"Kak, aku mohon. jangan usir aku kak, kalau aku di usir aku tidur dimana kak. Semua barang-barang ku ada di dalam kak, kak aku mohon jangan usir aku kak. Kalau bapak sama ibu tau aku kakak usir bagaimana, pasti mereka kecewa kak." Alasan yang mengada-ada.
Justru Inara tersenyum.
"Mereka memang menginginkan kamu pergi kok, jadi tenang aja. Gak bakalan di cariin juga," bersikap biasa-biasa saja dan tenang.
Lalu ia masuk kembali ke dalam kamar Kavilla dan mengemasi semua barang-barang Kavilla tanpa terkecuali, bahkan spray juga di bereskan dan dimasukkan ke dalam koper yang tak terlalu besar sebab ia tak pernah belanja ini itu dan uangnya saja tidak banyak sebab gaji kerjanya hampir semuanya di berikan ayahnya dan ibunya secara bergantian setiap bulannya.
"kak, kakak Inara. Buka kak," ketukan pintu tidak di dengar oleh keduanya.
Kavilla masih di depan pintu dan bingung harus kemana, di usir begitu saja oleh kakaknya. Lalu kedua orang tuanya baru saja pulang dengan belanjaan yang begitu amat banyak sekali, padahal ini masih sore dan baru selesai acara siang tadi.
"Kav, kenapa diluar?" tanya Jaya bingung, ada koper juga.
Dia mau keluar dari rumah ini begitu saja setelah berhasil menikah dengan Malvin, enak saja. Banyak pekerjaan rumah yang numpuk dan Mulan tidak mau mengerjakan pekerjaan rumah yang bau sekali.
"Kak Inara salah paham pak, bu!" cicitnya lirih.
Tiba-tiba Inara membuka pintu dan terlihat wajahnya sembab dan Sadeva memeluknya erat sekali sambil menenangkan istrinya. Meski tak secantik Kavilla tapi lumayan lah untuk service elektronik miliknya yang Kavilla saja gak mau memberikannya.
"Hiks ... Hiks," terus menerus menangis sampai matanya sembab.
Kavilla terkejut melihat sang kakak menangis tersedu-sedu dan sedang di tenangkan oleh Sadeva.
"Maafkan aku Inara, aku minta maaf." Mengajaknya duduk.
Kavilla berada di dapur dan membereskan semua barang-barang yang barusan di beli oleh kedua orang tuanya, banyak sekali dan semua peralatan baru dan canggih.
"Jelaskan dulu nak Sadeva, sebenarnya ada apa?" Jaya menanyai menantunya.
"Begini pak, sebenarnya tadi terjadi kesalahpahaman sedikit!"
"Kesalahpahaman sedikit apa, Kavilla tidak tau malu pak. Bahkan dengan terang-terangan merebut suami kakaknya sendiri, bahkan mengajak suami kakaknya untuk berhubungan inti, kalau tadi Inara tak memergokinya, pasti mereka akan terus menerus bermain-main di belakang Inara, sakit sekali hati aku pak, bu."
Mulan mengepalkan tangannya, ia tak habis pikir dengan Kavilla yang tak tau malu dan membuat ulah begini, ia bergegas tanpa banyak bicara langsung menghampiri Kavilla dan menampar pipi kirinya lalu kanan.
Plak.
Plak.
"Dasar anak tidak tau diri, bisa-bisanya kamu mau merebut suami kakakmu sendiri dengan cara kotor Kav, bisa-bisanya kalian mau bermain-main di belakang kakakmu. Apa kamu lupa dan amnesia bahwa kamu sudah menjadi istri orang lain, sadar Kav. Ibu sungguh kecewa pernah memiliki putri yang tak tau diri yang bisanya hanya merebut milik kakaknya, tak tau diri."
Setelah mendapatkan tamparan dua kali ia mendapatkan cacian dari ibunya, sebenar Mulan ibu kandungku atau bukan? Jika dirinya bukan anak kandung kenapa di pertahankan sampai umur 25 tahun, kenapa tidak di buang saat masih kecil saja.
"Sekarang pergi dari rumah ini, suamimu kaya. tak mungkin bila dia tidak membawamu pulang ke rumahnya, mau di letakan kemana wajah bapak ibu mu kalau para tetangga tau. Dasar anak pembuat onar dan bikin malu keluarga, pergi. Di rumah ini tidak menerima tiga ratu sekaligus." usirnya pada putri keduanya.
Kali ini amarah Mulan sudah sampai puncaknya, kenapa ibunya dengan kejam selalu menyalahkan dirinya, ia selalu berusaha nurut dan patuh padahal.
Ingatannya kini jatuh saat ia masih duduk di bangku kelas 3 SMA, saat dirinya masih dalam kebahagiaan sebab ia memiliki kekasih yang mencintainya secara ugal-ugalan. Siapa lagi jika bukan Malvin Ra Yuan.
"Bu, aku salah apa lagi Bu?" bingung tidak tau dimana letak kesalahannya.
Mulan tersenyum meremehkan.
"Apa sekarang telingamu mulai tuli Kav, bukannya kamu sudah mendengar segalanya dari kakakmu. Pergi, ibu tidak sudi punya anak perempuan yang tidak punya malu dan bisanya membuat malu, sudah cukup ya Kav kamu hidup di rumah ini. Pergi dan temui suamimu tadi siang, biarkan laki-laki status kaya itu yang menghidupi mu, bukan kami lagi dan bukan tanggung jawab kami untuk menghidupi mu Kav." tegasnya.
"Bu,"
Ia berjalan keluar dari rumah tersebut tanpa ada yang mencegahnya, pintu tertutup rapat dan suara tawa menggelegar di dalam sana, bisa di pastikan mereka bahagia di atas penderitaannya, apa kurang banyak pengorbanan dirinya selama ini, ia selalu mengalah dalam segala hal, termasuk pendidikan, kakaknya sekolah elit sedangkan dirinya di sekolah biasa, termasuk gizi saat makan pun juga berbeda.
"Huhhhh." helaan nafas terdengar berat sekali.
Tiba-tiba mobil mercy berhenti di dekatnya.
Tin.
"Masuk." Suara bas Malvin terdengar jelas.
Kavilla menatap pemilik suara, ia tidak bisa berbuat apa-apa selain nurut saja.
Ceklek.
"Siapa suruh duduk belakang, kamu pikir saya ini sopir kamu apa?" tidak suka dengan sikap Kavilla yang sekarang, kenapa lemah sekali.
"Maafkan saya tuan!" jawabnya bergegas masuk ke mobil sebelah kemudinya.
Malvin menatap sinis, ia tau betul keluarga Kavilla ini seperti apa, bahkan bibit bebet bobotnya saja sudah jelas bahwa keluarganya itu materialistis.
"Ck, kenapa masih memanggil tuan. Aku tidak setua itu Kavilla Arzalilla." nama lengkapnya dipanggil olehnya dan itu bertanda bahwa Malvin dalam keadaan emosi.
"Lantas, saya harus memanggil anda dengan sebutan apa? Mas? Pak? Atau Malvin?" dengan berani ia berbicara, padahal tadi masih menundukkan pandangannya kini ia berani mengangkatnya dan menatap ta jam padanya.
"Terserah!"
"Terserah?" memastikan tidak salah tangkap.
Malvin hanya diam dan fokus menyetir, meski tadi sempat membukakan bagasi mobil untuk meletakkan koper kecil miliknya, tapi setelah itu ia ke mode awal cuek dan dingin.
"Besok kita ke kantor urusan agama, semua data yang di perlukan kamu harus persiapkan. Pernikahan ini atas dasar mama yang minta, jika bukan karena mama saya tidak sudi menikah dengan wanita kejam seperti mu, yang tega merusak kebahagiaan orang lain demi ambisimu semata."
Hinaan apa lagi ini? Kenapa hinaan jaman sekarang di kemas secara bagus.
"Saya ti--,"
Tit.
📞 "Iya hallo, ada apa sayang?"
Ternyata sudah punya pacar, kenapa menikah jika sudah punya pacar, lihatlah. Betapa arogannya si Malvin, padahal mamanya sangat baik dan welcome terhadap dirinya.
📞"Nanti aku jemput, iya aku jemput." intonasi nadanya saja sangat lembut dan tidak ketus sama sekali.
Setelah selesai bertelepon.
"Pacar?" Kavilla memberanikan diri bertanya.
"Iya!" singkat, padat dan irit.
"Kalau udah ada pacar, kenapa nikah sama saya. Di tambah lagi, kenapa kita harus meresmikan pernikahan kita besok?"
"Berisik, cukup jalanin saja. Apa reportnya sih." Emosi ia saat membahas hal lain.
"Cuma nanya doang kok, ngapain pakai emosi. Lagian aku tanyanya baik-baik kok, gak nyolot,"
Kavilla ngedumel setelah itu.
"Keluar." satu kali tidak ada tanggapan dari Kavilla, lalu ia membuka pintu mobil sebelah Kavilla dan mendorong Kavilla sampai terjatuh, tak lupa ia keluarkan koper itu dan membantingnya tepat di sebelah Kavilla yang masih terkejut dengan sikapnya yang plin plan.
...BERSAMBUNG ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments