3. Bertanya, tapi di tuduh

"Pak, jangan ya. Jangan ya pak ya, jangan ... ." Kavilla memohon lirih.

Namun Jaya tak mengiyakan permintaan sang putri baginya ucapannya barusan adalah mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.

"Tidak bisa, mereka mau melanggar biarkan saja. Bapak tidak akan menikahkan kami dengan tuan muda Malvin meski tuan muda memintanya tanpa uang mahar, bagi bapak penting uang mahar saat menikahi putri bapak, tidak ada uang mahar tidak ada pernikahan." tegasnya kembali.

Mulan bahagia sekali mendengar ucapan tegas dari suaminya sudah seperti ini pasti pernikahan antara Kavilla dan Malvin akan gagal.

"Saya berikan, ini." memberikan sebuah kartu, namun Jaya tak akan percaya dengan isi di dalamnya, bisa saja itu palsu bukan.

"Berapa, jika tidak seperti yang nominal yang saya ajukan. Maaf jika lancang tuan muda Malvin, tapi putri pertama saya tertekan karena hal ini. Lihatlah, ia sampai menutupi wajahnya karena malu, acara yang seharusnya memang sedari awal miliknya hampir gagal karena kesalahan putri kedua saya," tetap membela Inara.

Kavilla ingin sekali tertawa, dirinya yang jadi korban tapi kenapa lagi-lagi dirinya jadi tersangka kembali, kakaknya yang selalu mendukung dan menyemangatinya adalah duri dalam hubungannya bersama Sadeva, entah apa yang sudah mereka lakukan di belakang dirinya ia tidak tahu sama sekali.

Yang jelas saat ini ia sangat kecewa dengan keluarganya yang tak ada satu pun dari mereka yang berpihak padanya, ia pikir tadi ayahnya akan membelanya, nyatanya tidak sama sekali.

Mulan sampai melongo melihat kartu itu, kartu tidak sembarang kartu itu, ia hendak mengambilnya namun lebih dulu Malvin tarik kembali.

Kemudian ia mengeluarkan ponselnya dan menyuruh seseorang untuk membawa uang yang diminta.

📞"Ambil uang yang saya perlukan sekarang, tanpa ada masalah sedikitpun." mematikan sambungan telepon dan kini ia menatap Jaya yang tak punya urat malu sama sekali, bahkan bisa di bilang putrinya di gadaikan dan putri tercintanya di simpan layaknya logam mulia.

"Kalau sudah seperti ini, mari kita lanjutkan pernikahan kedua putri saya. Saya sudah sangat lega jika tuan muda bertanggung jawab begini." raut wajah Jaya berubah 180 derajat.

Ingin rasanya menampar orang-orang berwajah dua begini, pernikahan antara Inara dan Sadeva saja belum ada kejelasannya justru sekarang bertambah rumit dengan keadaan lain yang mendesak seperti sekarang, Kavilla tidak bisa menolak apalagi di pinang oleh Malvin mantannya dulu.

Acara ijab qobul itu berjalan lancar,meski belum ada surat nikah untuk sekarang namun ia sudah resmi di agama.

"Ibu, ayah. Kenapa kalian tega menghancurkan pernikahan impianku pak, bu. Padahal jelas-jelas aku tidak pernah pergi ke hotel." Saat acara telah selesai.

Malvin dan Bianca mamanya telah kembali lebih dulu, sebab mereka masih ada hal mendesak dan tidak bisa membawa Kavilla untuk pulang bersama mereka.

"Kamu ini yang tega Kav, kenapa justru kamu menyalahkan kedua orang tuamu yang selalu mendukungmu?" suara Sadeva menggelegar dan membuat Kavilla terkejut, sedangkan kedua orang tuanya santai sekali sambil menghitung uang mahar dari Malvin, sedangkan uang milik Inara dan Sadeva tidak ia pedulikan tapi ia pegang juga masih di kamar amplop-amplop tersebut.

"Aa--ku tidak menyalahkan mereka, aku bertanya." Dulu ia tak berani menatap dengan tatapan benci, yang ada menundukkan kepalanya dan tersenyum.

"Tapi pertanyaan kamu barusan menyakiti mereka, kamu tau tidak tadi bapak dan ibu hampir malu bahkan sangat malu gara-gara ulahmu tau. Andai kakakmu tidak datang, betapa malunya keluarga kamu, punya putri suka pergi ke hotel dan bahkan seluruh tamu tak undangan melihat sebab terpampang jelas di layar monitor besar, yang seharusnya gambar-gambar kita saat prewedding, sumpah. Aku kecewa pernah punya kekasih yang tidak tau malu dan masih menyalahkan kedua orangtuanya dan kakaknya," menghina secara terang-terangan.

"Aa--ku, aku tidak menyalahkan siapa-siapa. Aku bertanya." masih dengan nada arogan dan sombong bahkan ia tak merasa bersalah sama sekali.

"Halah, kamu ini ya Kav. udah ibu bilang dari pagi sebelum kamu di dandani, ngeyel sih. Padahal jelas-jelas kakakmu Inara sangat terluka karena kejadian ini, lihatlah," sambil menujuk kamar Inara yang tertutup rapat, bahkan sedari tadi tidak ada tanda-tanda kakaknya keluar dari kamar itu. "Kakakmu merasa sangat bersalah Kav, andai saja kamu tidak ngeyel hari ini menikah, pasti kakakmu tidak menanggung malu dan orang-orang tidak akan menggunjingnya di cap sebagai pelakor calon adiknya, puas kamu." kesalnya Mulan pada Kavilla.

Kavilla tidak tau, keterlambatan dirinya datang justru jadi petaka, namun semua sudah terjadi, mau bagaimana lagi. Lagi pula kakaknya dan Sadeva sepertinya bahagia, tidak ada kata-kata maaf bahkan, mereka sama sekali tidak meminta maaf dan tidak berusaha menghibur perasaannya yang terluka justru dirinya tetap jadi bulan-bulanan mereka.

Jaya dan Mulan pergi keluar dan mereka mengendarai mobil dan bersiap-siap untuk berbelanja dengan uang sebanyak itu, sekarang tinggallah Kavilla dan Sadeva.

"Sini." menarik tangan Kavilla.

sesampainya di kamar Kavilla yang sudah di rias cantik, Sadeva jadi terkagum-kagum, segini kah usahanya untuk menggoda dirinya, yang jelas-jelas sekarang menjadi kakak iparnya.

"Dev, mau apa sih." memberontak tapi percuma saat Sadeva justru mendorongnya sampai ia terjatuh di atas tempat tidurnya.

bug.

"Malam ini, bukankah seharusnya malam pengantin kita? bagaimana jika kita cicil dulu sayang." membelai pipi Kavilla.

Kavilla ketakutan bukan main, ia memberontak dan berteriak.

"Tolong, tolong." mulutnya di bekap oleh tangan besar Sadeva.

"Diam, kamu bisa diam gak?" geramnya.

Namun Kavilla berusaha memberontak agar aksi gila Sadeva tidak terjadi, bahkan air matanya saja telah luruh, ia ketakutan bukan main. Sadeva mendengar seseorang mendekat ia langsung mengubah posisinya berada di bawah.

Brugh.

"Kalian." Inara tidak habis pikir, lihat apa yang sedang ia pandang dan tangkap basah.

Kavilla ada di atas tubuh suaminya yang baru tadi pagi menikahinya karena Kavilla tidak datang, bahkan bajunya saja tersingkap ke atas, ini nyata kah? Terus kenapa tadi pagi Kavilla tidak datang saat akan menikah dengan Sadeva, kenapa setelah resmi menjadi miliknya barulah ia berulah begini? Kenapa coba.

Sreet

Brugh.

Tubuh Kavilla di hempaskan sampai terjatuh oleh Sadeva dan sedetik kemudian tamparan keras mendarat di pipinya.

Plak.

"Dasar, adik tidak tau diri. Padahal selama ini aku banyak membantu kamu Kav, tapi ini balasan kamu. Kamu tidak datang di hari pernikahan tepat waktu, dan apa yang aku lihat sekarang. Kamu bahkan dengan terang-terangan berada di atas tubuh suamiku, yang jelas-jelas aku istrinya saja tak berani." Marah.

Ia sangat kecewa.

"Kak, sumpah. Ini tidak seperti yang kakak lihat, aku tidak, aa--ku ti--dak melakukan itu kak. Aku mohon percayalah padaku kak," memohon di bawah kakinya.

Inara mendorong kuat tubuh adiknya, ia kesal dan marah pada Kavilla.

"Pergi." Sambil menunjuk pintu keluar kamarnya.

Kavilla menggeleng, ia tak mau pergi dari rumah ini, rumah yang menjadikan dirinya punya keluarga meski tak di anggap ada oleh ibunya.

"Tidak kak, ini juga rumahku kak. Rumah kita," ia tak mau.

"PERGI."Berteriak lebih keras lagi.

Kavilla menggelengkan kepalanya, ia masih tak mau pergi. Inara menarik paksa adiknya untuk keluar, baginya sangat merepotkan harus berpura-pura setiap hari baik dan perhatian padanya, kali ini sudah berada di puncaknya, apalagi setelah ia memergokinya bersama sang suami.

...BERSAMBUNG...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!