Aku bergegas bangkit dan berlari ke arah kamar mandi.sedangkan kevin sendiri langsung berlari ke arah pintu untuk menghampiri pa RT.
debaran jantung ku tak karuan, bagaimana jika Pa RT mengetahui keberadaan ku di rumah ini, bisa-bisa tamat riwayatku.
sama terdengar Kevin dan pak RT berbincang, sesekali mereka terbahak. entahlah apa yang mereka bicarakan. di dalam kamar mandi suara mereka tak terlalu jelas, karena itu aku tak bisa mendengar percakapannya.
selama menunggu, aku memilih duduk di atas kloset duduk. rasanya panas sekali dalam sini, keringatku langsung bercucuran, Untung saja ada tisu di atas swasta Pur sehingga aku bisa menengah keringat.
hampir setengah jam lamanya, suara pak rt tidak terdengar lagi. aku pun ingin segera keluar dari kamar mandi. namun saat membuang tisu di tempat sampah, kulihat ada bekas pembalut di dalamnya.
"loh, ada pembekas pembalut? punya siapa ya? jangan-jangan ada wanita yang tinggal "gumanku.
klik
Tiba tiba pintu di dorong dari luar,Kevin nampak berdiri di depan pintu,ia memberi kode dengan menggerakkan kepala y agar aku keluar,aku yang hafal langsung keluar dari kamar mandi.
"rumor tentang mu sudah beredar,sebisa mungkin kau harus menyakinkan warga sekitar bahwa kau bekerja di sini.satu lagi ,tak usah rubah penampilan mu. hanya baju,tapi wajah mu uga"
"pikir saja sendiri, banyak warga yang melihat penampilanmu tak sekumal waktu itu"
"aku hanya mandi saja, mas, serta mengoles skin care,yang kamu beli di tempat spa waktu itu. masah tetangga aku mulai curiga?"
Kevin tak menjawab, sikapnya kembali berubah pendiam. keinginanku untuk mempertanyakan soal pembalut itu,seketika karena kedatangan pak RT yang mendadak aq jadi lupa untuk menanyakan . rona wajahnya yang tak bersahabat, daripada menambah masalah aku memilih diam.
tak lama berselang, Kevin minta aku pulang. soal ATM yang akan ku gunakan kembali ia pun tak menjawab. disaat seperti ini kekaguman kepada Kevin langsung sirna aku paling tidak suka jika ia memintaku pulang seperti ini, rasanya ia mengusirku secara halus. dia menggunakan hijrah sebagai alasannya, padahal aku tahu bukan itu alasan ya sebenarnya.
ketika melewati pagar rumahnya, aku melihat bungkusan sangat aku hafal, terbuang di dalam tempat sampah ."ya Tuhan. ini makanan yang kuberikan, dan Kevin membuang ya !"lirihku.
padahal aku sudah masuk susah payah, segampang itu dia membuang ke tonk sampah, aku tak akan membawakannya bekal, sedih sekali melihat makanan kita dibuang begitu saja. mungkin bagi Kevin makanan seperti itu tak cocok di lidahnya.ah, laki-laki itu selalu aja bisa membuatku kagum dan benci bersamaan.
Sore harinya, sesuai permintaan budi dan Pa RT mengajak untuk menemaninhijrah di rumah sakit daerah. pak RT meminjam mobil operasional desa, sehingga bisa menghemat biaya operasional. jujur, saat ini hatiku gelisah tak karuan. ada rasa tak tenang karena insiden di rumah Kevin hari ini. tepatnya, aku penasaran dengan jati diri laki-laki itu.
"tadi siang pak RT habis dari mana ya? kebetulan saya lagi di warungnya Bu nilam"tanyaku basa-basi.
"oh itu, Saya habis data penduduk warga Baru"
"warga Baru?"aku pura-pura tak tahu, sekalian menelisik soal teguran Kevin. apa benar warga di sekitarku mulai curiga.
"iya, keluarganya mas Kevin, yang rumahnya dekat persimpangan"
"oh, kebetulan saya nggak tahu, kalau rumahnya saya tahu sih"
tak ada perbincangan lagi dari pak RT begitupun istrinya, ingin sekali aku menanyakan hal yang lebih jauh. namun aku takut membuat mereka curiga. akan tetapi satu hal yang aku tahu, ternyata apa yang diucapkan Kevin itu tidak benar, nyatanya pak RT dan Bu rt tak sedikitpun menyinggung perbincangan ke arah sana. hal ini tentunya membuatku semakin bertanya-tanya.
setibanya di rumah sakit, kami semua langsung menuju ke ruang perawatan. pak RT yang sudah mendapat kabar dari mas Budi menuntun kami semua. saat kami memandang memasuki di ruangan di mana hijrah Tengah dirawat, aku berpapasan dengan seorang wanita. kami sempat saling menatap hingga akhirnya dia lebih dulu menurunkan kedua tangan. siapa wanita ini? dari penampilannya sepertinya dia bukan wanita biasa, wajahnya agak bersinar, terlihat natural tanpa olesan makeup. tak ada kata pun terucap, karena dia melewatiku begitu saja. kepala hijrah yang sudah nampak agak baikan.
