Aga masih sibuk bercerita kepada kakeknya perihal darma wisata yang dilakukannya beberapa waktu yang lalu. Antusias anak itu belum usai dalam menceritakan tempat yang dikunjungi. Terlebih hewan-hewan yang ia lihat itu diceritakan satu per satu kepada kakeknya.
" Bagus lho Tek, bulungnya tantik, warna warni, ada yang ketil ada yang besaaal. Ughh Aga pengen kesana lagi, ada halimau juga."
Pram tersenyum sambil berkata iya, oh, waah setiap cucunya bercerita. Tapi sungguh ia merasa senang karena Aga terlihat bahagia setelah darma wisata kemarin.
" Ayoo udah ceritanya, sekarang saling sama Kekek, kita harus let's go ke sekolah." Setelah libur sudah dua hari Aga kembali ke sekolah. Dara sudah menyiapkan keperluan Aga.
" Iya Ibu, ini juga udah siap tok," ucap Aga sambil menenteng tas sekolahnya.
Setiap hari jika tidak ada keperluan Dara akan mengantar putranya. Dan ketika pulang dia Aga akan dijemput ojek langganannya yang memang Dara pinta untuk khusus menjemput Aga. Ayahnya yang memiliki keterbatasan pada kaki membuat Dara tidak tega jika harus meminta tolong untuk menjemput Aga.
Dengan mengendarai mobil sederhana, Dara berjalan lebih pagi agar tidak terkena keramaian jalanan. Ia juga membekali putranya dengan car seat agar lebih aman dan nyaman dalam berkendara.
Tidak butuh waktu lama untu Dara sampai di sekolah. Ia juga selalu mengantarkan Aga tepat di depan kelas dan menitipkan Aga pada gurunya.
Wajah putranya tidak lagi mendung dan juga tidak bertanya lagi jika ada temannya yang diantar oleh ayahnya.
" Maaf ya Bu Dara, saat kemarin pengambilan rapot saya lupa menyampaikan. Di sekolah beberapa waktu ini kok Mas Aga nya suka sendirian, dan murung."
Degh!
Dara pikir Aga sudah baik-baik saja, tapi ternyata tidak. Nyatanya di sekolah Aga masih suka menyendiri dan murung, padahal jika di rumah anak itu tidak bersikap demikian. Atau mungkin saja Dara yang tidak tahu. Tapi sejauh ini sepengetahuannya semua berjalan dengan baik.
" Apakah sampai sekarang Aga masih sering begitu Bu Guru?"
" Mohon maaf Bu Dara, sayangnya iya."
" Baik Bu, terimakasih untuk informasinya. Saya akan memberikan afirmasi positif kepada Aga saat di rumah. Saya mohon untuk membantu Aga di sekolah ya Bu."
Dara pamit undur diri, ia sedikit kepikiran dengan putranya. Tapi dara kali ini harus fokus ke pekerjaannya dulu baru nanti jika sudah di rumah ia akan berbicara kepada Aga.
Di sekolah, Aga benar-benar tidak mau bergabung dnegan temannya saat bermain. Dia memilih bermain sendiri di pojokan. Jika ada temannya yang datang, dia menyingkir ke tempat lain yang tidak ada siapapun.
Bu Guru Aga yang bernama Bu Vira yang merupakan wali kelas Aga pun datang mendekat. Ia mengambil tempat duduk di sebelah Aga, dan memeluk anak itu dengan lembut.
" Mas Aga kenapa kok ndak mau main, apa sedang tidak enak badan?" Bu Vira memulai percakapan. Mengambil hati anak-anak itu susah susah gampang. Dan kasus Aga ini memang terkadang sulit tapi bukan berati tidak bisa sama sekali.
" Nda apa-apa Bu Vila, Aga lagi ngga pengen aja." ucap Aga datar tanpa senyum. Namun Bu Vira tidak menyerah. Ia berusaha mengajak salah satu muridnya untuk berbicara. Anak seusia itu butuh untuk di dekati dan terus diajak berbicara agar isi hatinya keluar.
" Aah alhamdulillah kalau Aga nggak sakit. Sebenarnya Aga lagi pengen apa sih, coba bilang ke Bu Vira biar Bu VIra nanti bilang sama ibunya Aga."
Diam, anak itu malah semakin diam dan menutup rapat mulutnya. Dan tidak lama kemudian anak itu meneteskan air mata tanpa bersuara. Bu VIra sedikit terkejut, ia lalu memeluk Aga dan menggendongnya dan dibawa keluar untuk ditenangkan.
Bu Vira tidak bicara lagi dia hanya memeluk Aga dan mengusap punggung anak itu dengan lembut. Bu Vira menunggu hingga Aga selesai dengan tangisnya.
" Hiks, Aga pengen punya ayah sepelti teman-teman Bu vila, Aga ndak punya ayah, Aga juga pengen punya ayah yang bisa antel Aga setolah. Huwaaa!"
