" Kapan kamu mau nikahin aku Mas? Ini udah tahun keberapa kita sama-sama, tapi kamu cuma ngegantung aku kayak gini!"
Pekikan suara wanita menggema di sebuah rumah. Dia baru saja bangun dari tempat tidurnya namun sudah terlihat sangat marah. Bukan tanpa alasan wanita itu marah besar. Selama ini hubungannya hanya ditangguhkan dan tidak ada kejelasan.
Erika Ikhsana, wanita berusia 28 tahun sudah lama jadi kekasih dari pria yang ia cintai. Namun hingga saat ini pria itu belum juga memberi kepastian akan hubungan mereka.
" Erika, please jangan kayak gini apa. Aku pusing pagi-pagi kamu udah teriak-teriak. Emang mending Dara, dia nggak pernah teriak ke aku."
Plak!
Sebuah tamparan mendarat di pipi Davka. Erika selalu kesal setiap pria itu membawa nama mantan istrinya. Bahkan tidak jarang Davka akan membandingkan Erika dengan wanita yang sudah lama diceraikannya itu.
Erika jelas tidak terima, dia merasa dirinya jauh lebih baik dari wanita yang bernama Dara. Jika bukan begitu Davka tidak akan meninggalkan wanita itu demi dirinya. Itulah hal yang ia yakini hingga saat ini.
" Jangan keterlaluan kamu Erika!" pekik Davka sambil mengusap pipinya yang terasa panas.
" Kamu yang keterlaluan Mas, kamu! Kamu beneran brengsek Mas!"
Erika terus memukuli dada Davka sambil menangis tersedu-sedu. Rasa marah dan kecewa semuanya bercampur jadi satu dan akhirnya meluap seperti sekarang. Sudah berkali-kali seperti ini, tapi Davka sama sekali tidak segera meningkatkan hubungan mereka dari berpacaran menjadi pernikahan.
Greeb
Tubuh Erika dipeluk yang oleh Davka masih bisa meronta namun tidak sekuat tadi. Tertinggal tangis yang terisak-isak. Davka juga mengusap dan mencium rambut Erika dengan lembut sehingga membuat wanita itu kembali tenang.
Namun tatapan mata Davka hanya datar, ia merasa bingung juga tidak tahu harus bagaimana dalam menghadapi Erika. Wanita itu bukannya baru sehari, seminggu, sebulan ataupun setahun bersamanya, namun sudah bertahun-tahun. Tidak dipungkiri bahwa waktu itu Davka memang menjanjikan pernikahan, namun entah mengapa setiap Erika membahas pernikahan, Davka selalu menghindar. Bahkan rasanya ia enggan untuk itu. Akan tetapi kali ini sepertinya Davka tidak bisa lagi menghindar.
" Maafkan aku Erika, ayo kita bicarain ini dengan kepala dingin. Setelah tugas luar kota ku, kita bicarakan itu oke?"
Shaah
Erika menatap wajah Davka dengan dalam. Ia mencari kebenaran pada mata pria itu, pria yang sudah jadi kekasihnya selama ini, pria yang sudah ia berikan segalanya dalam hidupnya, pria yang sangat ia cintai. Ia melihat kedalam, menyelami hati pria itu melalui tatapan matanya, meskipun belum sepenuhnya tapi sebuah kejujuran dan kebenaran bisa Erika rasakan.
" Janji? Jangan bohong lagi ya? Kapan kamu berangkat keluar kota nya?"
" Lusa sayang, paling 3 hari aku pergi. Setelah itu ayo kita bicarain pernikahan kita."
Senyum terukir di bibir Erika, ini adalah penantian lama. Penantian bertahun-tahun yang sangat ia impikan dan sebentar lagi akan jadi kenyataan. Tapi seketika senyuman itu redup ketika ia mengingat kata-kata dari Davka tadi. Perihal mantan istri yang kembali disebut setiap mereka adu mulut.
" Mas, boleh aku minta sesuatu. Please, jangan sebut wanita itu saat kita bersama. Bukankah kamu udah ninggalin dia, lalu buat apa kamu nyebut-nyebut nama dia lagi?"
" Ya ya, oke."
Lain di mulut lain pula di hati dan pikiran. Davka memang berkata seperti itu, menyetujui permintaan Erika untuk tidak menyebut nama Dara. Namun yang terjadi, selama beberapa minggu ini dia malah teringat akan mantan istri yang lama ia tinggalkan itu. Otaknya selalu membayangkan senyum dari si mantan istri.
" Hari ini kamu pulanglah dulu Erika, aku mau istirahat. Hari ini banyak banget kerjaan jadi aku lumayan capek."
" Oke Mas kalau gitu, besok pagi aku akan datang buat bawain kamu sarapan."
Cup
Erika mengecup singkat bibir Davka dan segera meninggalkan rumah pria itu. Dia memang terkadang menginap di sana, namun jika Davka memintanya untuk tidak tinggal maka ia pun akan pulang. Lagi pula memang seperti itu lah Davka, ia sudah tidak asing lagi. Bahkan dulu ketika pria itu masih menjadi suami orang, Davka juga lebih suka berada di luar dari pada di rumah bersama istrinya.
Selama perjalanan pulang, Erika terus berpikir mengenai perubahan Davka. Meskipun dari luar dia tidak menunjukkan kecurigaannya tapi dibelakang wanita 28 tahun itu jelas merasa khawatir.
Davka biasanya tidak pernah menyebut nama mantan istrinya. Namun memang akhir-akhir ini dia selalu mengingat wanita itu, Dara Neana Pramesti wanita yang pernah ada di hidup Davka. Meskipun hanya dua tahun namun mereka pernah menjadi pasangan suami istri.
Rasanya Erika masih tidak terima perihal ini. Wanita itu pernah memiliki Davka, namun dirinya belum hingga saat ini. Status kekasih tentu bukanlah klaim sebuah kepemilikan kecuali mereka sudah menikah.
Erika kembali mengingat masa lalu, dirinya, Devka dan Dara berasal dari lingkup pekerjaan yang sama. Ia yang sudah menyukai Davka dari lama harus menelan kekecewaan dan sakit hati yang mendalam saat Davka dekat dengan Dara dan akhirnya memutuskan untuk menikah. Harapannya menjadi pupus, namun tak lama kemudian Dara resign dari pekerjaan karena hamil. Mulai dari itu Erika mulai menjadi dekat dengan Devka. Terlebih mereka menjadi satu bagian yakni di bagian pemasaran.
Devka adalah direktur pemasaran dan Erika dari staf menjadi sekertaris si direktur. Keseringan mereka bersama membuat Erika mengembangkan kembali perasaanya. Gayung pun bersambut, Davka selalu mengeluh bahwa Dara tidak lagi perhatian dan sibuk dengan dirinya sendiri. Dia juga merasa tidak puas akan pelayanan Dara yang memang sedang hamil.
Dan pada akhirnya saat keduanya bertugas di luar kota satu hal pun terjadi. Mereka menghabiskan malam panas, berbagai peluh dan kehangatan.
" Kamu cantik Erika, sangat cantik. Lebih cantik dari pada Dara. Ughhh, dan ini rasanya sungguh enak. Arghhh!"
" Hah .. haah, Mas a-aku suka kamu Mas. Eughh."
Tidak ada rasa takut dan tanpa rasa bersalah mereka saling berguling di kamar hotel. Padahal Dara saat itu tengah mengandung darah daging Davka, tapi pria itu sama sekali tidak ingat akan keduanya dan asik sendiri bersama wanita lain.
Awalnya Erika pikir malam itu akan berlalu begitu saja, tapi ternyata tidak. Hubungan mereka berlanjut, dan setiap bertemu mereka pasti akan melakukan hubungan sekssual.
" Haah, nggak bisa. Aku nggak bisa ngelepasin Davka. Aku nggak bakalan bisa hidup tanpa dia. Bagaimanapun aku harus jadi istrinya Davka. Lagi pula Dara, wanita itu sudah sepenuhnya menghilang dari kehidupan Davka. Aku yakin mereka tidak pernah bertemu, dan Davka juga nggak ada niatan buat nyari anaknya. Jadi nggak mungkin Davka kembali lagi pada Dara."
Erika menggenggam setir kemudi mobilnya dengan erat. Sebuah tekad ia buat. Dan sebuah rencana sudah ia siapkan jika Davka tak kunjung menikahinya.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Ima Kristina
astaga ....dasar laki laki istri lagi hamil malah selingkuh otaknya ditaruh didengkul paling
2025-02-09
1
Nanik Kusno
Apapun yang kamu tanam pasti akan kamu tuai...... ingatlah bahwa karma tetap ada....
2024-12-25
0
Eli Elieboy Eboy
𝚙𝚊𝚜𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚍𝚊𝚓𝚓𝚊𝚕
2024-10-08
0