Malam ini suasana rumah terasa lebih ramai karena bertambahnya satu orang yang berada di rumah ini. Makan malam bersama dengan menu seadanya. Namun entah kenapa, bagi Shandy ini adalah makan malam begitu menyenangkan. Karena bisa lebih dekat satu sama lain, bisa mengobrol dengan anggota keluarga lainnya.
"Dek, besok ada banyak pesanan cattering lagi. Siapa yang bisa antar ya" ucap Kak Mena.
"Em, biar aku saja Kak. Aku bisa kok" ucap Shandy tiba-tiba.
Kak Mena dan Savira langsung menatap ke arahnya. Apalagi Savira yang menatapnya dengan penuh kecurigaan. "Lo bisa memangnya?"
"Ck, iya aku bisa. Lagian ada motornya 'kan?" tanya Shandy.
"Ada, yaudah kalo gitu lo aja. Biar gak gratis-gratis amat tinggal disini" ketus Savira.
"Dek, jangan gitu ah" tegur Kak Mena, namun Savira hanya mendengus pelan.
"Kakak masuk dan istirahat aja. Biar Vira yang beresin ini"
Mena hanya mengangguk saja, menuruti ucapan adiknya. Dia berlalu ke kamar. Sementara Savira langsung membereskan bekas makan mereka. Membawa piring kotor ke Wastafel disana.
Shandy mengikutinya, ingin membantu maksudnya. Namun sikap judes Savira selalu tidak ingin dia dekat dengannya.
"Sana lo, ngapain disini" ketus Savira.
"Kak, cuma mau bantuin aja kok" ucap Shandy yang mengambil piring di tangan Savira dan membersihkannya di air mengalir.
Savira tidak berkata lagi, dia hanya melirik sinis pada Shandy. Dia terus menyabuni semua piring kotor, dan membiarkan Shandy yang membersihkannya.
"Oh ya Kak, sejak tadi aku gak lihat suaminya Kak Mena. Dia kerja jauh ya?" tanya Shandy.
Piring terakhir di tangannya langsung terjatuh dan pecah menjadi beberapa bagian. Savira terkejut dengan itu, dia langsung ingin mengambil pecahan piring itu tapi malah mengenai jemarinya hingga terluka.
Shandy yang terkejut dengan reaksi Savira saat dia menanyakan itu, lebih terkejut lagi melihat tangan Savira yang berdarah. Dia langsung meraih tangan Savira dan mencucinya di bawah air mengalir.
"Kenapa gak hati-hati, Kak"
Savira hanya terdiam, dia menatap Shandy yang memegang tangannya. Tersadar dari lamunannya, dia langsung menarik tangannya dari genggaman Shandy.
"Gara-gara lo tangan gue jadi luka. Udah lo minggir aja deh, cuma ganggu doang"
Shandy mematikan kran air, dia menarik tangan Savira dan mereka duduk di krusi meja makan disana. "Jangan marah-marah mulu Kak, nanti cepet tua. Dimana kotak obatnya? Biar aku obati lukanya"
"Gue bisa sendiri"
"Kak!"
Savira tiba-tiba terdiam saat melihat tatapan begitu dingin dari Shandy. Seolah anak itu memang tidak dibantah. Akhirnya Savira menunjukan dimana kotak obat berada. Dan Shandy pun segera mengambilnya.
Duduk di depan Savira, dia meraih tangan Savira dan mengobati luka di tangannya. "Lain kali hati-hati, Kak"
"Gara-gara lo juga" ketus Savira.
"Apaan si? Aku 'kan cuma tanya tentang suami Kak Mena. Kenapa juga jadi kaget kayak gini?" ucap Shandy, dia tidak merasa bersalah dengan ucapannya itu.
Savira langsung menghela nafas pelan. Dia menarik tangannya dari genggaman Shandy setelah anak itu selesai mengobati lukanya.
"Lo gak bisa nanyain tentang itu, apalagi di depan Kak Mena. Lo gak lihat apa, tatapan Kak Mena saat tadi lo datang memakai baju itu?"
