Shandy hanya menunggu di depan ruang bersalin bersama Gilang. Dia jadi ikut cemas sendiri, menunggu proses melahirkan berjalan lancar.
"Shan, lo udah nemuin bukti lain tentang Paman Ahsan?" tanya Gilang.
Shandy yang sedang cemas, berubah jadi serius saat Gilang menanyakan hal itu. "Gue sedang mengumpulkan buktinya. Lusa gue bakal pergi ke pertemuan dua keluarga ini. Ah, beneran malas lagi"
Gilang menepuk bahu sepupunya itu, mencoba untuk memberi dukungannya. "Lo harus bisa mengendalikan semuanya. Jangan sampai dia bisa semakin mengusai Kakek dan malah menghancurkan keluarga kita nantinya. Dari sandi kunci brankas yang hari berdirinya Perusahaan saja, sudah cukup membuat janggal. Belum lagi berkas itu"
Shandy mengangguk setuju, memang sejak awal dia mulai curiga dengan sikap Paman Ahsan. Apalagi ketika dia yang mengajukan perjodohan ini pada Kakek. Tentunya membuat Shandy marah dan juga semakin curiga.
Ketika pintu ruangan terbuka, Shandy melihat Savira yang menggendong bayi. Segera dia menghampirinya, melihat gadis itu yang menangis dengan wajah pucat dan penuh keringat.
"Kamu baik-baik saja?"
Savira menggeleng pelan, semakin dia menatap bayi dalam gendongannya. Maka semakin dia merindukan Kakaknya. Seharusnya dia yang menemani Kak Mena melahirkan.
"Dia mirip sekali dengan Kakak" lirihnya.
Shandy langsung merangkul bahu Savira, tahu jika gadis itu sedang dalam keadaan yang lemah sekarang. Mengingat kembali mendiang Kakaknya.
"Maaf, biar saya bawa dulu bayinya" ucap Perawat yang malah melihat adegan romantis di depannya.
Savira langsung menyerahkan bayi Kak Mena pada Perawat itu. Dia sudah tidak tahan lagi, air mata kembali menetes. Membayangkan sakit yang Kak Mena rasakan mungkin lebih dari ini, karena dia haru melahirkan tanpa ditemani oleh suaminya.
"Kak, gue gak bisa sendirian.. Hiks.."
Shandy langsung memeluk Savira, membiarkan gadis itu menangis dalam pelukannya. Mendengar isak tangisnya, membuat hati Shandy ikut tersakiti sekarang. Shandy hanya terus memeluk Savira, mengelus kepalanya dengan lembut dengan beberapa kali memberikan kecupan di puncak kepala Savira.
"Sudah ya, Kakak kamu gak akan suka jika kamu bersedih kayak gini"
Disisi lain, Gilang menatap adegan itu dengan kening berkerut. Mulai menyadari kenapa sepupunya bisa begitu betah tinggal di Rumah Sederhana itu.
Ternyata lo udah mulai terpikat sama tuh cewek ya.
Gilang tersenyum tipis, dia berlalu dari sana dengan mengangkat bahunya acuh. Malas juga terus berada disana dan menjadi nyamuk.
"Tuan Muda, apa ada yang perlu saya bantu lagi?"
Deg,, Shandy langsung terdiam. Kebingungan karena Kepala Rumah Sakit yang kembali datang menghampirinya. Savira juga langsung melepaskan pelukannya, menghapus air mata di pipinya. Langsung menatap Shandy dan pria berseragam Dokter itu dengan bingung.
"Ah, cari Gilang ya. Tadi dia pergi kesana. Saya permisi dulu"
Shandy langsung menarik tangan Savira untuk pergi dari sana. Sementara Dokter Kepala Rumah Sakit itu, hanya menatap bingung pada Shandy. Padahal jelas dia berbicara dengannya.
"Kan dia juga Tuan Muda"
Dia menggeleng heran, lalu segera pergi dari sana.
*
Shandy membawa Savira ke Taman Rumah Sakit, mencoba membuat gadis itu untuk sedikit tenang. Savira yang sedang duduk di bangku taman, tersenyum tipis melihat Shandy yang berjalan ke arahnya dengan membawa eskrim.
