Pagi itu, hari pertama ospek fakultas, Nadif tiba lebih awal dari sebagian besar mahasiswa baru. Suasana pagi itu penuh dengan wajah-wajah penuh semangat, namun di antara semua orang, hanya satu yang benar-benar menarik perhatiannya—Vonzy.
Dia tidak bisa menahan senyum kecil saat mengingat masa lalu, ketika dirinya hanya berani memandang dari jauh tanpa pernah benar-benar berani mendekat. Tetapi kali ini, Nadif bertekad untuk mengambil langkah berbeda.
“Nadif, lo kok senyum-senyum sendiri?” tanya Ryo, yang tiba-tiba muncul di sampingnya.
“Hah? Nggak, nggak apa-apa,” jawab Nadif dengan cepat, sedikit terkejut.
Dia tidak ingin teman barunya tahu apa yang ada di pikirannya.
Ryo mengangguk pelan. “Oh yaudah. Eh, lo tau nggak, katanya seniornya galak-galak. Lo udah siap mental?”
Nadif mengangguk sambil melirik ke arah Vonzy, yang baru saja masuk ke lapangan ospek.
“Iya, gue siap kok. Lo sendiri gimana?”
“Ah, gue mah santai aja. Lagian cuma disuruh ngikutin peraturan aja kan,” jawab Ryo dengan nada yang setengah cuek.
Beberapa menit kemudian, acara ospek dimulai. Senior-senior berdiri di depan, memperkenalkan diri, sambil mengatur para mahasiswa baru untuk berbaris dengan rapi. Nadif terus mencari posisi yang memungkinkan dia berada dekat dengan Vonzy, tapi dengan cara yang tidak terlalu mencolok.
Saat itu, salah satu senior memperhatikan bahwa Vonzy asik bicara sendiri dengan sebelahnya, tak memperhatikan instruksi. Senior tersebut langsung memanggilnya maju ke depan.
“Kamu, yang asik sendiri. Maju ke depan!” perintah sang senior dengan nada tegas. Vonzy tampak sedikit terkejut, namun dia tetap berjalan maju.
“Nama kamu siapa?” tanya senior itu dengan nada yang lebih dingin.
“Vo...vonzy, Kak,” jawabnya dengan sedikit gugup.
Senior itu mengerutkan kening, tampak tidak puas. “Kamu tahu nggak, aku paling nggak suka kalau ada yang nggak fokus! Sebagai hukuman, nyanyi di depan sini!”
Nadif mengingat momen ini dari kehidupan sebelumnya—Vonzy pernah dihukum menyanyi bersama seorang cowok. Kali ini, Nadif tidak ingin melewatkan kesempatan itu. Dengan cepat, dia memutuskan untuk pura-pura terlambat kembali ke barisan setelah berpura-pura memeriksa ponsel di belakang.
Salah satu senior lain segera menyadarinya.
“Hei, kamu! Kok malah santai di belakang?!”
Nadif mengangkat tangan, berpura-pura kaget.
“Maaf, Kak. Tadi ke toilet sebentar, nggak lihat jam.”
Senior itu melirik Nadif dengan tatapan menilai, lalu tersenyum sinis.
“Oke, karena kamu telat, maju ke depan bareng Vonzy. Nyanyi juga!”
Nadif berusaha menahan senyum kemenangan. Melangkah maju, dia berdiri di samping Vonzy yang tampak kaget tapi tersenyum malu-malu.
Nadif melirik ke sudut panggung, melihat sebuah gitar tergeletak di dekat panitia ospek. Sebelum mulai bernyanyi, dia berjalan ke arah gitar itu, mengambilnya, dan kemudian berjalan kembali ke tengah panggung.
Menatap para peserta ospek, Nadif menghela napas ringan sebelum mulai memetik senar gitar.
Suara nyanyiannya mulai mengisi udara, mengalun lembut dan merdu. Nadif menyanyikan sebuah lagu epik tentang cinta pada pandangan pertama, lagu hits yang akan menjadi sangat populer di tahun 2024, namun belum pernah ada di tahun 2012.
Liriknya penuh perasaan, nadanya menyentuh, dan suaranya yang merdu memukau semua orang yang mendengarnya. Peserta ospek, terutama para cewek, terpesona oleh penampilannya.
Setelah lagu berakhir, suasana menjadi sunyi sejenak sebelum tepuk tangan riuh membahana. Semua orang terkesima, termasuk para senior. Mereka tidak tahu lagu apa yang baru saja dinyanyikan Nadif, namun mereka tahu bahwa itu adalah sesuatu yang luar biasa.
“Lagu yang tadi… Keren banget,” ucap Vonzy dengan suara yang sedikit bergetar antara terkejut dan kagum.
Nadif tersenyum. “Makasih. Aku improvisasi sedikit. Sebenarnya lagu ini belum pernah dirilis, jadi kamu nggak akan nemu di mana-mana.”
Vonzy menatapnya dengan heran. “Serius? Pantes aku nggak pernah dengar. Tapi liriknya, nadanya… semua kayak benar-benar kena di hati.”
Nadif hanya mengangguk pelan, senang bisa membuat Vonzy terkesan. Mereka mulai berjalan kembali ke barisan bersama, tetapi Nadif merasa ini adalah momen yang tepat untuk membuka komunikasi lebih lanjut.
“Ngomong-ngomong, kalau kamu mau dengar lagu itu lagi, aku bisa kirim nanti. Kamu punya ID Line, kan?” Nadif mencoba bersikap santai, meskipun dalam hati, dia merasa cukup gugup.
Vonzy tertawa kecil.
“Punya dong! Nih, aku kasih ID Line aku,” jawabnya sambil mengeluarkan ponsel dan memberikan ID Line-nya kepada Nadif. Dia dengan cepat mencatat ID-nya, lalu memberikan ID Line miliknya sebagai gantinya.
“Aku tunggu kirimannya ya,” kata Vonzy sambil tersenyum, lebih santai dari sebelumnya.
“Pasti,” jawab Nadif dengan senyuman hangat.
Mereka kembali ke barisan dan melanjutkan serangkaian sesi ospek fakultas dengan semangat yang baru.
Meskipun ospek tetap melelahkan dan menantang, pikiran Nadif terus melayang ke pertemuannya dengan Vonzy. Dia merasa telah mengambil langkah besar, lebih dari apa yang pernah dia lakukan di kehidupan sebelumnya.
Setelah sesi ospek fakultas berakhir, para mahasiswa baru mulai beranjak pulang ke tempat tinggal masing-masing.
Nadif dan Vonzy berjalan beriringan menuju gerbang keluar, berbicara tentang berbagai hal ringan, dari topik ospek hingga hobi mereka. Suasana di antara mereka terasa nyaman, seolah-olah mereka sudah saling kenal sejak lama.
“Dif, kamu dari mana asalnya?” tanya Vonzy dengan penasaran.
“Purwokerto. Kamu sendiri?” jawab Nadif dengan senyum ramah.
“Balikpapan. Jauh ya dari sini,” jawab Vonzy dengan senyum manis.
“Wah, jauh juga ya. Pasti beda banget dong antara Balikpapan sama Jogja?” Nadif menanggapi sambil menatapnya dengan tertarik.
Vonzy mengangguk. “Iya, beda banget. Di Balikpapan lebih panas, dan nggak seramai Jogja. Tapi aku suka di sini, kotanya adem, banyak tempat asik buat nongkrong. Kamu udah lama di Jogja?”
“Aku belum ada seminggu disini. Aku lagi adaptasi sama suasana di sini. Tapi udah sering denger cerita seru tentang Jogja, jadi penasaran juga,” jawab Nadif sambil tersenyum hangat.
Vonzy tertawa kecil.
“Aku yakin kamu bakal suka di sini. Jogja itu kota yang bikin kangen. Eh, tadi pas kamu nyanyi, aku benar-benar kagum. Kamu sering tampil ya?”
Nadif tersenyum, mengingat masa-masa jadi vokalis band kampus di kehidupan sebelumnya.
“Ya, bisa dibilang aku sering nyanyi di beberapa kesempatan. Tapi ya, nggak sering juga. Yang penting kan dinikmatin aja.”
Percakapan mereka terus berlanjut, membahas berbagai hal mulai dari hobi, tempat favorit di kampus, hingga harapan-harapan mereka selama kuliah di Jogja.
Semakin lama, semakin terasa bahwa mereka memiliki banyak kesamaan, dan chemistry di antara mereka pun mulai terjalin. Sesampainya di gerbang kampus, Nadif merasa waktu berlalu begitu cepat.
“Nadif, senang bisa ngobrol sama kamu. Sampai ketemu besok, ya?” kata Vonzy dengan senyum tulus.
“Sama-sama. Aku juga senang bisa kenal kamu, Vonzy. Hati-hati di jalan. Sampai ketemu besok,” jawab Nadif dengan semangat.
Mereka berpisah di gerbang, masing-masing menuju tempat tinggal mereka. Nadif kembali ke kontrakan dengan perasaan puas dan penuh harapan. Pertemuan dengan Vonzy telah memberikan semangat baru untuk menjalani hari-hari ke depan.
Di kamarnya yang sederhana, Nadif merenung sebelum tidur. Dia mencoba mengingat momen-momen ospek fakultas di kehidupan sebelumnya, terutama tentang Vonzy, cinta pertamanya.
Dulu, Nadif hanya berani mengagumi dari jauh tanpa pernah mendekat karena Vonzy sudah punya pacar, yang sekarang dia sadari sebagai cowok yang di kehidupan sebelumya, ikut naik bersama Vonzy diatas panggung untuk di hukum menyanyi. Nadif menatap langit-langit kamar, menguatkan tekadnya.
“Kali ini, gue nggak akan diam aja. Gue bakal ambil kesempatan ini, dan nggak akan ulangin kesalahan yang sama,” bisiknya pada diri sendiri.
Dengan tekad yang bulat dan perasaan yang campur aduk antara antusiasme dan sedikit gugup, akhirnya Nadif tertidur, siap menghadapi hari-hari baru di kehidupannya yang kedua ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Cha Sumuk
bagus sih ceritanya tp tdk suka BC klo ada panggilan lo lo gue gue hehe
2024-10-15
0
NT.RM
Vonzy nanti jd nya sama Nadif ? itu anak nya Nadif ama istrinya gimana, istrinya ni Vonzy ?
2024-08-30
1