Di kedalaman Hutan Hitam terdapat sebuah rumah kayu kecil sederhana yang berada di pinggiran sungai kecil. Suasana asri hutan yang dihiasi suara aliran air memberikan suasana yang sangat tenang.
Setelah perjalanan di dalam hutan yang gelap selama tiga hari, tempat ini adalah salah satu daerah yang dapat menikmati cahaya matahari dan birunya langit dari celah dedaunan pohon besar yang dipisahkan oleh sungai.
Di atas sebuah bongkahan batu besar di pinggiran sungai, Wei Cheng sedang duduk membaca dengan seksama sebuah buku yang telah terlihat usang. Tidak lama kemudian Wei Cheng terganggu akan kehadiran muridnya.
Han Feng memberi hormat kepada Wei Cheng dan bertanya “Guru, kami telah mendapatkan istirahat yang cukup dan siap untuk melanjutkan perjalanan kembali ke desa. Apakah kita akan membawa jasad Kakek Guru bersama kita?”
“Kakek Guru ha..ha..” Wei Cheng tertawa kecil mendengar pertanyaan Han Feng “Ilmu Sembilan Matahari telah membuat Wang Chong Yang tidak terkalahkan di masanya. Tetapi ilmu yang tinggi tetap tidak dapat melawan waktu”.
Dengan perlahan Wei Cheng melihat ke sekelilingnya dan menghela nafas “Di sini adalah tempat yang tepat sebagai tempat peristirahatan terakhir. Kita seharusnya tidak mengganggunya, biarkan saja dia meninggal dengan tenang di sini”.
‘Hmm.. Bukannya tujuan perjalanan untuk memakamkan kakek guru bersama keluarga’ pikir Han Feng.
Wei Cheng menyimpan buku tua tersebut kedalam balik bajunya. ‘Ilmu Sembilan Matahari terlalu dalam dan butuh waktu lama untuk dapat mencapai tingkat kesembilan’ pikir Wei Cheng dan meminta murid muridnya untuk melakukan perjalanan kembali ke desa.
Perjalanan kembali ke desa yang seharusnya sangat mudah karena menyusuri jalan mengikuti tanda yang telah diberikan sebelumnya terpaksa dihentikan setelah perjalanan setengah hari.
“Guru, saya merasa lemas dan tidak bertenaga” ucap salah seorang murid yang tidak dapat bangkit dan melanjutkan perjalanan.
Wei Cheng bergegas berlari ke arah muridnya dan hendak memeriksa denyut nadi murid tersebut.
“Guru, saya juga merasa badanku panas terbakar dan tidak dapat mengumpulkan tenagaku”
Sebelum Wei Cheng dapat menemukan sumber masalah yang dialami muridnya, dua orang murid yang lain juga melaporkan hal yang dialami mereka.
“Hmm.. apakah kalian keracunan?” Wei Cheng mengerutkan dahinya melihat dua orang murid lainnya yang mengalami keadaan yang sama. “Apa yang telah kalian bertiga lakukan bersama sehingga membuat kalian keracunan?”
Dengan penuh susah payah dan terengah murid yang pertama merasakan gejala menjelaskan “Maaf Guru kami merasa tidak cukup dengan makanan kering dan keterbatasan jumlah makanan selama perjalanan panjang ini. Kami menemukan beberapa kodok di pinggiran sungai sebelumnya sehingga kami membakar dan memakannya. Sungguh tidak disangka bila kami akan mengalami keracunan”.
Emosi Wei Cheng sedikit meningkat mendengar kelakukan bodoh para muridnya “Sebelumnya telah kupesankan jangan sembarangan menyentuh ataupun memakan apapun yang ada di Hutan Hitam ini”
Han Feng yang mengkhawatirkan teman seperguruannya bertanya “Guru, bagaimanakah keadaan adik seperguruan?”
Melihat Han Feng yang tidak mengalami hal yang sama, Wei Cheng memperhatikan murid lainnya dan mengambil kesimpulan hanya tiga orang yang telah keracunan. “Racun telah merasuk hingga ke dalam organ tubuh mereka. Saya tidak mengetahui jenis racun yang mereka derita dan tidak memiliki penawar racun. Tidak ada yang dapat kulakukan untuk mereka”.
Melihat keadaan adik seperguruan yang kesakitan dan lemas, Han Feng menyadari bahwa racun yang mereka derita sangat ganas. “Tapi bagaimana dengan adik seperguruan? Bisakah kita membawa dan mengobati mereka setibanya di desa?”
Wei Cheng menggelengkan kepalanya “Kita tidak dapat membawa mereka. Sebaiknya tidak ada yang menyentuh mereka karena saya tidak dapat menjamin apakah racunnya dapat menular atau tidak”.
Sungguh terkejut murid yang terkena racun mendengar kata kata dari Guru yang selalu mereka hormati. Murid yang keracunan memohon “Guru, mohon jangan tinggalkan kami di sini!”
“Guru, mohon tolong kami dan pikirkan cara yang dapat membantu kami” tambah murid keracunan lainnya.
Melihat ketiga muridnya untuk terakhir kalinya, Wei Cheng berjalan terlebih dahulu dan meminta murid muridnya yang lain untuk mengikutinya. “Ayo, kita harus melanjutkan perjalanan tanpa mereka. Sebaiknya kita meninggalkan Hutan Hitam lebih cepat, saya tidak ingin kalian mendapatkan bahaya yang lain dari Hutan ini”.
Melihat adik-adik seperguruannya yang kesakitan karena keracunan, sungguh berat hati Han Feng untuk meninggalkan mereka begitu saja. Walau terasa berat, Han Feng terpaksa mengikuti gurunya dan memberikan kata perpisahan “Maafkan aku”.
Keesokan harinya di waktu tengah malam, Wei Cheng dan keempat muridnya keluar dari Hutan Hitam. Wei Cheng berdiri menatap kesunyian dan ketenangan desa disertai hembusan angin malam yang menyejukkan.
Begitu keluar dari Hutan Hitam, wajah sumringah Han Feng terlihat jelas. Han Feng memberi hormat kepada gurunya “Guru, kami akan menyiapkan tempat peristirahatan”.
“Saya memiliki sesuatu untuk kalian laksanakan” Wei Cheng melihat keempat muridnya “aku ingin kalian membakar desa ini”.
“Hmm..tugas apa yang dimaksud oleh guru?” Han Feng bertanya seakan tidak mendengar dengan jelas perkataan dari Gurunya.
“Di desa terdapat tumpukan rumput kering, aku ingin kalian mengambilnya dan letakkan di sekeliling rumah-rumah desa. Disaat bersamaan bakarlah desa ini” Wei Cheng menegaskan kembali keinginannya dengan jelas.
“Tapi guru.. warga desa semua sedang tertidur di saat ini. Hmm.. mereka hanyalah warga biasa yang tidak pernah menginjakkan kaki ke dunia persilatan. Apakah kita harus membunuh mereka semua guru?” Han Feng dengan sangat terkejut menyatakan keberatannya seolah tidak dapat mengenal gurunya saat ini.
“Aku tahu bahwa ini memang bukan hal yang seharusnya seorang ahli bela diri lakukan. Kitab yang kita temukan ini bukan hanya penting bagi perguruan tetapi sangatlah berbahaya. Dengan kitab ini kita dapat membawa Perguruan Gerbang Naga menjadi Perguruan terbesar di dunia persilatan. Tetapi kitab ini juga dapat menghancurkan perguruan kita bila ada yang mengetahui keberadaan kitab ini.” Wei Cheng menghela nafasnya seakan beban berat yang dipikulnya sungguh tidak tertahankan.
“Semua teman seperguruan kalian, seratus tiga puluh dua murid perguruan dan keluargaku beserta putriku Wei Yue tidak akan ada satupun yang akan selamat”.
Mendengar kata ‘Wei Yue yang akan dibunuh’, sungguh membuat hati Han Feng tergerak. Han Feng yang mengerti akan kekejaman dunia persilatan tentu mengerti maksud dari gurunya. “Kami mohon maaf Guru bila sebelumnya sempat goyah. Membunuh ratusan warga tidak bersalah bagaimanapun adalah tugas yang sangat berat”
Wei Cheng memegang pundak Han Feng seraya memberinya dorongan “Saya mengerti”.
Han Feng dan keempat teman seperguruannya melaksanakan tugas sesuai dengan arahan guru mereka. Setelah selesai melaksanakan tugasnya, Han Feng menghampiri gurunya “Guru, kami telah meletakkan rumput kering mengelilingi desa dan keempat adik seperguruan sudah siap di lokasinya”.
Wei Cheng yang sedari awal melihat persiapan yang dilakukan murid muridnya memberikan perintah “Laksanakan, bila ada yang melarikan diri maka bunuh semuanya”.
Tak lama kemudian, dikesunyian malam yang hanya diterangi sinar bulan dan hembusan angin malam yang sejuk terdengar suara jeritan-jeritan “Kebakaran Kebakaran”.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Qia Mamanya Alya
next
2024-09-25
0
Arif Alfian Aariz
sepertinya ada tujuan tersembunyi 🤔🤔
2024-09-22
1
Sam
kebaikan dbalas tuba
2024-09-21
1