Huang Hai berusaha memperlambat musuhnya dengan melepaskan beberapa anak panah. Panah yang dilepaskan dari jauh memberikan waktu yang dibutuhkan warga desa.
Sebagian warga desa berhasil memasuki Hutan Hitam yang sangat gelap di malam hari. Tetapi Han Feng telah berada sangat dekat dengan gerombolan warga desa. Dengan beberapa lompatan, dia berada di jarak serangan yang dapat dikerahkannya ke warga desa.
Huang Hai yang berada di posisi paling belakang mengeluarkan anak panah terakhirnya. Huang Hai menarik tali busur sekuatnya dan melepaskan anak panahnya di saat Han Feng sedang berada di udara. Tepat pada saat Huang Hai melepaskan anak panahnya, seseorang berlari dengan cepat keluar dari gerombolan warga desa.
Han Feng dengan sigapnya menahan anak panah Huang Hai dengan pedangnya. Setelah menahan anak panah Huang Hai, Han Feng sedikit terdorong ke belakang dan kehilangan keseimbangan. Han Feng terkejut menyadari seseorang telah menyelinap ke belakangnya.
Dengan posisi badan masih berada di udara, Han Feng menggunakan keahliannya mengayunkan pedangnya ke belakang badannya tanpa membalikkan badan.
Serangan pedangnya mengenai lawan yang berada di belakangnya tetapi Han Feng juga merasakan tusukan di punggungnya. “Arghh…” punggung Han Feng tertusuk pisau tajam kecil.
“Huang Ke” Huang Hai seketika tersadar bahwa orang yang membantunya adalah adiknya. Dengan busur di tangannya, Huang Hai memukulkan busurnya ke Han Feng.
Han Feng yang hendak menghabisi Paman Huang, terpaksa mengurungkan niatnya dan harus menghalau pukulan Huang Hai. Setelah menghalau pukulan dari busur Huang Hai dan hendak membalasnya Han Feng mendapatkan sebuah serangan dari sebuah batu yang dilemparkan oleh warga desa lain dan tepat mengenai bagian pelipis mata kanannya.
Lemparan batu membuat Han Feng sedikit merasa pusing dan gerakannya terhentikan. ‘Saya butuh menjauh terlebih dahulu dan membangun kembali serangan’ pikir Han Feng.
Han Feng berusaha melompat ke belakang untuk menjauh dari Huang Hai dan warga desa tetapi rasa sakit luka tusukan di punggungnya membuatnya tidak dapat mengeluarkan tenaganya.
Melihat Han Feng yang sempoyongan, Huang Hai memanfaatkan situasi dan menendang Han Feng hingga terjatuh. Tanpa melepaskan peluang yang telah datang, Huang Hai terus mengejar dan melancarkan beberapa pukulan dengan busurnya yang sebagian dapat ditahan Han Feng dan sebagiannya diterima Han Feng. Tidak lama kemudian para pria desa segera datang membantu. Lima pria dewasa desa melancarkan pukulan masing-masing.
Dengan serangan yang datang bertubi tubi dan terganggu akan luka tusukan, Han Feng mulai kewalahan. Pukulan demi pukulan yang awalnya dapat ditahan dengan kedua tangan dan kakinya tidak dapat ditahan lagi olehnya. Perlahan-lahan dia mulai kehilangan tenaga dan menerima semua pukulan yang datang.
Setelah sekian banyak pukulan yang harus diterimanya, Han Feng mulai kehilangan kesadaran. Han Feng yang telah mempelajari ilmu bela diri dari usianya yang sangat muda sungguh tidak menyangka akhir hidupnya akan berakhir di tangan orang-orang biasa.
Setelah melihat Han Feng kehilangan kesadarannya, Huang Hai memeriksa keadaan Paman Huang yang sedang terengah-engah menahan rasa sakit di dadanya. Walau hanya terdapat sebuah tusukan pedang yang menusuk ke bahu kanannya. Luka yang diderita Paman Huang sangatlah dalam.
Huang Hai mengangkat Paman Huang untuk memasuki Hutan Hitam. Dengan luka yang diderita Paman Huang perjalanan yang dekat menjadi sangat lama. Sebelum Huang Hai dan Paman Huang dapat memasuki Hutan Hitam, Wei Cheng telah tiba.
“Han Feng..” dengan ilmu meringankan dirinya, Wei Cheng melesat dengan sangat cepat. Warga desa yang dibakar semangat membalas dendam kebakaran desa merubah sasaran dari Han Feng ke Wei Cheng.
Gerombolan pria yang sama-sama menyerang tidak dapat menggoyahkan lawan yang baru tiba. Dengan sebilah pedang di tangan Wei Cheng, lima warga desa meninggal dengan cepatnya terkena lima tusukan pedang Wei Cheng.
Serangan pedang yang telah membunuh lima warga desa tak berhenti dan melanjutkan serangannya kepada Huang Hai. Sebelum serangan pedang dapat mengenai Huang Hai, Paman Huang memposisikan badannya di depan Huang Hai dan menerima tusukan pedang Wei Cheng yang mengenai dada dan menembus paru parunya.
Sambil menahan rasa sakit, Paman Huang dengan tegarnya memegang badan pedang yang tajam dengan kedua tangannya. Melihat pedangnya yang telah ditahan oleh Paman Huang, Wei Cheng mengeluarkan pukulan telapak tangan kirinya yang sangat kuat ke dada Huang Hai.
Menderita serangan tapak dari Wei Cheng, tubuh Huang Hai terdorong jauh ke belakang sebelum jatuh ke tanah. Wei Cheng menarik kuat pedangnya dari Paman Huang.
“Arghh..” Paman Huang dapat merasakan tarikan pedang di tangannya. Kesadaran perlahan lahan mulai meninggalkannya dan kedua kakinya tidak dapat menopang badannya lagi. Paman Huang terjatuh dengan lemahnya ke tanah.
Wei Cheng berniat memberikan sebuah serangan penghabisan kepada Huang Hai yang berada tidak jauh darinya. Wei Cheng yang hendak melakukan sebuah lompatan tidak dapat menggerakkan kakinya karena ditahan oleh Paman Huang dengan sisa tenaga terakhirnya.
“Lari, jagalah Huang Long dan Huang Mei” Paman Huang memberikan kesempatan kepada Huang Hai untuk melarikan diri. Dengan berat hati Huang Hai melihat ke adiknya untuk terakhir kalinya sebelum bangkit dan berlari ke dalam Hutan Hitam.
“Sungguh perlawanan yang tidak ada artinya, orang biasa yang tidak belajar ilmu bela diri tidak akan memiliki waktu yang panjang untuk hidup setelah terkena pukulan jeritan nagaku” Wei Cheng menancapkan pedangnya ke leher Paman Huang.
Paman Huang yang telah berada di akhir nafasnya tidak lagi dapat bertahan dan menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Wei Cheng melepaskan kakinya dari genggaman Paman Huang dan hendak melakukan pengejaran tetapi saat ini dia mendapati tiga muridnya yang lain sedang berlari ke arahnya. Sembari menunggu kehadiran muridnya, Wei Cheng mengurungkan niatnya mengejar Huang Hai dan memeriksa kondisi Han Feng. Sungguh sedih Wei Cheng melihat murid kesayangannya menderita luka yang tidak dapat ditolong lagi.
Seluruh badan Han Feng dipenuhi dengan darah, memar dan bengkak. Kondisinya sangat mengenaskan. “Guru, saya tidak dapat membalas budi guru lagi. Terima kasih telah menjagaku dari kecil. Kuharap guru dapat membawa Perguruan Gerbang Naga menjadi perguruan terkuat di dunia persilatan”.
Wei Cheng menghela nafasnya dan memberikan jawaban dengan sebuah anggukan kepala kepada muridnya “Hmm”.
Dengan sebuah senyum kecil memandang gurunya, Han Feng menghembuskan nafas terakhirnya.
Di saat ini, ketiga murid Wei Cheng telah tiba “adakah warga desa di sisi lain yang melarikan diri?”
“Ada beberapa warga yang dapat membuka jalan menerobos api tapi telah kami bunuh sebelum dapat melarikan diri”.
Wei Cheng memberi perintah dan melihat ke arah Hutan “Beberapa warga desa telah melarikan diri ke hutan. Kejar dan bunuh tanpa sisa”
“Baik Guru” Ketiga muridnya dengan cepat melesat ke dalam Hutan dan memisahkan diri mencari warga desa yang melarikan diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Arif Alfian Aariz
kejam banget
2024-09-22
1
🟡¢ᖱ'D⃤𝐀⃝🥀 iman Arsyad ⏤͟͟͞R
smoga dtelan hewan buas saja dasar gak tau di untung
2024-09-16
2