bab 4

"He bangun woii, ada apa yah? bangun... ini hari minggu saatnya kerja bakti, jangan tiduran mulu luh, mentang-mentang tahanan baru. Maaf, maaf saya tidak tau. jangan banyak alasan ayo cepat bangun.!"

Pak sidik yang masi lelap dari tidurnya pun kaget dibangunkan dengan cara tiba-tiba. Ingin sekali rasanya pak sidik marah namun apa boleh buat ia seorang diri, takut nanti ia dikepung oleh tahanan lainnya.

pak sidik memilih untuk mengalah dari pada meladeni mereka nanti akan memperpanjang masalah.

Semua tahanan keluar membersihkan area lapas, lagi-lagi pak sidik mendapat perlakuan yang tidak sewajarnya.

" He orang tua sini loh, wah dia nggak nengok lagi budek apa yah?"

Pemuda itu nyamperin pak sidik dengan emosi karena merasa dipermainkan dengan pak sidik, tapi pak sidik sama sekali tak merasa bahwa dirinya di panggil.

"orang tua, budek apa tuli sih? Iya ada apa yah? Pake nanya lagi, saya sedari tadi panggil kamu teruss, kamu pura-pura tidak dengar ya? Saya dengar tapi saya tidak tau kalo saya yang di panggil, alla banyak alasan kamu yah sudah tua belagu lagi, ku tonjok nih."

" He ada apa itu kembali membersihkan"

Hampir saja pak sidik di tonjok, jika saja polisi tidak cepat menegur irfan mungkin pak sidik sudah babak belur sekarang.

Setelah mendapat teguran semuanya kembali tenang dan damai seperti semula, namun tidak bagi irfan, emosi irfan masih membara dirinya masi menyimpan dendam.

Di waktu yang sama dengan tempat yang berbeda, di rumah pak sidik kini putri telah bersiap berangkat ke sekolah.

"Mama putri berangkat kesekolah, iya sayang kamu hati-hati dijalan yah! Siap mah." ucap putri dengan begitu semangat.

Tak mengulur waktu putri salim pada mamanya, dengan waktu yang bertepatan ojek langganan putri datang, dan siap mengantar putri ke sekolah. Putri pun berangkat dengan ojek langganannya.

Setelah kepergian putri kesekolah, ibu dewi pun berangkat keladang. Sampai di ladang kini ibu dewi mulai memanen kentang yang sudah di taman oleh pak sidik sebelumnya, jadi sekarang ini, ibu dewi sisa memanennya dan menjualnya. Bahagia sekali rasanya ibu dewi hasil kebunnya buahnya banyak dan lumayan besar.

"Alhamdulillah... buah kentang lumayan Banyak YA ALLAH, kalo seperti ini putri bisa belajar bikin kue dan dan sebentar malam bisa makan enak dong kita, ya ALLAH terima kasih atas rezeki yang engkau berikan padaku.

Namun disisi lain nampaknya putri tak begitu bahagia sampai disekolah, satu sekolah semua menghujatnya yang teman-teman putri pada menjauhinya dan tidak mau lagi berteman dengannya, karena putri anak pencuri plus anak seorang narapidana.

"Noh... anak pencuri sudah datang, ucap salsa salah satu teman putri, apaan sih kalian jangan seperti itu sama putri kasian tau, he.. meta kamu masi mau membela putri, sedangkan ayah putri ini sudah mencuri hasil panen ayah aku, tapi bukan putri yang salah." ucap meta membela putri.

Walaupun kebanyakan teman putri yang menghujat, namun meta sahabat putri tetap membela putri.

"Put ayo kita masuk kelas, tidak penting ladeni mereka."

Putri tak menjawab meta, dia hanya menganggukkan kepalanya. Kemudian mengikuti meta masuk kelas.

Dengan waktu yang sama dengan tempat yang berbeda ada ibu dewi yang tampak kelelahan memanen semua hasil ladangnya, matahari semakin terik dengan usianya yang sudah berkepala 4 saat ini, membuat dirinya muda kelelahan dan tak banyak tenaga lagi untuk bekerja berat. Ibu dewi memilih untuk beristirahat sejenak.

"ya ALLAH belakangku rasanya sakit banget, apa ini faktor umur yah? Ya Allah jangan engkau ambil hamba terlebih dahulu, hamba tidak bisa membiarkan putri hamba hidup sendiri kesusahan." ucap ibu dewi meminta pada yang maha kuasa dengan rintihan air matanya.

Nampaknya adzan dzuhur sudah berkomandan, ibu dewi tak mau menunda shalat ia langsung bergegas berwudhu kemudian menunaikan shalatnya dengan khusyuk disertai dengan doa.

Setelah menunaikan shalat ibu dewi memandang langit yang begitu cerah disertai matahari yang begitu terik hingga rasanya ibu dewi tak mampu melanjutkan panennya. Ibu dewi melanjutkan istirahatnya dan membaringkan badannya sejenak di rumah kecil itu.

Kini tak terasa jam dinding pun berlalu dengan singkatnya, waktu sudah menunjukkan pukul 02:00 siang hari. Bel sekolah pun berbunyi menandakan semua siswa-siswi sudah bisa pulang.

"Putri, kamu pulang naik apa? aku naik ojek, ada apa? Bareng aku aja yuk." ucap meta menawarkan tumpangan motor pada putri.

"Meta hati-hati loh, ingat kata pepata buah tidak jatuh jauh dari pohonnya, putri kan anak pencuri tu, bisa jadi putri juga pencurik, nggak takut kamu kalo barang-barang kamu dicuri putri. Ucap salsa dan teman-temannya.

"Apaan sih kalian, putri itu bukan pencuri... kalo kalian tdk suka dengan putri itu urusan kalian, tapi jangan perna hina putri."

Meta tak terima jika sahabatnya dihina, emosi meta meluap. Namun putri dengan cepat menenangkan meta.

"Meta sudah, buat apa sih kita ladeni mereka tidak ada gunanya mereka juga tidak akan percaya, tapi put mereka sudah menghina kamu, meta.. Sudah, terserah mereka mau bilang apa." Ucap putri pada meta

Omongan putri masuk di akal meta, jadi tampa berlama-lama meta dan putri meninggal salsa dan teman-temannya.

Di perjalan kekepoan meta mengenai ayah putri semakin meluap." Put, iya meta? Kamu tidak mau yah cerita soal ayah kamu?"

Putri terdiam sejenak, kemudian menjawab meta. " Cari tempat yuk, oke deh." ucap meta.

Beberapa menit keliling akhirnya tiba di sebuah taman yang ditumbuhi pepohonan yang besar hingga menghasilkan udara yang sejuk.

"Kita cerita-ceritanya disini aja yaa, kayanya tempatnya mendukung deh, iya sepertinya." jawab putri dengan senyum lebar.

"Put, apa benar ayah kamu dipenjara karena mencuri hasil panen masyarakat? Jujur yah meta aku bingung banget apakah itu benar atau tidak? tapi perasaan aku mengatakan bahwa ayah itu tidak bersalah, tapi disisi lain menunjukkan kalo ayah bersalah, aku bingung banget sumpah." Ucapnya putri sambil menangis.

"Kamu yang sabar yah put, kalo difikir-fikir yah om sidik nggak mungkin lakuin itu, keliatannya om sidik org baik-baik, tapi kalo memang om sidik tidak bersalah, wah parah tu orang yang fitnah om sidik. Tapi menurut kamu nih put, kira-kira siapa dibalik semua ini? "

Sejenak putri nampak berfikir, "apa ia ada orang yang setegah itu dengan ayah?"

"Woi put, kok melamun sih? Eh meta maaf aku lagi berfikir apa ia ada orang yang tega memfitnah ayah? Iyalah put didunia ini apa yang tidak bisa coba? Iya juga sih, tapi bagaimna yah caranya cari tau pelakunya? Aduhh put tolong jangan membuat aku berfikir hal sekeras ini, aku pusing" ucap meta mengeluh pada putri.

"Ya ela kamu, baru segitu aja sudah pusing, masalahnya put ini bukan tugas sekolah ini masalah org besar, ucap meta.

"Iya juga sih, kalo difikir tu yah kepala tu kayanya mau pecah tau nggak sih, iya udah deh kita pulang aja yuk, laper gue mau makan." ucap putri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!