Shandy langsung terdiam, dia ingat tatapan Kak Mena yang seperti terkesima. Bahkan terlihat matanya sampai berkaca-kaca. Tapi Shandy tidak tahu kenapa bisa sampai seperti itu.
"Baju yang lo pake itu, adalah baju almarhum Kakak gue. Dia baru meninggal beberapa bulan lalu"
Shandy langsung terdiam, cukup terkejut dengan apa yang dia dengar. Langsung merasa tidak enak karena sudah mengungkit sebuah luka lama. Apalagi saat melihat wajah Savira juga sudah menunduk sedih.
"Kak, maaf, aku gak tahu kalo..."
"Udah gak papa, lagian gak semua orang tahu dan sebenarnya pertanyaan lo wajar aja. Cuma gue mohon banget sama lo, buat gak pernah nanyain tentang ini di depan Kak Mena. Jangan sekalipun membahasnya"
Shandy langsung mengangguk, dia bisa mengerti dengan perasaan Kak Mena sekarang. Pastinya dia sangat sakit sekali, ditinggalkan suaminya dalam keadaan hamil seperti ini.
"Udah ah, gue mau tidur ngantuk. Lo kalo mau tidur, di sofa aja"
Shandy kembali mengangguk tanpa membantah.
*
Malam ini Savira tiba-tiba tidak bisa tidur. Kembali teringat dengan mendiang Kakak laki-lakinya. Pria yang melindunginya setelah orang tua mereka tiada. Lalu, kebahagiaan Savira bertambah saat Kakaknya menikahi wanita baik hati seperti Kak Mena. Namun sayang, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Bahkan usia pernikahan mereka baru satu tahun lebih, belum sempat merayakan usia pernikahan ke dua tahun. Namun, Tuhan sudah lebih dulu mengambilnya.
"Kak, gue kangen banget. Gak ada yang bisa gantiin lo Kak. Lo udah yang terbaik buat gue"
Savira pergi keluar kamar, berniat untuk mengambil minum di dapur. Namun, dia melihat seorang pria yang meringkuk kedinginan di atas sofa. Entah ada kebaikan seperti apa dalam hatinya, dia kembali ke kamar dan mengambilkan selimut untuknya. Padahal tadi saja dia begitu ketus pada pria itu.
"Sebenarnya nih anak siapa si? Kok bisa nyasar kesini"
Savira menyelimuti tubuh Shandy. Sejenak dia menatap wajahnya. Garis wajah yang sebenarnya begitu sempurna. Hidung mancung, kulit putih, dengan kulit wajah yang mulus.
"Gue heran, kok ada cowok semulus ini ya? Dia perawatan kali ya"
Savira hanya menggeleng pelan dengan ucapannya sendiri. Dia segera melanjutkan langkahnya ke arah dapur untuk mengambil minum.
Kedua mata Shandy langsung terbuka saat menyadari jika Savira sudah berlalu. Dia menatap selimut di tubuhnya, lalu tersenyum dengan menarik selimut sampai menutupi bahunya.
Ketika Savira kembali menuju kamarnya, dia melirik ke arah Shandy yang masih terlelap. Lalu dia mengangkat kedua bahunya dan kembali masuk ke dalam kamar.
"Ngapain juga gue pake merhatiin tuh anak"
Savira kembali naik ke atas tempat tidur dan menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya. Wajahnya terasa memanas sekarang. Savira bahkan tidak mengerti apa yang terjadi padanya.
"Apaan si gue ini. Itu cuma anak ingusan Savira. Bahkan umurnya aja 5 tahun lebih muda daripada lo"
Savira menyadarkan dirinya tentang apa yang sempat terlintas dalam pikirannya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
💫0m@~ga0eL🔱
uh, sedih banget thor 😥
2024-10-01
2
Pujiastuti
mulai ada rasa nih yang tadi suka marah² mulai ada rasa kasihan liat sandy tidur kedinginan
2024-08-25
0
Masfaah Emah
lanjut Thor 💪🏻
2024-08-24
0