pun ikut berdebar, hanya karena gombalan receh seperti itu.
Kenapa si gue ini. Bocah kayak gitu emang sukanya ngegombal gak jelas. Kenapa juga gue harus baper.
Savira mencoba menyadarkan kembali dirinya, sekarang bukan saatnya dia seperti ini. "Lo kapan lulus? Apa bisa lulus tahun ini?"
"Em, mungkin tahun depan Kak. Semoga aja aku lulus tahun depan"
Savira mengangguk saja, dia mulai memakan mie buatkan Shandy. Menikmatinya, karena sebenarnya memang perutnya lapar. Makanya dia sampai terbangun di malam hari, cuma Savira selalu takut untuk makan malam-malam begini. Takut tubuhnya kembali berisi dan dia akan dibully banyak orang. Apalagi di dunia kerja yang kebanyakan mempunyai tubuh yang bagus. Selain dari wajah mereka yang juga cantik-cantik.
"Setelah lulus Lo mau ngapain? Atau mau bekerja dimana?"
"Em, cari kerja aja Kak. Yah, yang penting dapet pekerjaan aja dulu buat cari pengalaman"
Savira mengangguk mengerti, karena dia juga pernah di posisi itu. Yang penting mencari pekerjaan untuk pengalaman saja. Tapi ternyata dia mempunyai takdir yang bagus sampai bisa diterima di ARS Coporation.
"Nyoba aja melamar kerja di Perusahaan tempat gue kerja. Soalnya gue juga gak nyangka bakal di terima. Karena kemampuan gue yang gak seberapa. Tapi, akhirnya diterima loh. Kayak beruntung banget"
Shandy hanya tersenyum melihat Savira yang terlihat sangat senang menceritakan tentang pengalamannya sampai bisa bekerja di Perusahaan besar itu.
"Semoga aja ya Kak"
Savira tersenyum, entah kenapa semakin kesini dia tidak lagi melihat niat jahat dalam diri Shandy. Seolah memang Savira hanya melihat Shandy yang benar-benar butuh bantuan untuk tempat tinggal.
"Eh, besok lo anterin gue kerja lagi. Biar motornya lo bawa aja ke Kampus" ucap Savira, lalu dia berdiri dari duduknya. "Tunggu disini bentar"
Shandy hanya tersenyum saja melihat Savira yang berlalu ke kamarnya. Terus gadis itu juga menghabiskan mie buatannya.
"Dia gak makan malam, sarapan juga enggak. Pantesan tubuhnya mungil gitu"
Tak lama kemudian, Savira kembali menghampirinya. Tiba-tiba dia memberikan uang pada Shandy, dengan langsung memberikan pada tangan Shandy.
"Buat pegangan lo aja. Kan lo belum dapet kerjaan juga"
Seketika tubuh Shandy membeku mendengar itu. Masih tidak menyangka akan ada gadis yang masih begitu peduli pada orang-orang seperti ini. Entah kenapa hati Shandy langsung tersentuh sekarang.
"Em, i-iya Kak terima kasih"
Savira mengangguk saja, dia mengelus kepala Shandy. Menganggap dia seperti adiknya sendiri. "Kalo ada apa-apa lo bisa bilang sama gue. Sekarang lo tidur aja, udah malem. Besok bisa telat ke Kampus"
Shandy mengangguk saja, setelah Savira berlalu pergi ke kamarnya. Dia langsung memegang kepalanya yang tadi dielus oleh Savira.
"Ya Tuhan, jantung gue..."
*
Pagi ini Savira kembali diantar oleh Shandy untuk berangkat kerja. Setelah Savira masuk, Shandy kembali melajukan motornya. Kali ini sudah banyak orang di Perusahaan, jadi dia tidak mungkin pergi masuk ke dalam Perusahaan lagi.
Selesai dengan jam pelajaran pertama, Shandy pergi ke Kantin bersama dengan Hanif dan Gilang. Sekarang mereka sedang menikmati makan siang.
"Shan, Kakak yang kemarin cantik juga. Bolehlah minta nomor ponselnya" ucap Hanif.
Shandy langsung melirik tajam pada temannya itu. "Udah gue bilang kalo dia itu cewek gue. Berani lo deketin dia, habis lo!"
Hanif hanya cengengesan, tentu saja dia juga tidak akan berani melawan Shandy yang jelas ilmu bela dirinya saja sudah terlatih sejak kecil.
"Shan, sebenarnya lo tinggal dimana? Gimana dengan rencana kita malam minggu ini?" tanya Gilang.
"Rencana apa nih? Kok gue gak tahu?" sewot Hanif. Namun, seketika dia langsung diam saat tatapan tajam Shandy dan Gilang tertuju padanya.
"Sial, nih dua saudara emang mengerikan" gumamnya pelan sambil menggaruk tengkuk lehernya.
"Lo udah bilang kalo gue bakalan dateng? Dan suruh orang-orang itu gak terus mengawasi gue" ketus Shandy sambil melirik ke arah dua orang pria berpakaian serba hitam yang berjarak tak jauh dari tempat mereka.
"Ya, gue udah bilang. Saatnya lo buat perjanjian dulu. Karena kalo lo kabur-kaburan kayak gini, malah semakin membuat Kakek marah. Kayak gak tahu aja"
Shandy menghembuskan nafas kasar, sebenarnya sangat malas kembali ke rumah. Tapi jika situasinya seperti ini, maka dia harus tetap pulang.
"Kalo menurut gue si, sebaiknya lo setuju dulu untuk perjodohan ini. Biar lebih mudah menyelidiki semuanya" ucap Gilang.
Lagi-lagi Shandy hanya menghembuskan nafas pelan. "Padahal masih ada Kakak gue, kenapa malah gue yang dijodohkan si"
"Ya, karena cewek gila itu maunya lo"
"Cih, gue mana mau sama cewek kayak dia"
Sebuah rencana baru sedang diatur oleh Shandy dan Gilang sekarang. Sementara Hanif hanya menyimak saja karena takut kena marah dari keduanya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
sunshine wings
Awas! Copot jantungnya 😅😅😅😅😅
2024-08-25
1
Masfaah Emah
ooh jdi Sandy kabur-kaburan itu karena ga mau d jodohin,,?
2024-08-25
0