Setelah sampai rumah ibu, Asri turun begitu juga anak-anaknya.
"Terimakasih ya Ayah sudah mengantar Kami"
"Iya, ya sudah Aku pulang ya"
"Kamu tidak mampir dulu, tengok ibu basa-basi atau mengobrol sebentar"
"Tidak Asri, sampaikan salam ku saja pada Ibumu, semoga cepat sehat supaya tak menyusahkan anak-anaknya"
Asri benar-benar tak menyangka dengan perkataan Fery, Ia hanya terdiam menerima begitu saja, kata-kata yang tak enak di dengar itu.
"Rina, Ayah pulang ya sayang"
Fery mencium pipi Rina, kemudian menyalakan mesin motornya dan laju menginjak gas.
Asri langsung membawa anak-anaknya masuk, setelah pintu sudah ada di hadapannya, Asri mengetuk pintu, dan memanggil sang ibu.
"Assalamualaikum Bu"
Bu Nasya mendengar suara ketukan pintu dan membukanya.
"Ya ampun ada cucu nenek, Asri Kamu kesini sama siapa?"
"Sendiri Bu, biar Aku masuk dulu ke dalam ya, ayo Rina salam dulu sama nenek"
Setelah itu Mereka pun masuk ke dalam rumah, Bu Nasya mulai bertanya-tanya tentang bagaimana sikap Fery apakah Ia sudah berubah atau belum tanyanya.
"Masih begitu saja Bu, belum ada perubahan"
Bu Nasya terdiam, lalu melanjutkan lagi ucapannya.
"Ibu heran dengan suami Kamu, pelit sekali jika untuk memberikan seluruh rizki pada Istrinya"
"Sudahlah Bu biarkan saja, yang penting anak Ibu ini masih bisa makan"
Asri tak ingin lagi ada obrolan tentang suaminya, Asri pun bertanya pada ibunya sakit apa, lalu bertanya apakah Kak Mai sudah datang kesini atau belum.
"Baru Adik bungsumu yang datang kesini dan membawa Ibu berobat"
"Maafkan Aku ya Bu, Aku tidak pernah ikut andil soal keuangan untuk ibu, Aku kadang sedih Bu, saat yang lain bisa memberikan uang bulanan dan membantu ibu, tapi Aku tidak bisa seperti itu"
"Asri sudah.. Jangan Kamu berkata seperti itu, yang penting Kamu sudah datang dan menjenguk ibu, apalagi membawa cucu-cucu ibu yang lucu ini, rasanya ibu pasti sehat, karena Mereka lah obat untuk Ibu dan kehadiran Kalian"
"Iya Bu, Ibu sudah minum obat?"
"Belum, tadi siang sudah sama adik Mu"
"Ibu mau makan, sudah masak?"
"Sudah tadi adik Mu Irma yang masak di sini"
"Oh.. Bagaimana ya Irna kabarnya Bu?"
"Alhamdulillah adik mu kelihatannya bahagia"
Asri tersenyum mendengar kabar itu, Ia merasa bahagia jika saudara-saudaranya bahagia dalam rumah tangganya.
"Ini Ibu makan ya, Aku mau menyusui Rian dulu"
"Iya Nak, Rina.... Sini sama Nenek sayang"
Rina mendekati Bu Nasya, dan Bu Nasya mengajak cucunya bermain, tak lama Bu Nasya ingin sekali mencoba menelpon Mai anak sulungnya, lalu Ia menelpon dengan mode video call.
Suara handphone terus berbunyi Mai yang hampir selesai mencuci kini kembali menunda pekerjaannya untuk mengangkat telpon itu.
Mai merasa senang saat membaca layar handphonenya Ibunya lah yang menelpon, Mai langsung mengangkat dan bicara.
"Assalamualaikum"
"Wa'alaikum salam Mai"
"Ibu... Bagaimana keadaan ibu? Maafkan Mai ya, tidak bisa kesana menengok Ibu"
"Loh memangnya saat ini juga, tidak bisa kesini lagi"
Mai terdiam, Mai harus menjawab apa dan dengan alasan apa Mai berkata.
"Mas Hasan sedang sibuk Bu, jadi tak bisa mengantarkan Kami kesana, jarak rumah ku kan lumayan jauh Bu"
"Ya sudah kalau memang tidak bisa, Mai saat lebaran nanti Kamu datang kesini ya, masa sudah 2 kali lebaran, Kamu tak pulang-pulang juga kesini"
"Iya Bu, insyaallah"
Mai berbicara dengan mata berkaca-kaca, lalu Ia mengatakan jika dirinya saat ini harus segera menyelesaikan cuciannya.
"Ya Mai, ibu selalu berdoa semoga saja suami Kamu mau memberikan izin Kamu untuk pulang sejenak ke tanah kelahiran Mu ini"
Semakin sedih rasanya mendengar kata-kata Ibu, tanpa menjawab Mai langsung mengucapkan salam.
Bu Nasya ikut bersedih matanya hampir saja mengeluarkan air mata, lalu Bu Nasya menyuruh Asri menelepon Novi putri ketiganya untuk datang kesini.
Asri segera menelpon Adiknya, dan mulai memberitahukan pesan sang Ibu.
"Maaf kak Aku tidak bisa kesana dulu, Aku tidak enak badan"
"Kamu sakit?"
"Iya tulang belakang Aku sakit"
"Sudah di bawa ke dokter?"
"Belum kak, palingan hanya kecapean"
Asri terdiam, dalam hatinya berkata, Novi belum punya anak dan tanggungan apapun tapi mengapa sampai kecapean hingga tulang punggungnya sakit, sedikit aneh mendengarnya.
"Ya sudah kalau memang tidak bisa kesini, nanti ku beritahu Ibu"
Setelah selesai berbicara pada sang Adik, Asri segera memberitahu ibunya jika putri ketiganya tak bisa juga datang kesini.
"Ibu selalu kepikiran dengan Novi Adikmu"
"Memangnya kenapa Bu?"
"Dia jarang sekali mengabari ibu, jika tidak di telepon pasti tidak akan pernah menelpon Ibu"
"Sudah Bu, jangan banyak pikiran lupakan beban pikiran yang membuat Ibu merasa tak tenang, nanti jadi penyakit Bu"
"Iya Asri, terimakasih ya Kamu sudah perhatian sama ibu"
Malam pun tiba, kini waktu sudah menunjukkan jam 20.30 Asri merasa sudah malam dan waktunya untuk pulang.
"Bu, aku pamit ya.. Sudah malam"
"Kamu mau pulang sendiri?"
"Iya Bu"
"Kenapa tidak menelepon suamimu"
"Tidak perlu Bu, Aku takut menganggu nya"
Bu Nasya merasa aneh mengapa anak-anaknya tak mau memberitahu suaminya untuk menjemput, seperti Irna tadi Dia pun pulang sendiri naik kendaraan umum.
Tapi masalahnya putri Bu Nasya yang satu ini mempunya anak dua yang masih sangat kecil-kecil, tanpa bertanya pada Asri Bu Nasya menelpon Fery agar Ia mau menjemput anak dan Istrinya disini.
"Sekarang Bu?"
"Iya Fer... Memangnya Kamu sedang sibuk?"
"Aku masih mengukir, menyelesaikan pekerjaan sedikit lagi"
"Tunda dulu, jemput anak Istrimu, takut ada apa-apa di jalan"
Sebenarnya Fery malas sekali menjemput Asri namun paksaan dari ibu mertuanya, mau tak mau Ia pun bergegas berangkat menjemput sang Istri.
"Ibu untuk apa telepon Fery"
"Ya untuk menjemput Kamu lah Asri"
"Bu Aku bilang kan tidak perlu Bu"
"Kamu kenapa sih Asri sepertinya Kamu takut sekali jika mengganggu Fery, Dia kan suami Kamu, yang harus selalu menjaga Kamu dan anak-anak Kamu"
Asri terdiam, Ibunya tak tahu jika Fery jarang sekali mengantar anak sekolah apalagi meminta tolong menjemput anaknya sendiri, pasti jawabannya selalu tak mau, entahlah sebenarnya dirinya dan anak-anaknya itu apakah penting bagi hidupnya.
Tak lama terdengar suara motor, Asri dan Bu Nasya segara keluar lalu Fery mendatangi rumah Bu Nasya dan bersalaman pada ibu mertua.
"Bu.. Sehat?"
"Alhamdulillah sudah mendingan, Kamu gak masalah kan jemput Istri anakmu"
"Tidak masalah kok memangnya kenapa?"
Fery berkata sambil melirik Asri dengan raut wajah sinis.
"Ibu pikir Kamu merasa terganggu"
"Gak kok Bu, Rina... Yuk pulang"
Ajak Fery terhadap putrinya, Rina langsung mendekati sang Ayah, dan memeluk Fery.
"Ayah lama sekali jemput nya, Ayah besok antar Rina ya sekolah, Rina pengen seperti teman-teman Rina, papahnya suka antar anaknya"
Fery tersenyum kecut, kemudian menjawab,
"Iya sayang, ya sudah Bu Kita pulang ya, ayo Asri"
"Hati-hati ya di jalan, Fer... Lain waktu boleh tidak jika Asri menginap disini?"
Fery merasa kesal dengan ibu mertuanya, mengapa Ia meminta sesuatu yang tidak Ia sukai, namun jika Ia menolak pasti ibu mertuanya banyak bertanya, akhirnya Ia katakan saja dengan menjawab insyaallah.
Tak lama Mereka pun pergi kembali pulang, dan saat sampai di rumah, Rina segera masuk ke kamarnya dan Asri menemani sang anak hingga semuanya tertidur, setelah itu Asri masuk ke kamarnya dan mulai mengganti baju.
"Kamu bicara apa saja sama ibu Kamu?"
"Bicara apa?"
"Ya itu, kenapa Ibu meminta Aku untuk mengizinkan Kamu menginap di rumahnya"
"Oh itu, Aku tidak bilang apa-apa itu permintaan ibu"
"Lain kali jika ingin apa-apa gak perlu Kamu minta melalui Ibu Kamu"
Asri menghela nafas dan mengatakan jika dirinya tak meminta apapun dari Ibunya.
"Sudahlah, tidak usah di bahas.. Sudah malam anak-anak sudah tidur, ayo Kita mulai saja"
Asri merasa lelah, karena seharian mengurus anak, lalu mengurus ibunya walaupun hanya sebentar tapi terasa lelahnya.
"Ayah... Bisa tidak Kita melakukan besok lagi, Aku benar-benar lelah hari ini"
"Kamu lelah, Aku juga lebih lelah tinggal Kamu turuti permintaan Aku, apa susahnya sih?"
Asri benar-benar tak ada maksud untuk menolak suaminya.
"Jadi Kamu menolak Aku?"
"Tidak Ayah, hanya saja Aku minta keringanan dan pengertian Ayah"
"Dasar istri durhaka, suami minta malah nolak"
Fery berkata seperti itu dengan membanting pintu kamarnya, Asri merasa kaget, ini lah pertama kalinya Ia menolak, karena suaminya selalu meminta untuk di layani setiap malam, baru saja sekali Ia menolak Fery begitu terlihat marah dan murka, apalagi jika berhari-hari, ujarnya berkata dalam hati Asri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments