BAB 12

"tolong nikahin aku,bud aku ingin disisa hidupku merasakan sebuah kebahagiaan berumah tangga"ujar yulia tanpa jeda.

"Kamu bercanda kan Yul?"

"aku serius. aku hanya ingin menikah dengan laki-laki yang aku mau, dan itu kamu"

"maaf bukannya aku nggak mau nolong, tapi permintaan itu nggak mungkin aku turuti, Yul. aku sudah menikah, bahkan sudah memiliki anak. kita berdua berpisah hampir 10 tahun lamanya, harus kamu tahu kehidupanku sudah banyak berubah"

"tak apa, aku bisa menjadi yang kedua., hal ini nggak bakalan lama, mungkin hanya beberapa bulan saja sebelum ajal menjemputku.

"Yul, menikah itu bukan permainan. aku sebagai suami mempunyai tanggung jawab besar terhadap istriku. jangankan mendua, Yul. hidupku saat ini saja sangat sulit. aku hanya seorang kenek sopir truk. penghasilanku tak menentu hutangku banyak, aku bukan Budi yang kamu kenal sebagai anak orang kaya. setelah menikah, aku tak lebih hanya menjadi pecundang!"

"iya, pecundang. karena sampai detik ini aku belum bisa membahagiakan keluarga kecilku"

"kita bisa saling membantu, bud aku punya banyak usaha, mungkin bisa merubah kehidupanmu dan keluargamu, asalkan, kamu mau menemaniku itu saja"

aku terdiam sesaat, kegamangan muncul begitu saja.

apa mungkin ini cara Tuhan mengeluarkan kehidupanku dari jerat kemiskinan. apalagi Yulia bukan orang asing di kehidupanku. ah, kenapa aku ini. mana mungkin aku menghianati Dina hanya karena uang semata. ini bukan pertolongan melainkan godaan. saat ini aku sudah mendapatkan pekerjaan, untuk apa aku mencari jalan pintas nantinya akan menyakiti Dina

"maaf yul. sekali lagi aku tak bisa menolong...."ucapku pelan. Yulia membuang muka ke arah lain, ada sebuah senyum yang ia paksa. aku tahu dia pasti kecewa menerima penolakanku.

"maaf,. aku tadi terbawa suasana. hanya karena penyakitku ini, aku menjadi selalu memaksakan. iya, harusnya aku tahu bahwa kamu memang tipikal laki-laki setia. beruntung sekali istrimu"

"aku tak sebaik yang kamu pikirkan. bahkan istriku sering meneteskan air mata karena ketidakberdayaan ku. sudah malam, kamu mau menginap di sini atau pulang ke rumah? soalnya aku harus balik lagi ke kerja. lebih baik kamu telepon keluargamu untuk menemani"

di tengah perbincangan, tiba-tiba saja hujan turun cukup keras, suara petir dan kilat menggelegar. perasaanku mencari tak tenang, apalagi jam sudah menunjukkan tengah malam aku sudah terlalu lama meninggalkan pekerjaan.

"aku di sini aja Bud. Kamu yakin mau balik ke kerja? emangnya tempat kerja kamu di mana?

"di penggalian situsari. lumayan jauh dari sini"

"besok saja. aku antar, malam ini lebih baik temani aku di sini, soal obrolan tadi lupakan saja"

ya, mana mungkin aku bisa pergi sedangkan uang sepeserpun aku tak memiliki, jika tak diantar Yulia mana mungkin aku bisa kembali ke tempat pekerjaan. akhirnya aku memutuskan untuk menemani Yulia

...****************...

keesokan harinya aku terbangun dan mendapati Yulia sudah tak ada di ranjang perawatan. aku terkesiap saat melihat jam dini sudah menunjukkan angka 8.

"sudah bangun?"

"sudah barusan aku baru urus administrasi, kenapa memangnya?"

"bisa kita pergi sekarang, aku sudah terlambat"

tanpa berbasa-basi akhirnya kami pun keluar dari klinik tersebut. wajah Yulia masih sedikit pucat, sehingga aku yang memutuskan untuk membawa kendaraan. sepanjang perjalanan kami berdua saling diam, sedangkan pikiranku dipenuhi kecemasan. aku takut keputusanku menginap tadi malam akan berimbas kepada pekerjaan.

setibanya di lokasi penggalian, kebetulan aku berpapasan dengan mobil kevin yang hendak keluar. sepertinya kevin hendak pergi karena mobilnya sudah penuh dengan muatan.

