Nadif - Bab 3: First Step

Setelah memastikan tanggal dan tahun dengan pejalan kaki, Nadif melanjutkan perjalanannya, masih merasa bingung dan takjub. Ia mendekati stasiun dan melihat banyak taksi berjejer. Nadif memesan taksi dan memberi tahu sopir tujuan.

“Pak, tolong bawa saya ke Jalan Kaliurang Kilometer 13,5. Saya mau cari alamat kontrakan sepupu saya,” kata Nadif.

Sopir taksi mengangguk dan mulai menjalankan mobil. Nadif duduk di kursi belakang, merenung tentang kesempatan baru ini. Jalan Kaliurang, tempat tinggal sepupunya, menjadi harapan baru baginya.

Selama perjalanan, Nadif melihat pemandangan Jogja yang lama tak ia lihat. Jalanan yang dulu ia kenal kini tampak seperti kenangan lama yang menghubungkannya dengan masa lalu.

“Rasanya seperti kembali ke masa lalu. Gue harus mulai dari awal dan tidak mengulangi kesalahan yang sama,” pikirnya.

Setibanya di Jalan Kaliurang, Nadif minta sopir berhenti di dekat alamat yang ia ingat. Setelah membayar tarif, ia turun dan mulai mencari alamat kontrakan sepupunya.

Setelah berkeliling dan mencari nomor rumah yang dikenal, akhirnya Nadif menemukan rumah yang familiar, rumah kontrakan dengan tampilan sederhana. Papan nama di depan rumah memastikan ini adalah tempat yang ia cari.

Nadif berdiri di depan pintu, memegang koper dan tas dengan canggung. Ia mengambil napas dalam-dalam dan mengetuk pintu. Tak lama kemudian, pintu terbuka, dan Diana, sepupunya, muncul dengan senyuman ramah.

“Nadif! Baru datang, ya? Tadi nyasar nggak?” tanya Diana.

“Iya mbak, agak bingung nyari alamatnya,” jawab Nadif sambil tersenyum penuh rasa syukur.

Diana mengangguk dan mempersilakan Nadif masuk.

“Ayo masuk, ada kamar kosong. Itu nanti kamar kamu. Taruh barang-barangmu di situ.”

Nadif mengikuti Diana masuk dan melihat kamar kosong yang ditunjukkan. Kamar itu bersih dan nyaman, dengan tempat tidur sederhana dan beberapa perabotan dasar. Ia mulai menata barang-barangnya.

“Makasih banyak Mbak Diana,” kata Nadif tulus.

Diana berdiri di pintu kamar sambil tersenyum.

“Sama-sama. Kita udah lama nggak ketemu ya? Oh, by the way, aku bakal jadi senior kamu nanti di kampus. Aku di Teknik Informatika angkatan 2008. Aku mungkin butuh setahun lagi buat selesai kuliah.”

“Ah, iya. Aku pasti akan butuh banyak bantuan di kamu awal-awal ini,” jawab Nadif.

Diana meninggalkan Nadif untuk menyelesaikan penataannya. Nadif menyelesaikan penataan barang-barangnya dan memutuskan untuk istirahat sebelum hari pertama di kampus.

Pagi harinya, Nadif terbangun dengan semangat baru. Matahari pagi menyinari kamarnya dan udara segar memberi dorongan awal untuk memulai hari. Ia bersiap-siap dengan rapi dan wangi.

Saat turun ke ruang makan, Diana sudah menyiapkan sarapan—nasi goreng, telur ceplok, dan segelas susu. Diana menyambutnya dengan senyum hangat.

“Pagi, dif. Sarapan sudah siap. Aku sudah masukin jadwal ospekmu ke ponselku. Kalau butuh bantuan, tinggal tanya ya,” kata Diana.

“Makasih Mbak. Masakan kamu kok enak bgt ini” puji Nadif sambil melahap sarapannya.

Setelah sarapan, Nadif merapikan meja dan bersiap untuk berangkat ke kampus. Dengan tas punggung yang sudah siap, ia berjalan kaki menuju kampus, menikmati suasana pagi kota Jogja.

Sesampainya di gerbang kampus, Nadif terpesona dengan pemandangan yang mengingatkannya pada masa lalu.

Gerbang utama universitas menyambut kedatangannya dengan megah. Di sepanjang boulevard menuju mesjid universitas, ia melihat arsitektur yang indah.

Para mahasiswa sibuk dan penuh semangat. Nadif merasa semakin siap untuk memulai perjalanan barunya di kampus.

Di dalam mesjid kampus, Nadif bergabung dengan kelompok mahasiswa yang sudah berkumpul. Panitia ospek menjelaskan jadwal dan perlengkapan yang diperlukan.

“Selamat datang di universitas kami. Pastikan kalian memakai seragam dengan ketentuan ospek. Atasnya adalah kemeja putih dan celana atau rok hitam, lalu membawa buku catatan, alat tulis, dan botol air minum. Ospek Universitas berlangsung 2 hari dan fakultas akan dilanjutkan hari berikutnya setelah ospek universitas. Selamat beradaptasi,” kata panitia.

Nadif mencatat semua informasi penting di ponselnya dan merasa semakin termotivasi.

Di tengah keramaian, seorang mahasiswa di sebelahnya tiba-tiba menyapa.

“Hey, bro,” sapa mahasiswa itu.

Nadif menoleh dan merasa wajahnya familiar. Ia mencoba mengingat dan tiba-tiba tersadar—ini adalah Ryo, temannya dari kehidupan sebelumnya.

“Ryo, kan?” tanya Nadif.

Ryo tampak bingung.

“Iya, tapi kok lo bisa tahu nama gue?”

Nadif tersenyum.

“Hmm, coba nebak aja. Lo Teknik Informatika, kan? Kita satu jurusan.”

Ryo semakin bingung.

“Iya, bener. Tapi kok lo bisa nebak?”

“Gue Nadif dari Purwokerto.” Kata Nadif menjelaskan.

Ryo terlihat kaget.

“Kita kan baru ketemu. Kok lo bisa tahu?”

“Mungkin lo yang lupa, gue pernah kenal lo dulu.” Jawab Nadif.

Ryo tertawa.

“Hehe, iya mungkin gue lupa. By the way, ospek universitas wajib, prasyarat buat ikut KKN. Ospek fakultas sih nggak wajib. Gue bakal bolos pas ospek fakultas, males banget panas-panasan.”

Nadif mengangguk. 

“Iya, gue tetap ikut. Nikmatin aja masa-masa ospek ini, pengalaman kayak gini ga bakal bisa keulang, kecuali lu balik ke masa lalu” jawabnya dengan penuh arti.

"Buset dah, dalem banget bahasa lo. Yaudah yuk, abis ini ke kost gue. Gue kenalin ke temen-temen kost.”

Nadif setuju. Setelah acara selesai, mereka menuju kost Ryo. Di sana, Ryo memperkenalkan Nadif kepada teman-temannya yang ramah.

“Ini Nadif dari Purwokerto, satu jurusan dengan kita di Teknik Informatika. Nadif, ini teman-teman gue,” kata Ryo.

Teman-teman Ryo menyambut Nadif dengan antusias. Alex, salah satu temannya, menawarkan camilan.

“Selamat datang di Jogja, Nadif. Sering-sering aja main ke kost kita. Malem abis ospek fakultas hari terakhir, kita rencana mau ke clubbing di Hug*s. Lo mau ikut?” tanya Alex.

Nadif tersenyum.

“Makasih, Alex. Mungkin nggak sekarang, lain kali aja.”

Alex mengangguk. “Oke, kapan-kapan kalau mau ikut party, tinggal bilang aja.”

Nadif ingat betul ajakan Alex untuk clubbing di Hug*s di kehidupannya yang lalu. Kini, ia memutuskan untuk menjauhi hal itu, kecuali ada alasan yang penting.

Menjelang sore, Nadif berpamitan dengan Ryo dan teman-temannya, Nadif berjalan pulang ke kontrakan dengan langkah santai. Suasana sore Jogja yang hangat dan sedikit berangin menemani pikirannya yang mulai dipenuhi oleh ingatan masa lalu.

Sesampainya di kontrakan, Nadif segera membersihkan diri dan bersiap untuk tidur. Kamar kontrakannya yang sederhana tapi nyaman menjadi tempatnya merenung sebelum tidur.

Nadif berbaring di tempat tidur, matanya menatap langit-langit kamar yang diterangi lampu remang-remang. Ia mencoba mengingat kejadian yang terjadi di kehidupan sebelumnya—peristiwa yang masih ia sesalkan hingga sekarang. Pikirannya kembali ke hari pertama ospek fakultas yang akan ia hadapi beberapa hari lagi.

Dia ingat, tidak ada yang istimewa di hari pertama dan kedua ospek universitas, tetapi di hari pertama ospek fakultas yang diselenggarakan di hari berikutnya, ada hal yang sangat istimewa untuknya.

Itu adalah sosok Vonzy, cinta pertamanya saat menjadi mahasiswa baru. Vonzy adalah seorang mahasiswi Teknik Kimia perantauan asal Kota Balikpapan yang sangat cantik dan manis, yang selalu membuat Nadif merasa gugup setiap kali melihatnya.