"anak mama sudah ceria banget"
"mama..... adik mau pulang!"seru hijrah. segera aku menghampirinya, memeluk ya dan duduk di atas ranjang. mas Budi terus memperhatikan pergerakanku, meskipun ia telah berbincang dengan pak RT, namun sesekali matanya melirik ke arahku.
"jadi gimana Bud, hijrah sudah bisa dibawa pulang?"tanya bu RT.
"kayaknya sih belum Bu, jadwalnya besok dia akan di rontgen dulu. oh ya, surat keterangan tidak mampu sudah dibuatkan?"
"sudah kok, ini saya bawa"
pa rt menyerahkan sesuatu kepada Budi, lelaki itu akhirnya menerima selembar kertas dan memberikan nya ke bu RT. kulihat gurat lelah terpancar di wajahnya namun semenjak insiden kemarin hingga sekarang kami berdua belum terlibat lagi percakapan.
"kira-kira biaya hijrah berapa ya mas?"
akhirnya kau memberanikan diri untuk bertanya, tepatnya mau mulai percakapan. mas Budi mendongakkan kepala menatapku.
"kamu nggak usah pikirkan hal itu, semua ini tanggung jawabku balasnya. mas Budi akhirnya bangkit dari tempat duduk, kemudian berpamitan untuk keluar dengan pak RT. sedangkan aku dan bu RT memilih tetap tinggal di ruangan menemani hijrah,
tak lama berselang, pak RT dan Budi kembali, karen hari sudah malam pak RT mengajak kami untuk pulang.
"din, kamu mau tinggal di sini apa ikut pulang lagi sama kita?"tanya Pak RT.
"Dina malam ini biar tinggal sama saya aja, kebetulan besok saya mau urus bpjs-nya buat hijrah"mas budi yang menjawab.
bagaimana ini, kalau sampai aku menginap di rumah sakit, pastinya aku tidak bisa menemui Kevin.
"iya kan mas?"mas Budi menatapku.
"kalau begitu, biar intan sama saya aja, kasihan kalau harus ikut menginap di rumah sakit. intan mau yang nginep di rumah ibu?"
intan yang sudah dari tadi menemani adiknya tak menjawab ajakan bu RT. sepertinya aku bisa menjadikannya alasan supaya tidak bisa menginap di sini.
"gimana,mas? intan kayaknya nggak mau nginep di sini deh. atau biar aku yang urus-urus bpjs-nya aja, kamu yang jagain hijrah!"
kening mas Budi nampak berkerut, aku tak berani memandang ya lama-lama sehingga aku langsung menatap ke arah lain.
"aku dan intan nggak bawa baju ganti, malah yang ada bawa baju kamu ke sini. besok biar aku yang gantian jagain hijrah di sini
mas Budi akhirnya menarik tanganku, iya memboyong tubuhku agar menjauh dari semuanya.
"aku sudah kerja sekarang Din. jadi kita harus gantiin jaga hijrah"
"masalahnya bukan begitu, untuk malam ini saja kamu yang jaga besok aku yang jagain hijrah gimana?"
memangnya ada apa sih, sampai kamu nggak mau nemenin hijrah di sini?"
"kata siapa, mas? memangnya kamu aja yang kerja, aku juga sama. semenjak kamu pergi kerja, aku juga kerja di rumah tetangga. makanya aku sampai kecolongan waktu"
"dan aku sudah bilang, biar aku yang kerja!"
"tapi aku juga nggak bisa nungguin kamu terus mas? kamu nggak tahu aja pas token listrik habis, beras habis, sedangkan uang yang kamu tinggalkan itu nggak cukup kemana-mana. untuk malam ini saja, soalnya besok pagi aku harus bertemu dengan majikanku sekalian izin. jam 09.00 pagi aku janji ke sini. lihat intan aku nggak mungkin biarin dia menginap di rumah sakit. dia juga pasti nggak mau dititip ke bu RT"
lama berdebat, mas Budi langsung meninggalkanku. dan kembali berbincang dengan pak RT.
"gimana? intan mau ikut sama kami?"nggak Pa rt biar Dina dan dan intan pulang saja"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments