MEMBAWA IBU BEROBAT

Pagi hari tiba, Rian masih tertidur dan Asri pergi mengantar Rina ke sekolah.

"Sayang, Bunda tinggal ya, nanti pulang sekolah Bunda jemput lagi"

"Iya Bunda"

Rina pun bersalaman dengan sang ibu, tak lupa kecupan kening selalu Asri berikan saat mengantar Rina sekolah.

Sesampainya di rumah Asri mulai belanja Ia melihat-lihat apa yang bisa Ia beli dengan uang empat puluh dua ribu di zaman sekarang.

"Bu, beli bayam, tempe satu dan beras sekilo ya"

"Iya bunda Rina"

Belanjaan pun di kemas, dan Asri membayar belanjaan itu lalu kembali pulang ke rumah.

Rian terbangun dan Ia menangis meminta ingin pipis.

"Bun.. Bun.."

Namun Fery tak bangun-bangun entah Ia mendengar tangisan anaknya namun acuh atau memang Fery benar-benar tertidur pulas, dan saat Asri masuk ke rumah, ternyata Rian sudah pipis di lantai dan air kencingnya berserakan dimana-mana.

"Ya Allah Rian, Kamu pipis di celana ya"

"Bun... Pipis"

"Iya sayang"

Asri langsung membersihkan bekas kencing Rian dan mengepel bersih lantai tersebut, sambil tangan mengayun mengepel lantai bola mata Asri melirikkan ke arah di mana suaminya tidur, dalam hatinya berkata,

"Kamu benar-benar keterlaluan Ayah, Anak Kamu bangun dan menangis, tapi Kamu masih bisa-bisanya tidur nyenyak"

Asri pun bersedih dan air matanya kini menetes lagi, namun dalam hatinya selalu Ia tegarkan agar orang lain tak tahu apa yang sedang Ia alami.

Saat Novi duduk sendirian di atas ranjang, Ibu menelponnya dan mengatakan jika saat ini sedang sakit.

"Ibu sakit apa, kak Mai dan Kak Asri sudah tahu"

"Belum Nov, Ibu gak tega kalau menelpon Kak Asri, Dia sudah kerepotan dengan dua anak, dan biasanya juga tidak pernah bisa membawa Ibu berobat, karena tidak punya uang"

Dalam hati Novi pun berkata,

"Aku juga sedang tidak baik-baik saja Bu ekonomi keluarga Aku"

Namun Novi tak memberitahukan tentang perlakuan suaminya yang kejam, dan kebiasaan suaminya mengkonsumsi obat-obatan, Novi selalu berusaha menutupi aib suaminya sampai saat ini.

"Kamu mau kan antar ibu ke dokter?"

"Aku Bu.. Tapi Bu maaf, ini tanggal tua uang pegangan ku tidak banyak"

"Jadi Kamu juga tidak bisa ya mengantarkan Ibu berobat"

"Aku bisa mengantarkan ibu, tapi tidak bisa membayar biaya berobat ibu"

Bu Nasya merasa kasihan juga jika memaksa putri ketiganya untuk membayarkan biaya berobatnya.

"Baiklah, Ibu akan coba telepon adik bungsu Kamu saja"

"Iya Bu, Aku minta maaf ya Bu".

Panggilan di akhiri, Bu Nasya langsung menelpon putri bungsunya.

"Halo Nak, bagaimana kabar Mu?"

"Alhamdulillah Aku baik Bu, kalau ibu bagaimana? Ibu sehat?"

"Nak... Kamu kok tidak pernah main ke rumah Ibu sudah sebulan ini"

"Maaf ya Bu, Aku belum sempat, karena Aku sedang program hamil, jadi Arif tidak membolehkan ku banyak capek"

Padahal yang sebenarnya adalah Irma sedang dilema dalam pernikahannya karena suaminya sebentar lagi akan menikah lagi dengan wanita lain.

"Oh begitu.. Ibu menelepon Kamu karena ibu sedang sakit"

"Ya Allah ibu sakit apa?"

"Biasa Nak, penyakit tua, Ibu mau berobat, tapi ibu gak punya uang, ibu punya uang dari kakak Mu Kak Mai hanya untuk uang bulanan Ibu, kalau di pakai berobat, lalu nanti ibu makan apa?"

Irna merasa sedih mendengar keluh kesah sang Ibu, lalu Ia mengatakan jika Ia akan meminta izin dahulu untuk meminta uang pada suaminya.

"Nanti Aku kabari Ibu lagi ya"

"Iya Nak, ibu tunggu kabarnya"

Setelah panggilan di akhiri Irna mulai mendatangi suaminya yang sedang di ruang khusus shalat, suami Irna rajin wiridan dan berdzikir di malam hari, Irna mengetuk pintu mengucapkan salam.

"Assalamualaikum Abi"

"Wa'alaikum salam, ada apa Ami?"

"Maaf mengganggu Abi, tadi ibu menelpon Aku, katanya sedang sakit, Abi bolehkah Ami memakai uang yang Abi berikan untuk membawa ibu berobat"

Arif tersenyum dan membolehkan Irna memakai uang bulanannya.

"Alhamdulillah terimakasih Abi, kalau begitu Ami pergi dulu ya menemani ibu"

"Iya Ami hati-hati ya"

Irna merasa lega jika soal uang Arif tak pernah pelit dengan keluarganya, namun jika untuk mengambil keputusan dan tindakan dalam rumah tangga, Arif selalu mangut terhadap perintah dari kedua orangtuanya.

Tak lama Irna sampai di rumah ibunya, Ia mengetuk pintu dan mengucapkan salam, Bu Nasya langsung membuka pintu itu ketika mendengar suara putrinya.

"Irna, kesini bersama siapa?"

"Aku sendiri Bu, Bu Alhamdulillah Arif membolehkan Aku menggunakan uang bulanan Aku untuk berobat ibu"

"Alhamdulillah terimakasih ya Nak, Kamu sudah mau menolong Ibu"

Irna merasa terenyuh melihat kondisi ibunya yang sudah tua tinggal sendiri di rumah ini, semenjak bapak pergi meninggalkan ibu, ibu sampai saat ini lebih memilih tidak menikah lagi.

"Ayo Bu, Kita periksa ibu sakit apa?"

Sesampainya di rumah sakit, dokter memeriksa kondisi Bu Nasya, dokter cukup terkejut ketika tahu bahwa ada kista bersarang di rahim Bu Nasya.

"Ibu Nasya, Saya harus katakan jika saat ini ada kista yang tumbuh di rahim ibu"

"Astagfirullah apa benar dokter?"

Tanya Irna yang merasa kaget akan berita itu.

"Iya Bu.. Saya sudah memeriksa Bu Nasya beberapa kali, Saya menyarankan untuk segara melakukan operasi pengangkatan kista, karena jika di diami, lama-kelamaan kista akan membesar dan bisa menjadi kanker yang ganas"

Bu Nasya hanya bisa pasrah dengan pernyataan dokter, Irna menatap wajah sang Ibu Ia sungguh bersedih akan berita ini, rasanya Ia ingin sekali merawat ibunya dan mengajak tinggal ibunya bersamanya, namun dalam hatinya berkata apakah Arif akan mengizinkan ibunya tinggal bersamanya.

Setelah selesai periksa dan sudah di berikan resep obat untuk sementara dari dokter, Irna segera membawa ibunya pulang ke rumah, dalam perjalanan sang ibu menanyakan bagaimana pernikahannya apakah dirinya bahagia menikah dengan Arif.

"Alhamdulillah Aku bahagia Bu"

"Arif tidak pernah menyakiti Kamu kan?'

Irna terdiam, tidak mungkin baginya menceritakan soal poligami kepada ibunya, kini dalam hatinya biarlah dirinya saja yang merasakan takdir ini, Irna tidak ingin ibunya banyak pikiran yang akhirnya akan membuat penyakit baru lagi pada ibunya.

"Bu sudah sampai"

Mereka pun turun dan Irna mengantar sang ibu sampai masuk ke dalam rumah.

"Ibu ini obatnya, di minum 3 kali sehari ya, Ibu sudah makan?"

"Sudah tapi tadi pagi kalau siang ini belum"

"Ya sudah Irna buatkan makan untuk ibu ya"

Sebelum mulai memasak Irna mengirim pesan pada suaminya jika Ia memasak sebentar untuk membuatkan makanan ibunya.

"Kamu harus jadi istri penurut, kalau sudah dapat pria sebaik Arif, ibu lihat Dia sangat sayang sama kamu"

"Iya Ibu, oh iya Ibu sudah kabari Kak Mai?"

"Belum, percuma kalaupun ibu telepon pasti Kakak Mu gak bisa datang kesini"

Irna terdiam, Irna pun merasa setelah menikah Kak Mai jarang sekali kesini menengok ibu.

"Coba ibu telepon bilang sedang sakit, siapa tahu Kak Mai mau kesini"

"Ibu jadi bingung memangnya ada apa ya setiap ibu minta Kakakmu kesini, pasti saja ada alasan-alasan yang membuat kakak Mu gak bisa kesini"

Irna tersenyum lalu menjawab,

"Berpikir positif Bu, mungkin Kak Mai sibuk, anak Kak Mai kan banyak, apalagi yang kecil si Al sudah pasti rewel terus kalau di bawa pergi perjalanan jauh"

Bu Nasya menghela nafas dan menghembuskannya dengan pelan, Ia tak menjawab lagi ucapan Irna, Bu Nasya malah melamun entah apa yang dipikirkannya.

"Sudah selesai nih Bu, Ibu makan ya nanti, Aku gak bisa lama-lama disini Bu, Arif sudah wirid selama 1 jam, pasti saat ini sudah selesai"

Bu Nasya tak menjawab Ia malah terdiam bagaikan patung, melihat ibunya seperti itu Irna memeluk pundak sang ibu dengan pelan.

"Ibu..."

Bu Nasya tersadar lalu menjawab,

"Eh iya, kenapa Nak?"

"Ibu yang kenapa, Ibu memikirkan apa?"

"Gak tahu nih, Ibu hanya merasa sendirian setiap hari, anak ibu banyak, tapi... Semuanya pergi menjauh dari ibu"

Irna menjadi sedih mendengar ungkapan hati sang ibu, lalu Irna menjelaskan jika anak-anaknya kini telah bersuami, yang harus di layani setiap hari.

"Iya Ibu mengerti, Ibu kadang ingin sekali salah satu dari kalian, mau menerima ibu tinggal bersama Kalian, atau tidak Kalian yang menginap kesini beberapa hari"

Irna bersedih lagi kesekian kalinya, rasanya Kami anak-anak ibu sudah jahat membuat hati ibu Kami merasa sendirian.

"Nanti Aku minta izin Arif sesekali menginap kesini"

"Benar Nak.. Ibu senang banget, kabari ibu ya nanti"

Irna merasa senang melihat senyum dari bibir Ibunya, ada begitu banyak harapan terlihat dari sorot matanya.

"Iya Bu, kalau begitu Aku pulang ya Bu"

"Hati-hati ya Irna, Kamu gak minta jemput saja sama Arif"

"Gak Bu, Aku gak ingin merepotkan Arif, ya sudah... Assalamualaikum"

Irna bersalaman pada Ibunya lalu Ia pergi berlalu meninggalkan sang Ibu sendirian lagi di rumah.

Terpopuler

Comments

incess

incess

hay thor aku mampir ni jangan lupa mampir di karya ku yah/Rose/

2025-03-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!