Di kehidupannya yang lalu, Nadif hanya berani mengagumi Vonzy dari jauh, tanpa pernah benar-benar mendekat atau berkenalan dengannya.

Rasa takut dan rasa minder membuatnya tidak berani mengambil langkah lebih jauh, terutama karena dia tahu bahwa Vonzy sudah punya pacar.

Pikirannya terus bergulir ke momen yang tidak pernah ia lupakan—hari pertama ospek fakultas, ketika Vonzy dan pacarnya dihukum untuk naik ke panggung karena melakukan pelanggaran kecil. Itu adalah pertama kalinya Nadif melihat Vonzy dari dekat, dan saat itulah perasaan kagum yang mendalam mulai tumbuh.

Namun, melihat Vonzy bersama pacarnya membuatnya semakin merasa tidak berdaya dan hanya bisa memendam perasaannya.

“Gue nggak akan biarin itu terjadi lagi,” gumam Nadif kepada dirinya sendiri.

“Gue nggak mau cuma jadi penonton lagi. Gue harus berani maju, berani ngomong sama Vonzy, dan nggak peduli dengan apapun yang terjadi.”

Nadif menarik napas panjang, menguatkan tekadnya.

Di kehidupan yang baru ini, dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan membiarkan kesempatan untuk dekat dengan Vonzy berlalu begitu saja. Meski ada kemungkinan Vonzy masih bersama pacarnya, Nadif tahu bahwa kali ini dia tidak akan mundur tanpa mencoba.

“Besok, gue akan mulai langkah pertama. Gue akan bikin perubahan,” bisiknya dalam hati, penuh keyakinan.

Dengan pikiran itu, Nadif perlahan menutup matanya dan membiarkan kelelahan hari itu membawanya ke alam mimpi. Tekadnya untuk mengubah takdirnya semakin kuat, dan dia yakin bahwa besok akan menjadi awal dari perjalanan yang baru.

Di kamarnya yang tenang, Nadif tertidur dengan senyum kecil di wajahnya, siap menghadapi hari pertama ospek fakultas dengan semangat yang lebih besar.

Terpopuler

Comments

NT.RM

NT.RM

'Vonzy' aku pikir ni cowok loh Dif

2024-08-27

1

NT.RM

NT.RM

Si Nadif ada ada saja dia gak sadar lg balik ke masa lalu nya.

2024-08-27

1

lihat semua
Episodes
1 Nadif - Bab 1: Sad Life (Prolog)
2 Nadif - Bab 2: Time Travel
3 Nadif - Bab 3: First Step
4 Nadif - Bab 4: Vonzy
5 Nadif - Bab 5: How to be a Crazy Rich?
6 Nadif - Bab 6: Flashback
7 Nadif - Bab 7: Mas Arif
8 Nadif - Bab 8: Bad News
9 Nadif - Bab 9: Rising Star
10 Nadif - Bab 10: Kilau Popularitas
11 Nadif - Bab 11: Nadif di Culik!
12 Nadif - Bab 12: Cowok Itu di Jaga, Jangan di Rusak!
13 Nadif - Bab 13: Jessy
14 Nadif - Bab 14: Akhirnya Jadian
15 Nadif - Bab 15: Takdir yang Tak Bisa di Ubah
16 Nadif - Bab 16: Background Jessy
17 Nadif - Bab 17: Manager Baru
18 Nadif - Bab 18: Antara Kuliah dan Karir
19 Nadif - Bab 19: Meet Up!
20 Nadif - Bab 20: Perkelahian
21 Nadif - Bab 21: Jakarta, I'm Coming Back!
22 Nadif - Bab 22: Rumah Jessy
23 Nadif - Bab 23: Langit ke-Tujuh
24 Pengumuman Author.
25 Nadif - Bab 24: Black Card
26 Nadif - Bab 25: Stressed Out
27 Nadif - Bab 26: Shining Beyond on the Stage!
28 Nadif - Bab 27: Nadif on the Stage
29 Nadif - Bab 28: POV Jessy
30 Nadif - Bab 29: Future or Past?
31 Nadif - Bab 30: Jackpot Akhir Tahun
32 Nadif - Bab 31: Start Up
33 Nadif - Bab 32: Persiapan Launching
34 Nadif - Bab 33: Launching Day, Part 1
35 Nadif - Bab 34: Launching Day, Part 2
36 Nadif - Bab 35: Hadiah dari Jessy
37 Nadif - Bab 36: Kencan Bioskop
38 Nadif - Bab 37: Malam Yang Indah
39 Nadif - Bab 38: Happy Birthday Jessy
40 Nadif - Bab 39: Porsche dan Hati yang Hancur
41 Nadif - Bab 40: B*she VVIP Club
42 Nadif - Bab 41: Be a Zhang Yimin
43 Nadif - Bab 43: TokTok on Progress
44 Nadif - Bab 44: TokTok for The World
45 Nadif - Bab 45: Be a Real Crazy Rich
46 Nadif - Bab 46: Go International
47 Nadif - Bab 47: Cum Laude
48 Nadif - Bab 48: Kosong
49 Nadif - Bab 49: Pevita
50 Nadif - Bab 50: Itu Aku
51 Nadif - Bab 52: Paparazzi
52 Nadif - Bab 53: Di Kantor
53 Nadif - Bab 54: Jakarta from the Sky
54 Nadif - Bab 55: Virgin
55 Nadif - Bab 56: Deja vu
56 Nadif - Bab 57: Merindukan Jogja
57 Nadif - Bab 58: Berangkat ke Jogja
58 Nadif - Bab 59: Nia?
59 Nadif - Bab 60: Past, Now and Future
60 Nadif - Bab 61: Balik ke Jakarta
61 Nadif - Bab 62: Night Lights
62 Pengumuman
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Nadif - Bab 1: Sad Life (Prolog)
2
Nadif - Bab 2: Time Travel
3
Nadif - Bab 3: First Step
4
Nadif - Bab 4: Vonzy
5
Nadif - Bab 5: How to be a Crazy Rich?
6
Nadif - Bab 6: Flashback
7
Nadif - Bab 7: Mas Arif
8
Nadif - Bab 8: Bad News
9
Nadif - Bab 9: Rising Star
10
Nadif - Bab 10: Kilau Popularitas
11
Nadif - Bab 11: Nadif di Culik!
12
Nadif - Bab 12: Cowok Itu di Jaga, Jangan di Rusak!
13
Nadif - Bab 13: Jessy
14
Nadif - Bab 14: Akhirnya Jadian
15
Nadif - Bab 15: Takdir yang Tak Bisa di Ubah
16
Nadif - Bab 16: Background Jessy
17
Nadif - Bab 17: Manager Baru
18
Nadif - Bab 18: Antara Kuliah dan Karir
19
Nadif - Bab 19: Meet Up!
20
Nadif - Bab 20: Perkelahian
21
Nadif - Bab 21: Jakarta, I'm Coming Back!
22
Nadif - Bab 22: Rumah Jessy
23
Nadif - Bab 23: Langit ke-Tujuh
24
Pengumuman Author.
25
Nadif - Bab 24: Black Card
26
Nadif - Bab 25: Stressed Out
27
Nadif - Bab 26: Shining Beyond on the Stage!
28
Nadif - Bab 27: Nadif on the Stage
29
Nadif - Bab 28: POV Jessy
30
Nadif - Bab 29: Future or Past?
31
Nadif - Bab 30: Jackpot Akhir Tahun
32
Nadif - Bab 31: Start Up
33
Nadif - Bab 32: Persiapan Launching
34
Nadif - Bab 33: Launching Day, Part 1
35
Nadif - Bab 34: Launching Day, Part 2
36
Nadif - Bab 35: Hadiah dari Jessy
37
Nadif - Bab 36: Kencan Bioskop
38
Nadif - Bab 37: Malam Yang Indah
39
Nadif - Bab 38: Happy Birthday Jessy
40
Nadif - Bab 39: Porsche dan Hati yang Hancur
41
Nadif - Bab 40: B*she VVIP Club
42
Nadif - Bab 41: Be a Zhang Yimin
43
Nadif - Bab 43: TokTok on Progress
44
Nadif - Bab 44: TokTok for The World
45
Nadif - Bab 45: Be a Real Crazy Rich
46
Nadif - Bab 46: Go International
47
Nadif - Bab 47: Cum Laude
48
Nadif - Bab 48: Kosong
49
Nadif - Bab 49: Pevita
50
Nadif - Bab 50: Itu Aku
51
Nadif - Bab 52: Paparazzi
52
Nadif - Bab 53: Di Kantor
53
Nadif - Bab 54: Jakarta from the Sky
54
Nadif - Bab 55: Virgin
55
Nadif - Bab 56: Deja vu
56
Nadif - Bab 57: Merindukan Jogja
57
Nadif - Bab 58: Berangkat ke Jogja
58
Nadif - Bab 59: Nia?
59
Nadif - Bab 60: Past, Now and Future
60
Nadif - Bab 61: Balik ke Jakarta
61
Nadif - Bab 62: Night Lights
62
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!