Akhirnya tangis yang sebenarnya pun pecah. Sebagai guru, Bu Vira jelas tidak tahu perihal kehidupan pribadi keluarga murid-muridnya. Tapi yang Bu Vira tahu mengenai penjelasan singkat ibunya Aga,bahwa mereka sudah berpisah seja lama.
Bisa guru tersebut simpulkan bahwa Aga sama sekali tidak pernah melihat dan tahu keberadaan ayah kandungnya.
Mendengar hal tersebut dari mulut anak sekecil itu membuat Bu Vitra terenyuh. Ia tidak kuasa menahan air matanya yang sudah hampir jatuh. Namun tentu saja dia harus lebih tegar agar Aga tidak berlarut dalam kesedihan.
" Aga sayang, Nanti Aga pasti akan bertemu dengan ayahnya Aga. Sekarang Aga mainan dulu aja ya. Tuh teman-teman semua nunggu bermain sama Aga. Teman-teman pasti sedih kalau lihat Aga nangis."
Tidak ada sahutan dari anak itu, tapi Bu Vira tetap kembai membawa Aga untuk masuk ke kelas. Alhasil seharian dikelas mood Aga tetap tidak pulih sama sekali.
Teeeeeet
Jam pulang sekolah pun tiba, Bu Vira terkejut saat melihat Dara menjemput Aga, karena biasanya Aga dijemput saa tukang ojek langganan. Mungkin mengetahui mood putranya yang masih buruk, Dara memutuskan untuk izin lebih awa dari tempatnya berkerja.
" Maaf ya Bu Vira kalau hari ini Aga sedikit moody," sesal Dara.
" tidak apa-apa Bu Dara, namanya juga anak-anak. Mungkin saat ini Aga memang sedang butuh perhatian lebih dari Ibu."
Dara mengucapkan terimakasih, ia lalu menggendong Aga untuk pulang. Bisa ia lihat bahwa mata putranya itu sembab, dan Dara tahu kalau Aga baru saja menangis. Tapi Dara tidak ingin menanyakan hal tersebut, terlebih Aga masih terlihat diam saja.
Melihat sebuah mini market di samping jalan, Dara memutuskan untuk menghentikan mobilnya. Ia lalu mengajak Aga untuk turun. Sudah lama dia tidak memberikan ice cream untuk Aga karena memang dirinya membatasi sang putra mengonsumsi makanan manis termasuk ice cream. Tapi kali ini dia akan memberikan toleransi.
" Aga boleh ambil ice cream, bebas mau yang mana aja. Tapi cuma boleh satu."
Mata bocah 4 tahun itu berbinar, tanpa berkata apapun lagi ia langung memilih ice cream yang ia inginkan. Setelah itu ia berjalan menyusuri setiap sisi yang ada dalam mini market tersebut. Dan Dara juga sekalian untuk membeli barang keperluan di rumah yang sudah habis. Tapi sebelumnya ia sudah mengatakan kepada Aga untuk mencarinya jika selesai memilih ice cream yang ia inginkan.
Aga terus berjalan sambil bernyanyi, tanpa sadar tubuhnya menabrak seseorang. Aga melihat dari bawah ke atas, dan ia takjub melihat pria itu. Pria tampan dan juga keren bagi mata Aga.
" Eeh maap ya Om, Aga nda sengaja."
" Nggak apa-apa Nak, Om juga nggak kenapa-kenapa kok. Mana orang tuamu?"
Pria itu berjongkok dan membantu Aga mengambil Ice cream yang terjatuh. Dengan senyuman manis dari pria itu membuat Aga juga ikut tersenyum.
" Om ganteng, mau jadi ayah Aga nda. Aga nda punya ayah. Oh iya Ibu Aga tantik lho Om."
" Hahaha, anak ini lucu."
Tap tap tap
Suara langkah kaki mendekat kepada dua pria berbeda usia itu. Sebuah kata maaf terucap dari bibir orang itu perihal putranya yang sedikit sembarangan dalam berjalan. Namun ketika sang pria mendongak, dan mata mereka bertemu, kedua orang dewasa tersebut sama-sama terkejut.
" Kamu, ini anak kamu?"
" Ma-maaf, maafkan saya. Permisi!"
Sraak
Drap drap drap
Dara berjalan cepat bahkan menaruh semua barang yang ia beli. Awalnya ia juga ingin mengembalikan ice cream yang sudah dipegang oleh Aga, tapi tidak ia lakukan. Dara mengambil selembar uang dua puluh ribuan dan berlalu dengan cepat.
" Dara, akhirnya aku menemukanmu."
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Ima Kristina
mungkinkah pria itu masa lalu dara juga tapi sepertinya dia ada rasa untuk Dara
2025-02-09
0
Nanik Kusno
Siapa om ganteng ini???
2024-12-25
0
Eli Elieboy Eboy
𝚜𝚒𝚊𝚙𝚊 𝚔𝚒𝚛𝚊𝟸 𝚜𝚘𝚜𝚘𝚔 𝚜𝚒 𝚘𝚖𝟸 𝚐𝚊𝚗𝚝𝚎𝚗𝚐
2024-10-08
0