"Kata orang eskrim bisa sedikit membantu menghilangkan kesedihan"
Shandy duduk disampingnya, memberikan eskrim yang dia bawa pada Savira. Mengusap kepala gadis itu dengan lembut.
"Jangan menangis seperti itu, Kak. Aku tidak bisa melihatmu menangis"
Savira langsung terdiam mendengar itu, bagaimana Shandy yang mengatakan itu seolah dia benar-benar serius dengan ucapannya. Tapi Savira tidak bisa menganggapnya serius, karena dia saja masih belum faham dengan perasaannya sendiri.
"Terima kasih"
Menatap taman yang cukup ramai dengan beberapa orang berseragam pasien dan juga perawat dan keluarga pasien di Rumah Sakit ini. Savira mulai menikmati eskrimnya, kesedihan tentang mengingat Kakaknya, mulai hilang.
"Oh ya, aku belum tahu jenis kelamin bayinya Kak Mena" ucap Shandy.
"Bayinya laki-laki. Melihat dari wajahnya, benar-benar mirip dengan Kak Ganang lebih banyak daripada mirip Kak Mena"
Shandy tersenyum, dia mengusap bibir Savira yang berlepotan karena makan eskrim. Tidak sadar jika yang dia lakukan sudah membuat Savira terkejut, dia bahkan langsung tegang.
"Kalau besar, apa dia akan lucu seperti Bibinya ya?" ucap Shandy dengan terkekeh.
Savira langsung cemberut, dia menolah pada Shandy dan menatapnya kesal. "Tentu saja, pasti akan lucu seperti gue"
Shandy terkekeh pelan, dia mengusap kembali bibir Savira dengan ibu jarinya. Membersihkan dari noda eskrim. "Semoga tidak belepotan seperti ini kalau makan eskrim ya"
"Ish, apaan si lo"
Shandy hanya tersenyum saja, merasa senang menggoda Savira. Sebenarnya hanya ingin menghiburnya saja agar tidak terus bersedih karena mengingat mendiang Kakaknya. Shandy meraih kepala Savira dan menyandarkannya di bahu. Tangannya terus mengelus kepala Savira dengan lembut.
"Kamu boleh sedih, Kak. Tapi hanya sementara. Aku tidak akan biarkan kau bersedih terlalu lama"
Savira hanya tersenyum, semakin hari dia semakin merasa diperlakukan begitu sempurna oleh Shandy. Pria ini bahkan tidak pernah mencoba untuk berkata kasar padanya. Meski Savira selalu berkata ketus padanya, tapi dia selalu memperlakukannya dengan lembut.
Sial, hati siapa yang tidak akan tersentuh dengan sikapnya ini.
Bahkan hati Savira yang baru saja mengalami luka begitu besar saat pernikahannya gagal dan orang yang dicintainya memilih pergi, bisa dengan mudah dekat dengan pemuda ini. Hatinya bisa luluh begitu saja karena sikap Shandy.
"Terima kasih ya Shan, lo udah baik banget sama gue. Udah coba buat ngertiin gue"
Shandy hanya tersenyum saja, terus mengelus kepala Savira. Lalu dia menoleh dan memberanikan mengecup puncak kepala Savira saat ini.
"Aku cuma gak mau melihatmu menangis. Pokoknya, selama ada aku, maka kamu harus tetap menjadi Savira yang ceria dan bahagia"
Savira meraih tangan Shandy yang satunya lagi. Mengenggamnya lembut. "Jangan tinggalkan gue ya, Shan. Gue gak yakin bisa sekuat sekarang, kalau lo gak ada. Karena sebelum ada lo, gue juga gak sekuat ini"
"Aku tidak akan meninggalkanmu"
Sebuah janji yang entah akan bisa Shandy tepati atau tidak. Tapi selama dia bisa, maka dia akan berusaha yang terbaik untuk gadisnya ini.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Masfaah Emah
lanjut Thor
2024-08-29
1