2. Main peluk aja

Hari ini sudah sore dan jam kerja Vano akan habis, dia sendiri sudah siap siap untuk pulang ke rumah

“Ini cewek tidak ada niat untuk mengembalikan helm apa bagaimana ya?” Batin Vano heran, dia sendiri memutuskan untuk membawa pulang semua kartu identitas milik Aruna

Dan saat Vano sudah berjalan keluar “No, itu helm nya ke mana?” Tanya rekan rekan yang lain saat tahu di parkiran motor dinas ada satu yang tidak ada helm nya

“Eh- masih dipinjam, besok ya aku kembalikan” Jawab Vano

“Oh, yaudah”

Vano mengangguk dan segera masuk ke dalam mobil, dia tidak mau ditanya lebih lanjut apalagi soal meminjamkan helm dinas ke Aruna, tidak ada yang tahu sih kecuali Raka

Tin! Klakson Vano saat mobil nya sudah mulai keluar dari kantor polisi

Saat dalam perjalanan, handphone Vano tiba tiba berdering “Apa cewek tadi?” Batin nya, tetapi setelah dilihat ternyata sang ibu yang menelfon

“Iya bu?”

📞 : di mana nak? kamu hari ini pulang kan? ibu masak makan malam yang enak loh

📞 : “Iya bu, ini Vano masih perjalanan pulang”

📞 : Ya sudah, ibu tunggu di rumah ya…

Vano menghela napas, dia takut ibunya akan mengenalkan nya lagi kepada perempuan, entah anak dari teman atau saudara jauh, dia sendiri merasa belum puas dengan karir dan belum memiliki keinginan untuk menjalin cinta atau sejenisnya

Pulang itu dia takut di jodoh jodoh kan, tidak pulang itu dia juga takut di nilai durhaka kepada ibunya, serba salah memang

Pilihan lain hanya bisa menelfon teman, di ajak ke rumah untuk makan malam bersama supaya dia bisa menghindari perjodohan sedikit demi sedikit

📞 : “Han, sibuk gak?” Tanya Vano pada sahabat nya yang bernama Farhan

📞 : Enggak nih, kenapa?

📞 : “Malam ini ke rumah ya, makan malam bareng”

📞 : Aelahhh gaya lo makan malam bareng, padahal cuman mau menghindar saja kan seperti kemarin?

📞 : “Ya aku minta tolong lah ya bro, datang ke rumah”

📞 : Iya iya.. habis ini otw ke sana

📞 : “Ya, makasih han” Cuman ini yang bisa Vano lakukan, yang penting kan dia ikut makan masakan ibunya

\~

Sudah sore dan Aruna masih terduduk lesu di depan ruang ICU, rasanya dia tidak sanggup untuk meninggalkan bapak yang sedang tidak berdaya di dalam sana, tapi…

“Gimana keadaan bapak saya sus?” Tanya Aruna yang langsung berdiri ketika ada perawat keluar dari ICU

“Maaf mbak, Kondisi pak Hadi sekarang makin menurun drastis, hanya do’a mbak sekeluarga dan keajaiban yang bisa menyelamatkan bapak” Jawab perawat tersebut

Aruna langsung meneteskan air mata, dia sendiri jelas tidak mau kehilangan, dia ingin bapak sembuh, dia masih ingin melihat bapak nya sehat dan bisa jalan ke mana mana

“Saya mohon ya sus, tolong lakukan yang terbaik untuk bapak saya” Ucap Aruna

“Banyak berdo’a ya mbak” Ucap perawat itu lalu dia segera kembali ke dalam karena pasien masih membutuhkan pengawasan yang intensif

Aruna sendiri juga bingung dan kalang kabut, kakaknya tadi pulang karena harus merawat bayi, jadi dia sendirian di sini, tanpa pikir panjang pun ia segera menghubungi teman nya

📞 : “Halo? Sa, cepetan ke sini ya sa, bapak kritis di ICU sa… kondisi nya menurun drastis, aku bingung sa, aku harus ngapain, temenin aku ya sa… ” Ucap Aruna sambil menangis, dia butuh teman sekarang, dia butuh seseorang untuk menenangkan nya

Aruna juga langsung mengabari kakaknya lewat pesan, dia mengerti kakaknya masih sibuk dengan anak bayi di rumah, jadi dia tidak mau menelfon, yang ada nanti kakaknya juga ikut panik

📩 : “Kak, kondisi bapak kritis dan makin menurun, aku di sini dulu ya… kalau kakak gak bisa balik ke sini gapapa, di rumah saja”

Aruna menghela napas dan terduduk di lantai rumah sakit, sungguh pikirannya saat ini masih ngeblank dan khawatir, dia tidak mau kehilangan, dia masih belum membahagiakan bapak nya sama sekali

“Pak… bapak harus sembuh ya, Aruna di sini pak, Aruna selalu nemenin bapak” Ucap Aruna dengan air mata yang tidak berhenti mengalir dan jantung yang selalu berdegup kencang saat melihat di pintu kaca bahwa perawat sedang menyuntikkan beberapa cairan ke dalam selang infus

Melihat hal yang menyakitkan, dia tidak bisa melihat itu lama lama, Aruna menenggelamkan wajah nya ke lutut dengan kedua tangan menyatu, karena yang bisa dia lakukan sekarang hanya berdo’a dan menangis, berharap tuhan masih memberi kesembuhan kepada bapak nya

Cukup lama Aruna menenggelamkan wajah nya di sana, sungguh dia tidak sanggup melihat bapak nya yang sedang kesakitan di dalam

“Hiks, pak… sembuh ya..”

Tap! tap! tap!

Tiba tiba terdengar langkah kaki, seperti kaki bersepatu yang berjalan mendekati Aruna

“Aruna!”

Aruna yang sedang menangis dengan badan gemetar itu menoleh ke atas dan ternyata orang itu adalah Vano!

“kenapa duduk di lantai?“

Tapi saat ditanya justru tangis Aruna semakin kencang, dia tidak peduli siapa pun yang ada di depannya saat ini, yang penting adalah dia butuh teman, dia butuh sandaran

“Hei, Aruna.. ini rumah sakit, jangan menangis terlalu kencang” Ucap Vano sambil jongkok untuk bisa setara dengan Aruna

“Bapak, bapakku… hiks“ Ucap Aruna menunjuk ruangan ICU

Vano di sini juga bingung, mau menenangkan tetapi dia tidak kenal dengan Aruna, tapi kalau tidak di tenangkan juga dia malah terlihat seperti tidak peduli kepada manusia

“Ya Allah… tenang Vano, kali ini cuman menenangkan gadis biasa saja” Batin Vano dalam hati nya

dia memberanikan diri untuk memegang pundak Aruna “Aruna, tenang ya… kalau kamu yakin dia bisa sembuh, maka dia akan baik baik saja”

Tapi tangisan Aruna masih sama, Vano juga tidak kaget karena Aruna terbilang masih muda, pasti dia belum bisa mengontrol perasaan dengan baik

“Berdiri, duduk di kursi.. jangan di lantai seperti ini” Ucap Vano mengangkat kedua lengan Aruna

Saat mereka berdua sudah berdiri, Aruna yang masih menangis itu justru langsung memeluk Vano dengan erat dan menangis di pundak gagah itu

“Bapak… huaaaa, jangan tinggalin Aruna ya pak, Aruna gak mau sendirian, Aruna mau nya sama bapak”

Sedangkan Vano sendiri kaget, dia sampai melotot dan terdiam seperti patung, kedua tangan nya saja tidak berani memegang Aruna

“Pak… huhu… Aruna mau bapak sehat dan nemenin Aruna terus hiks”

Huft… Vano menghela napas panjang “Ada ada saja ya… hidup ini” Batin nya

Dia membiarkan Aruna memeluk nya, yang penting dia tidak membalas pelukan itu sama sekali

Saat dirasa tangis Aruna sudah mereda, baru lah Vano mulai memegang kedua pundak itu dan melepaskan pelukan Aruna dari tubuh nya

“Duduk di sini” Ucap Vano mendudukkan Aruna di kursi tunggu

“Saya ambilkan minum sebentar” Ucap Vano namun segera di tahan oleh Aruna dengan menarik tangan nya

Aruna menggelengkan kepala, dia tidak mau minum, dia hanya butuh teman, dia butuh seseorang untuk menjadi sandaran nya sekarang

Vano duduk dan terdiam, mau membahas soal helm dan kartu identitas juga tidak enak, seakan akan dia tidak mengerti waktu atau kondisi Aruna sekarang

“Bapak nya sakit apa?” Tanya Vano basa basi kan daripada dia diam diam saja

“Jantung” Jawab Aruna dan Vano mengangguk angguk

HENING——

Serius Vano sekarang bingung mau mengobrol apalagi, secara kan dia memang tidak kenal

“Eh tadi- “ Ucap Vano terhenti

Cklak!

“Gimana sus sama bapak saya? baik baik saja kan?” Tanya Aruna ketika perawat tiba tiba keluar dari ruangan

“Kabar baik mbak, kondisi nya sudah stabil dan mulai membaik” Jawab perawat sambil tersenyum

“Syukurlah ya Allah” Ucap Aruna yang seketika merasa lega

“Gimana? gimana dengan keadaan bapak sekarang?” Tanya seorang perempuan yang tiba tiba berlari ke ruang ICU

“Udah membaik kak, kondisi nya stabil” Jawab Aruna, yappp perempuan tadi Aira, kakaknya Aruna

“Alhamdulillah…”

Kedua adik kakak itu merasa lega, setidaknya sekarang mereka jauh lebih tenang

Vano yang hanya menyaksikan ini juga ikut lega dan senang melihat mereka sudah bisa melewati kekhawatiran seperti tadi

“Eh, kak Aira kok ke sini?” Tanya Aruna bingung karena Alisa punya anak bayi

“Iya, Cia di titipin ke bude dulu” Jawab Aira sambil mengelus lengan adiknya

Saat menyadari ada orang lain, Aira langsung melirik ke samping, dia heran kenapa ada polisi di sini ya kan? perasaan tidak ada kejadian yang mengkhawatirkan masyarakat atau apa pun

“Ini siapa? teman mu atau pacar mu?” Tanya Aira ke adiknya

“Sembarangan, ini bapak polisi yang nilang aku tadi, aku lupa belum ngembalikan helm nya” Jawab Aruna baru menyadari kalau yang datang menemui nya ya polisi tadi pagi

“Ohh, masih muda jadi gak cocok dipanggil bapak, hehe… maafin adik saya ya pak.. memang suka lupa anaknya, helm di rumah lupa dibawa” Jawab Aira cengar cengir sedangkan Aruna melotot, karena tadi kak ketilang alasan helm nya dipakai sama Aira

“Iya, tidak apa apa… tadi nya mau sekalian mengambil helm sama mengembalikan kartu identitas kamu, tapi saya rasa waktu nya kurang tepat, jadi kapan kapan saja, saya permisi dulu” Ucap Vano ingin melangkah untuk pergi dari rumah sakit

“Eh pak, sekarang saja gak papa.. saya ambilkan helm nya” Ucap Aruna di mana Vano mengangguk dan mereka berdua menuju ke parkiran rumah sakit

\~

“Eh bapak kok bisa ke sini ya tadi?” Tanya Aruna bingung saat mereka berada di parkiran

“Kan kamu yang nyuruh saya ke sini” Jawab Vano

“Ha? saya?” Ucap Aruna heran, sejak kapan dia menyuruh Vano ke rumah sakit kan? tadi dia cuman mengabari temannya saja.

Tungguin next episode ya guys☺️🥰

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!