"kevin!"teriakku. Ratna menoleh, dan menepikan kendaraannya. aku pun sama langsung menepikan mobil Yulia. tanpa basa-basi aku langsung keluar dari mobil Yulia dan menghampiri kevin. namun, kevin tak sendirian, ada seseorang yang kini di sampingnya.

"duh,Bud. maaf saya disuruh ganti kernet baru, semalam. saya ke bagian muatan tapi nggak ada yang muat, makanya dicariin yang baru sama Mandor. nungguin kamu kelamaan, padahal saya nunggu sampai jam 12 malam.

"terus, saya gimana dong,man.?

"kurang tahu saya, yang jelas tadi malam mandor marah banget. ya udah ya, Saya berangkat dulu lagi ngejar target!"

sesak ku rasa saat kevin berpamitan Dan beranjak,pergi. bagaimana ini?, apa mungkin aku harus kehilangan pekerjaan lagi. disaat hati Tengah gelisah, panggilan Yulia membuyarkan lamunanku. pertanda minta aku menghampirinya.

"maaf Yul, kamu bisa bawa mobil sendiri?"

Yulia menggelengkan kepala, akhirnya mau tak mau aku harus mengantarkannya. aku kembali duduk di bangku kemudi, namun tiba-tiba saja tangan Yulia menahanku.

"Daripada sesuatu yang terjadi?

"aku berhenti lagi"

"apa? jadi kamu berhenti gara-gara aku?"

"bukan, ya sudah di mana alamat kamu?"

"Budi, kalau kamu berhenti dari kerjaan, kamu bisa kok kerja di tempat aku. anggap saja sebagai ganti gara-gara kejadian ini. tolong kali ini jangan menolak?

"nggak usah, Yul. aku bisa carik kerjaan di tempat lain"

"enggak, Bud, ini semua salah aku, aku mesti bertanggung jawab. jangan sangkut pautkan dengan obrolan tadi malam. ini beneran aku nawarin kerjaan, kebetulan di tempatku ada lowongan"

aku menoleh ke arah Yulia, tak bisa dipungkiri aku memang membutuhkan pekerjaan. namun, ada rasa sungkan karena obrolan tadi malam.

Budi?"

"boleh kalau begitu"

akhirnya aku pun mengikuti Yulia, dia mengarahkanku ke salah satu tempat usahanya. Yulia memiliki pabrik alat kecantikan di tempat produksinya aku ditempatkan.

"ini masih CF, bukan pabrik besar. baru aku rintis selama 1 tahun ke belakang. pekerjaannya pun hanya sekitar 50 orang. di sini belum ada pengawas serta penanggung jawab, selama ini aku masih bolak-balik ke tempat yang lain ,ini free milik aku sendiri,

kedua orang tuaku belum ada yang mengetahui. aku belum bercerita ke mereka karena usaha ini masih terlalu dini"

"hebat! tapi, apa kamu yakin mau mengembangkan tanggung jawab itu sama aku?"

"sejauh ini, hanya kamu yang bisa aku percaya. entalah, padahal kita baru saja bertemu.

mungkin karena dulu kita pernah dekat, jadi banyak aku sudah hafal karakter kamu. saat ini tugas kamu tinggal membuktikan apa pilihan aku itu tepat atau tidak, tergantung kamu"

melihat bagaimana Yulia bersikap saat ini, keraguanku memudar. saat ini kami benar-benar membahas profesionalitas pekerjaan. coba di gedung produksi, Yulia mengajakku berkeliling meskipun sesekali aku harus memapanya karena mengingat kondisi Yulia yang masih lemah, para karyawan menatapku kebingungan, pasalnya penampilanku saat ini jauh dari wibawa seorang pengawas, sendal jepit kaos sparta dan dipadankan celana jeans yang sudah memudar warnanya.

"di samping gedung ini ada mesh hanya satu kamar. dulu ditempati oleh security namun setelah dia menikah,mess itu tidak ditempati lagi. Kamu bisa tinggal di sana, ada motor juga yang bisa kamu gunakan. soal pakaian besok kamu wajib pakai seragam. aku sudah menyediakannya. oh ya, nomor ponselmu berapa?"

"aku nggak punya, Yul?"

"apa serius!

"iya serius!_

ya sudah, kayaknya di mobil ada ponsel yang aku yang nggak kepakai deh, nanti kamu pakai aja, supaya kalau ada yang mau kamu tanyain bisa gampang komunikasinya"

Terpopuler

Comments

Fina afriani

Fina afriani

kosa kata berantakan dan tidak beraturan. ...harap diteliti lg, syng bngt ceritanya sngt bgus tp buruk dipenulisan

2024-10-11

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!