PEMBURU HITAM

PEMBURU HITAM

Desa Terpencil

Seorang pria menoleh ke orang yang berada di belakangnya setelah melihat cahaya matahari yang baru bersinar “Han Feng minta yang lain bersiap untuk melanjutkan perjalanan”.

Dengan sikap kedua tangan di depan dadanya, Han Feng membungkukkan badannya memberi hormat kepada pria tersebut “baik Guru”.

Beberapa saat kemudian sekelompok orang yang berjumlah delapan orang melanjutkan perjalanan menuruni daerah pegunungan.

Perjalanan panjang selama dua bulan lebih dari perguruan telah menguras tenaga Han Feng dan teman seperguruannya. Mereka telah melewati beberapa kota dan pegunungan untuk dapat tiba di lokasi saat ini.

Tidak lama setelah melanjutkan perjalanan, Han Feng tersenyum dan menunjuk ke arah desa yang masih tampak sangat kecil dari kejauhan disertai pemandangan bagian pinggiran hutan luas yang berada di sampingnya. “Guru, didepan ada sebuah desa dan berada di ujung Hutan Hitam sesuai dengan desa yang Guru cari”

Hutan Hitam adalah hutan luas yang memiliki Lembah, pegunungan dan beberapa sungai yang memisahkan 3 kerajaan. Dengan pohon pohon yang tumbuh lebat dan menjulang tinggi puluhan meter. Sinar matahari masuk lewat sela-sela sempit dedaunan di atas pepohonan tidak dapat menyinari hingga bagian bawah. Semuanya gelap dengan siang dan malam tak ada bedanya. Karena gelap dan tak terjamah oleh manusia, ribuan hewan liar hidup di sana.

Melihat dengan seksama desa yang disebutkan Han Feng, pria tersebut memperingatkan murid-muridnya “Hutan Hitam sangatlah berbahaya kalian semua harus berhati-hati. Ular hitam, kodok panah beracun, laba- laba coklat, semut bertaring dan kalajengking merah. Lima hewan paling beracun dan mematikan semuanya berada di Hutan Hitam dan juga banyak tanaman beracun dan binatang buas lainnya”.

Menjelang malam, pria tersebut beserta murid muridnya memasuki desa. Walau malam belum mencapai puncak kegelapan, suasana desa sudah sangat sepi. Desa di dekat Hutan Hitam tidaklah besar, dengan hanya terdapat sekitar 50 an rumah yang dikelilingi pagar kayu yang diikat dan dibuat dengan sederhana.

“Halo saya adalah Wei Cheng ketua perguruan Gerbang Naga dari kota Lai Bin. Saya beserta murid-muridku berkunjung dari jauh berharap dapat menemui kepala desa anda” sambil tersenyum Wei Cheng dengan sopannya menyapa salah seorang penduduk desa.

Sungguh terkejut penduduk desa tersebut melihat banyak pengunjung ke desanya yang sangat terpencil. Perjalanan ke desanya dikelilingi pegunungan sehingga tidak dapat menggunakan kuda maupun tunggangan lainnya yang membuat desanya sangatlah terpencil.

Dengan sedikit perjalanan melintasi jalanan desa, penduduk desa yang berpapasan dengan Wei Cheng dan muridnya tiba di sebuah rumah kayu.

Seorang kakek yang sedang duduk di depan rumahnya memperhatikan dengan seksama setiap pengunjung yang datang ke desanya “Siapakah anda dan apa tujuan anda kemari?”

“Pak Kepala Desa perkenalkan saya Wei Cheng dan ini adalah murid-muridku. Kami datang dari kota Lai Bin. Saya ingin bertanya, apakah Pak Kepala Desa mengenal orang ini?” Wei Cheng mengeluarkan sebuah lukisan dan memperlihatkannya kepada Kepala Desa.

“Ini adalah kakekku Wang Chong Yang. Sebelum Ayah saya tiada, beliau meminta saya untuk mencarinya dan bilamana kakekku telah tiada seharusnya dimakamkan beserta keluarganya. Masalah ini membuat ayahku tidak dapat meninggal dengan tenang sehingga saya berusaha sepenuh tenaga mencarinya dan menemukan kabar bahwasannya kakekku pernah berkunjung ke sini”.

Setelah melihat lukisan tersebut, Kepala desa yang telah tua berusaha mengenang masa lalunya.

“Desa ini sangatlah terpencil bila ada warga yang meninggalkan desa ini maka tidak ada yang berkeinginan untuk kembali ke sini. Begitu juga dengan tidak ada orang dari luar yang bersedia tinggal disini”.

“Masa itu saya masih sangat muda tetapi saya sangat mengingatnya, hanya beliau pendatang dari luar yang bersedia tinggal di desa ini. Beliau hidup selama beberapa bulan di sini hingga beliau memutuskan untuk memasuki Hutan Hitam. Setelah beliau memasuki Hutan Hitam, kami tidak pernah melihatnya kembali. Hai..kami semua mengkhawatirkan beliau dan berusaha mencarinya tetapi kami tidak dapat memasuki Hutan Hitam hingga terlalu dalam karena bahaya hutan ini terlalu besar untuk warga biasa seperti kami”.

‘Apakah aku bisa menemukannya bila masuk ke Hutan Hitam?’ pikir Wei Cheng sembari melihat ke arah dalam hutan. “Pak Kepala Desa, selama tinggal di desa ini adakah peninggalan kakek ataupun petunjuk yang memberitahu tujuannya masuk ke Hutan Hitam?”

“Rumah yang dulu ditinggali beliau telah digunakan oleh warga desa lain yang membutuhkannya tetapi sebelumnya telah diperiksa dan beliau sungguh tidak meninggalkan apapun.”

Setelah berpikir sejenak dan menimbang apa yang harus dilakukannya kemudian Wei Cheng bertanya “Bisakah anda mengingat kembali ke arah mana kakekku berjalan masuk ke dalam Hutan Hitam sehingga memudahkan kami untuk menelusurinya?”

Setelah berpikir sejenak Kepala Desa menghela nafas “bila anda bertekad untuk masuk ke dalam Hutan Hitam untuk menemukannya. Saya tidak akan menghentikan anda tetapi saya ingin anda mengetahui hutan ini sangatlah berbahaya. Tidak ada satupun penduduk desa terdahulu yang memasuki hutan terlalu dalam dan tersesat dapat keluar dari hutan. Bila anda ingin memasukinya, saya akan meminta seseorang untuk menuntunmu di area aman hutan tetapi untuk perjalanan ke kedalaman Hutan maka anda hanya dapat melanjutkan perjalanan anda sendiri”.

“Sebuah bantuan yang sangat diperlukan untuk dapat menunjukkan baktiku kepada keluargaku. Terima kasih Pak Kepala Desa, besok pagi saya dan murid muridku akan kembali ke sini. Kami undur diri dahulu”. Wei Cheng dan murid muridnya meninggalkan tempat tinggal Kepala desa dan berjalan keluar dari desa.

Keesokan paginya, Wei Cheng dan muridnya dipandu oleh seorang warga desa memasuki Hutan Hitam. Melihat ke sekeliling hutan, Han Feng dan teman seperguruannya benar benar takjub dengan legenda Hutan Hitam. Berada di Hutan Hitam membuat mereka tidak dapat melihat birunya langit. Cahaya matahari yang baru bersinar dengan megahnya tidak dapat dilihat dari dalam hutan.

Setelah perjalanan hingga tengah hari, warga desa yang memandu Wei Cheng dan muridnya menunjuk ke sebuah pohon yang telah diberi tanda oleh warga desa “Ini adalah batas aman yang telah ditetapkan oleh Kepala Desa terdahulu, perjalanan ke depan tergantung pada anda semua. Saya tidak tahu apakah ini bermanfaat bagi perjalanan kalian tapi saya anjurkan membuat tanda di setiap perjalanan sehingga anda tidak tersesat dan dapat berjalan menyusuri kembali ke desa”.

Setelah berterima kasih kepada warga yang memandu mereka, Wei Cheng memperingatkan murid muridnya sembari memasuki Hutan Hitam “Kalian semua harus hati hati, walau kalian semua menguasai ilmu bela diri tetapi lawan kali ini bukanlah manusia. Lawan yang harus kita perhatikan di sini adalah hewan buas dan beracun serta jangan menyentuh tanaman maupun buah secara sembarangan”.

“Baik Guru” jawab murid muridnya.

Terpopuler

Comments

Yurika23

Yurika23

aku mampir ya Thor...
sukses terus buat othor dan pembacanya yg setia ..
oiya, support cerita aku juga ya Thor...kapan2 bolehlah mampir...
di ceritaku "Pasukan Penjagal dan puteri yang hilang"

2024-09-22

1

Hakimi

Hakimi

penduduk desa nya baik sekali

2024-09-20

2

Arif Alfian Aariz

Arif Alfian Aariz

menarik

2024-09-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!