Vano geleng geleng kepala, Aruna ini memang gadis yang bodoh atau bagaimana? tidak mungkin dia ke sini kalau bukan Aruna yang bilang
“Kamu tadi yang telepon saya” Ucap Vano
“Kapan? perasaan tadi saya nelfon temen deh pak” Ucap Aruna yang tidak ingat
Flashback dikit——
Ketika Vano sudah setengah perjalanan pulang dari kantor polisi, ternyata handphone nya kembali berdering, waktu dia lihat sih memang nomor nya Aruna “Kenapa ya? mau ngembalikan helm kah gadis ini?” Batin Vano
📞 : “Ha-“ Vano sendiri mau berucap saja sampai berhenti karena ada suara Aruna yang seperti panik dari sana
📞 : Halo Sa? cepetan ke sini ya sa, bapak kritis di ICU sa… kondisi nya menurun drastis, aku bingung sa, aku harus ngapain, temenin aku ya sa…
tut! tut! tut! Sambungan telepon langsung berakhir ketika Aruna sudah selesai berbicara
“Ini anak kenapa sih? apa jangan jangan dia dalam bahaya?” Ucap Vano heran karena Aruna tadi bicara terlalu cepat dalam keadaan panik, makanya Vano bingung
Dan setelah dipikir pikir, ada baik nya juga kalau Vano mencoba menemui Aruna, kartu identitas itu penting, bahaya kalau dia kelamaan pergi tidak membawa kartu identitas
Tadi pagi Aruna mau ke rumah sakit naik motor dan kemungkinan sekarang masih di rumah sakit kalau dilihat dari suara nya yang panik
“Mungkin rumah sakit pusat kota” Ucap Vano segera menuju ke rumah sakit tersebut, karena memang rumah sakit itu yang paling dekat
Ketika sudah di rumah sakit, dia langsung menuju ke ICU karena tadi Aruna bilang ada di ICU kan? pas sudah sampai di ICU, ternyata benar ada Aruna yang duduk lemas di lantai
Flashback end
Aruna mengernyitkan alis, dia memeriksa handphone dan ternyata benar, tadi dia mau telepon ke nomor teman nya kan karena mereka sempat bertukar pesan, tapi ternyata salah pencet ke nomor Vano karena memang Vano yang terakhir mengirim pesan pada nya, dia juga tidak memeriksa dulu saking panik nya
“Owalah Arunaaa.. kamu kok bodoh sekali sih” Batin Aruna yang merutuki dirinya sendiri
“Sudah ingat kan?” Tanya Vano
“Sudah pak hehe, maaf ya jadi merepotkan bapak” Jawab Aruna jadi merasa tidak enak
Vano tidak membalas, dia hanya minta helm tadi segera di kembalikan dan dia juga mengembalikan semua kartu identitas milik Aruna
“Loh trus kartu tilang nya gimana?” Tanya Aruna
“Tidak usah” Jawab Vano, dalam kondisi seperti ini mana mungkin dia tega menyuruh Aruna ke kantor polisi
“Beneran? bapak kenapa baik banget hari ini buset…” Ucap Aruna tersenyum lucu
“Punya tisu?” Tanya Vano yang tidak ingin membalas pertanyaan Aruna tadi
“Buat apa ya pak?”
Vano dengan wajah malas menunjuk bahu nya sendiri, lihat saja bawa baju seragam itu sudah basah, berlendir pula terkena ingus nya Aruna saat menangis sambil memeluk nya tadi
“Waduh” Batin Aruna kaget, asli suwer dia tadi tidak menyangka bahwa yang datang adalah bapak polisi, yang penting tadi dia butuh teman saja untuk mengeluh dan menangis, entah siapa pun orang itu yang penting nangis dulu, soal sadar atau tidak itu urusan belakang
“Punya gak?” Tanya Vano lagi
“Enggak pak, maaf banget ya pak. Tapi gimana kalau baju nya saya saja yang nyuci? saya antar ke laundry, kalau udah selesai, saya kembalikan ke bapak” Jawab Aruna sambil menawarkan
Vano menghela napas “Tidak perlu” Jawab nya
“Tapi ini sebagai bentuk dari tanggung jawab pak, sebagai rasa terima kasih saya juga kepada bapak” Ucap Aruna
“Tidak perlu, terima kasih” Ucap Vano lalu dia segera masuk ke dalam mobil, dia tidak ingin berurusan lama lama dengan Aruna
“Beneran pak tidak perlu?”
Vano menggeleng dan langsung memakai seatbelt, tadi dia sudah bilang mau makan di rumah jadi harus segera pulang
Tapi tunggu dahulu, dia seperti ingat sesuatu lalu membuka kaca mobil sebentar
“Lain kali jangan menangis sambil memeluk orang yang tidak di kenal, apalagi laki laki, bahaya juga buat kamu, usahakan dilihat dulu siapa orangnya” Ucap Vano
Setelah berbicara seperti itu, Vano langsung pergi dari rumah sakit tanpa melihat Aruna yang masih terlihat di kaca spion
“Ya gimana ya? namanya juga panik” Ucap Aruna sambil menggaruk kepala nya sendiri, heran sih dia kalau panik tuh selalu lupa diri
Aruna langsung kembali masuk ke dalam rumah sakit, memang belum waktu nya jam jenguk sih, tetapi setidaknya dia mau duduk dan ada di dekat bapak nya
Ting!✉️ ada pesan masuk dari nomor tidak di kenal
✉️ : Semoga bapak kamu segera sembuh
“Owalah… ini dari pak polisi tadi” Batin Aruna
📩 : “Aamiin, terima kasih pak” Balas Aruna
“Jalan sambil main handphone nanti nabrak loh” Ucap Aira saat melihat adiknya datang, Aruna hanya tersenyum saja lalu kembali duduk bersama Aira di kursi tunggu
“Haduh… beneran lega aku rasanya” Ucap Aira mengelus dada
“Iya kak, semoga saja kondisi bapak akan lebih baik kedepannya, bisa pulang dan kumpul lagi sama kita”
“Kamu besok kuliah kan?”
“Iya kak, aku ada matkul siang” Iyap, Aruna masih berstatus mahasiswi di sebuah perguruan tinggi
“Aku habis ini pulang ya? kasian bude kalau di titipin Cia lama lama” Ucap Aira
“Iya kak aman, kakak pulang saja, aku istirahat bisa besok pagi” Ucap Aruna tidak mempersalahkan hal itu, dia bisa tidur di mana saja, dia sendiri juga sudah ada janji dengan teman nya besok untuk berangkat ke kampus bersama, dia sebenarnya masih ada tugas sih.. tetapi bisa lah dikerjakan di rumah sakit memakai sistem kebut semalam.
Masih berlanjut, like dan komen yaa pembaca yang budiman🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments