Kehidupan di desa dekat Hutan Hitam sangatlah pelan dan damai di saat matahari telah tinggi barulah jalan jalan kecil desa dipenuhi dengan anak anak yang bermain dan aktivitas aktivitas yang mulai dikerjakan oleh warga desa.
Di salah satu rumah yang berada di pinggiran desa, Huang Hai salah seorang pemburu yang diizinkan masuk ke Hutan Hitam oleh Kepala Desa memiliki badan dan paras wajah kasar dengan selalu memakai sebuah ikat kepala yang menjadi ciri khasnya. Huang Hai yang sedang mengasah anak panah mengalihkan perhatiannya ke anaknya Huang Long yang berusia 14 tahun memasuki rumah.
“Huang Long busur kecil ini untukmu” Huang Hai memberikan busur kecil yang sedari tadi berada di sampingnya. “Ambil anak panah ini dan panah ke pagar kayu di ujung sana” Huang Hai memberikan sebuah anak panah yang baru selesai diasah kepada anaknya sambil menunjuk ke tiang kayu kecil pagar rumah yang dapat dilihat dari pintu belakang rumah.
Huang Long meletakkan anak panah ke busurnya dan menarik tali busur sekuat-sekuatnya. Dengan sebuah mata terpejam, Huang Long memastikan arah panah dan melepaskan pegangannya. Anak panah melesat dengan cepat ke depan dan tampak sangat menjanjikan tetapi setengah perjalanan sebelum mencapai sasaran, anak panah kehilangan tenaganya dan jatuh menancap ke tanah.
“Ming Mei, lihatlah anakmu sangat berbakat ha..ha..ha..” Huang Hai memberitahu istrinya sambil tertawa. Ming Mei istri dari Huang Hai, ibu dari Huang Long dan Huang Mei yang baru berumur 8 tahun.
Huang Long yang telah menggunakan semua tenaganya sangat terkejut dengan hasil panahnya. Dengan raut wajah yang sangat tidak enak dipandang, Huang Long memandang tajam ayahnya yang mengejeknya.
Huang Hai mengambil busur Huang Long dan menarik tali busur “Pertama kamu harus perhatikan sikap berdiri, posisi kedua kaki selebar bahu dan harus seimbang. Masuk kan anak panah ke tali busur, lengan diangkat lurus dan tidak boleh goyah. Tarik dan tahan sikap sambil membidik sasaran. Fokus pada sasaran dan lepaskan”.
Dengan melepaskan jari tangan yang menahan ujung anak panah, anak panah melesat cepat ke depan dan mengenai dengan tepat pagar kayu yang menjadi sasaran. “Kamu masih harus banyak latihan, dua hari lagi saya akan memasuki Hutan Hitam untuk berburu bila kamu masih belum siap maka kamu tidak akan mengikutiku untuk perjalanan kali ini” Huang Hai mengembalikan busur kepada Huang Long.
“Ayo kita makan dulu” panggil Ming Mei yang sedang menyajikan hidangan di meja makan “Huang Long setelah selesai makan antarkan makanan untuk Paman Huang”.
“Iya Bu, Huang Mei tidak lama lagi kita akan makan daging rusa dari hasil buruan kakakmu”
Huang Hai yang sedang makan tiba tiba tersedak mendengar ucapan Huang Long yang seolah telah lupa akan kegagalan sebelumnya “dasar bocah ha ha ha”.
Paman Huang hanya tinggal di sebelah rumah Huang Hai. Dengan sedikit perjalanan dari rumahnya, Huang long memasuki rumah Paman Huang.
Setelah menyerahkan makanan, Huang Long menunjukkan busur barunya ke Pamannya “Paman Huang, aku ingin mengukir namaku di busur ini”.
Setelah memperhatikan busur kecil Huang Long, Paman Huang menganjurkan “Bagaimana bila kamu yang mengukir busurmu sendiri?”
Huang Long telah berkali-kali melihat Paman Huang mengukir, tetapi sampai saat ini dia tidak pernah mengukir sendiri sehingga menjadi sangat bingung cara memulainya
Paman Huang memberikan sebuah pisau ukir kecil dan sebuah kayu seukuran genggaman tangan kepada Huang Long “Latihan dulu di kayu ini baru ke busurmu”.
Melihat Huang Long yang hanya terdiam, Paman Huang memberikan contoh kepadanya “Garis dulu yang ingin diukir, sesudah kamu yakin benar baru buang bagian yang tidak diperlukan. Pegang pisau ukir ini dengan benar dan mantap, jangan mengikis ke dalam sehingga tidak melukai dirimu. Kendalikan pisau dengan pergelangan tangan dan terakhir ukirlah mengikuti arah kayu”.
Setelah menghabiskan waktu hingga sore hari tiba, Huang Long mengembalikan pisau ukir Paman Huang sambil melihat ke busurnya dengan senyum di wajahnya “Selesai, Ini pisau ukir Paman. Terima kasih”. Walau hasilnya sangat kasar dan tidak bagus, Huang Long tetap merasa senang akan hasil buatannya.
“Kamu simpan saja pisau ukirnya sehingga bisa latihan juga dan bawa patung ini ke ayahmu” Paman Huang memberikan sebuah patung wanita dengan pedang di tangannya.
“Paman Huang, apakah ini bibi Huang Niang?” tanya Huang Long yang merasa mengenal orang dalam patung. Sebelum memberi kesempatan menjawab Huang Long kembali bertanya “Paman Huang, apakah bibi Huang Niang pandai ilmu bela diri?”
Paman Huang tertawa kecil mengingat kembali kisah adiknya “Sewaktu muda bibimu adalah seorang gadis belia yang memiliki mimpi mengejar ilmu bela diri padahal dia tinggal di desa yang sangat terpencil ini. Walau tidak mengenal ilmu bela diri, dia sering berlatih sendiri mengayunkan pedang kayu buatannya sendiri”.
“Ayahmu dan aku sama sekali tidak memiliki keinginan untuk menjadi ahli bela diri sehingga kami hanya sering melihatnya latihan sendiri. Untuk mewujudkan keinginannya, saya dan ayahmu membawa Huang Niang pergi ke kota terdekat untuk dapat mencari seorang guru”.
“Keadaan waktu itu sungguhlah susah, kita warga desa tidak menggunakan uang. Begitu persediaan makanan habis, kami bertiga terpaksa menahan lapar seharian hingga tiba waktu ada perguruan yang membuka ujian masuk. Beruntung saat itu Huang Niang melewati ujiannya dan menjadi murid perguruan”.
Setelah mendengar cerita dari Paman Huang, Huang Long berpamitan dengannya dan kembali ke rumahnya.
Huang Long yang baru memasuki rumahnya dan memberikan patung dari Paman Huang kepada ayahnya “Ayah, apakah bibi Huang Niang akan segera datang berkunjung?”
Huang Hai mengamati patung Huang Niang dan senyuman menghiasi wajahnya “Dia tidak akan datang tetapi kita yang akan ke sana. Saya sudah menyampaikan bahwa kita akan menjenguknya bulan depan”.
Dua hari kemudian di saat matahari belum terbit, Huang Hai dan Huang Long keluar dari rumah berjalan ke arah hutan. Dengan semangat bergelora, cuaca pagi yang dingin tidak dirasakan oleh Huang Long. Hanya dengan sedikit perjalanan Huang Hai dan Huang Long memasuki Hutan, Huang Hai berjalan dengan pelan dan sangat dekat dengan Huang Long.
Selama perjalanan Huang Hai banyak mengajari Huang Long tentang hutan dari melihat jejak binatang, tanaman-tanaman yang bisa di makan, mengajarinya cara mengambil air dari dahan pohon hingga mengajarinya cara bersembunyi dari hewan hewan buas.
Tidak butuh waktu yang lama mereka melihat seekor kelinci yang dengan santainya memakan rumput tanpa menyadari bahaya yang mengintai.
Dari balik pohon Huang Hai memberikan nasehat kepada Huang Long “Tarik nafas pelan, jangan sampai nafasmu mempengaruhi bidikanmu dalam melepaskan anak panah. Kamu harus ingat bila memanah dari jauh harus memperhitungkan posisi jatuh anak panah sehingga harus mengarahkan ke atas sedikit”.
Beberapa saat kemudian, Huang Long menembakkan anak panah. Mata Huang Long tidak lepas dari anak panah yang dilepaskannya tetapi sayang hasil dari panahnya tidak mengenai sasaran.
“Tidak ada orang yang sekali panah langsung mahir, Memanah hewan yang hidup dan dapat berlari tidak hanya membutuhkan latihan tetapi membutuhkan pengalaman juga” Huang Hai menghibur Huang Long yang nampak jelas dari rona wajahnya merasa tertekan hasil panahnya yang mengecewakan.
Setelah kegagalan perburuan yang pertama, mereka melanjutkan perjalanan dan mencari mangsa baru. Setelah menghabiskan waktu hingga setengah hari Huang Hai menemukan rusa yang menjadi buruannya. Hanya butuh sekali panah dari Huang Hai untuk mengenai sasarannya.
Setelah menunggu beberapa saat, Huang Hai berjalan perlahan-lahan untuk mengambil buruannya “Huang Long kamu harus ingat menjadi seorang pemburu itu harus menjaga kewaspadaan, di hutan ini seorang pemburu bisa saja sedang diburu oleh yang lain jadi kamu harus hati hati”.
“Ha..ha..ha.. Kitab Sembilan Matahari”
Huang Hai dan Huang Long yang sedang berjalan dalam diam mendengar suara gema tawa dari kejauhan. Huang Hai memberi tanda diam kepada Huang Long dan setelah mengambil buruannya dia memberikan isyarat untuk meninggalkan hutan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Qia Mamanya Alya
/Good//Good//Good/
2024-09-25
0
Arif Alfian Aariz
perjalanan dimulai
2024-09-22
0
🟡¢ᖱ'D⃤𝐀⃝🥀 iman Arsyad ⏤͟͟͞R
tempat yang berbahaya adalah tmpt yang paling selamat
2024-09-16
1