Episode 19

Ella yang menyadari jika Jason tertidur pulas langsung membalikkan tubuhnya menghadap pria itu. Menatapnya sedikit lama, hingga akhirnya mata Ella perlahan terpejam.

Pagi harinya.

Ella terbangun dan sudah tidak menemukan Jason lagi di sampingnya. Pria itu telah pergi entah kemana. Ella pun memutuskan untuk bangun karena badannya sudah terasa lebih segar. Ella menuju kamar mandi dan membersihkan wajahnya. Setelahnya, Dia berniat untuk menjenguk Ine di ruang rawatnya.

Baru saja membuka pintu, Ella di kejutkan dengan Jason yang sudah berdiri di sana dengan membawa sesuatu di tangannya.

"Kau sudah bangun?" tanya Jason.

Ella mengangguk, "aku mau menjenguk Ine di kamarnya," ucap Ella.

"Aku membeli sarapan untuk kita berdua. Kita sebaiknya makan dulu." Jason menarik tangan Ella dan kembali memasuki kamar rawat.

"Aku tidak lapar. Kenapa kau menarikku kesini lagi?!" Ella memprotes.

Jason tak mengindahkan ucapan Ella dan tetap membuka makanan yang sudah di belinya.

"Kau harus makan! Apa kau mau sakit? Kemarin kau sudah memberikan darahmu untuk Ine, aku tidak ingin kau akan pingsan nanti," ucap Jason. Dia lalu memberikan kotak makanan itu pada Ella.

"Sudah kubilang aku tidak lapar! Kenapa kau terus memaksaku untuk makan?"

Jason mengambil kembali kotak makanan di tangan Ella, menyendok makanan itu dan menyodorkannya ke arah mulut Ella.

"Buka mulutmu!" titah Jason.

Ella melengos menghindari suapan itu. Namun, dengan cepat Jason menarik dagu Ella dan sedikit menekan pipi Ella, memasukkan satu suapan kedalam mulutnya.

Terpaksa, Ella akhirnya menerima suapan itu masuk kedalam mulutnya.

"Kunyah dan telan!"

Ella pun mengunyahnya dengan kesal dan menatap tajam Jason. Namun pria itu seolah tak perduli dan terus menyuapi Ella hingga makanan itu akhirnya tandas.

"Lihatlah, kau kelaparan, bukan? Bahkan makanan ini kau habiskan dengan cepat," ucap Jason dengan nada sedikit mengejek.

"Itu karena kau terus memasukkannya kedalam mulutku," sungut Ella kesal. Namun Ella merasa heran pada Jason. Biasanya jika dirinya membantah pria itu, pria itu pasti akan membentaknya dan memarahinya. Tapi kali ini Jason tak terlihat kesal ataupun marah padanya.

'kenapa dengan pria ini? Apa mungkin dia telah kehabisan obat?' batin Ella.

"Kau tidak sarapan?" tanya Ella. Kini rasa kesalnya sudah sedikit berkurang.

Jason tersenyum mendengar pertanyaan Ella. Dia lalu menatap Ella penuh arti.

'kenapa perasaanku tidak enak?' batin Ella yang melihat tatapan glare dari Jason.

"Aku sudah menyuapimu, sekarang giliran mu untuk menyuapiku," ujar Jason.

"What!"

"Apa kau tidak mendengarkan? Suapi aku!" ulang Jason.

'tuh kan? Sudah kubilang jika pasti ada udang dibalik batu.'

"Kau itu sudah besar, dan mampu makan sendiri!"

"Ini adalah perintah dan kau tidak boleh menolaknya. Sekarang cepat suapi Aku!"

Ella berdecak dan akhirnya dia tetap menuruti perintah Jason. Walaupun dilakukan dengan rasa kesal.

Jason tersenyum puas.

Tak lama, akhirnya makanan Jason pun tandas. "Sudah seleai. Sekarang aku mau menjenguk Ine ke kamar rawatnya," ucap Ella yang sudah meletakkan kotak makanan itu. Dia sudah berdiri dan hendak melangkah. Tap lagi-lagi Jason menarik tangannya.

"Apa lagi!"

"Aku akan menemanimu ke kamar rawat Ine," ujar Jason. Pria itu lantas berdiri dan berjalan lebih dulu di depan Ella, membuat Ella menggelengkan kepala melihat tingkah Jason.

***

"Ine, bagaimana keadaanmu?" tanya Ella duduk di samping Ine.

"Sudah lebih baik," ucap Ine. Dia lalu mengalihkan pandangannya dari Ella, merasa malu pada Ella karena selama ini bersikap buruk padanya.

"Syukurlah, aku senang mendengarnya. Ku harap kau selalu baik-baik saja," ucap Ella tersenyum.

"Aku sudah menyuruh salah seorang pelayan untuk menemanimu selama kau di rawat, Ine. Istirahatlah agar kau cepat sembuh." Jason menimpali.

Ine mengangguk dan menunduk. "Terimakasih, Tuan."

Jason lalu menarik Ella keluar dari sana, membuat Ella langsung memprotesnya dan berusaha melepaskan tangannya.

"Lepaskan, Jason! Kenapa kau selalu berbuat sesukamu?!"

"Jason!" seru seseorang tak jauh dari mereka.

Jason dan Ella menoleh. Alexa dari kejauhan berjalan kearah mereka. Melihat hal itu, Ella langsung menarik tangannya dari tangan Jason.

"Lexa, apa yang kau lakukan disini?" tanya Jason.

Alexa tersenyum, "aku sedang cek up. Kau sendiri? Dan... Siapa dia, Jason?" tanya Alexa menatap ke arah Ella dengan tatapan penuh selidik.

Jason terdiam sejenak dan menatap Ella sekilas.

"Dia sekretaris ku, Ella. Ine sedang sakit dan membutuhkan darah, jadi Ella mendonorkan darahnya karena sama dengan golongan darah Ine," ucap Jason menjelaskan.

Alexa terlihat lega. Gadis itu langsung mengalungkan tangannya di lengan Jason dan mendekati Jason, membuat Ella sedikit memundurkan tubuhnya.

"Ku pikir dia adalah kekasih barumu. Aku lega mendengarnya," ucap Alexa. Dia menatap ke arah Ella dengan senyum. "Terimakasih karena kau sudah mendonorkan darah untuk Ine, Ella," lanjut Alexa.

Ada sesuatu yang membuat dada Ella menjadi begitu sesak melihat pemandangan di depannya. Namun dia tidak tahu perasaan apa itu.

"Kalau begitu aku permisi," ucap Ella dan langsung melangkah pergi dari sana.

Jason hanya diam dan menatap punggung Ella yang mulai menjauhinya.

"Jason, apa kau sibuk hari ini?" tanya Alexa. Namun yang di tanya tak menjawabnya dan terlihat melamun.

"Jason!" seru Ella sedikit menarik tangannya.

Jason langsung tersadar dan menatap Alexa. "Maaf, Lexa. Aku tidak mendengarkan."

"Kau ini kenapa Jason. Kau terlihat berbeda dari Jason ku yang biasanya. Apa ada sesuatu yang sedang kau pikirkan?"

Jason tersenyum menggeleng. "Tidak ada, Lexa. Mungkin aku hanya lelah saja," jawab Jason.

"Kalau begitu, bisakah aku mengajakmu pergi hari ini?"

Jason terdiam sejenak sebelum akhirnya menyetujuinya. Jason begitu senang bisa melihat Alexa lagi. Kenangan yang selama ini ia simpan kini mulai muncul kembali. Namun, entah mengapa sisi lain dari dirinya ingin menolaknya.

Sementara itu, Ella berjalan dengan terus menggerutu karena tiba-tiba saja kelopak matanya mengeluarkan air mata.

"Apa ini?. kenapa aku mengeluarkan air mata? Kenapa di sini terasa begitu sesak?" Ella menyentuh bagian dadanya.

"Tidak Ella! Sekarang bukan waktunya untuk ini. Kau harus menemukan Billy dan Yumna. Kenapa kemarin Aku harus pingsan. Seharusnya semuanya terkuak kemarin sehingga Aku tidak perlu terikat lagi pada pria gila itu!" Ella benar-benar menyesalkan kejadian semalam.

"Mungkin saja sekarang Billy ada di kantor. Sebaiknya aku ke kantor dan mencarinya," gumam Ella.

"Eh, tapi aku lupa membawa ponselku. Dan kunci mobil yang kubawa kemarin... Sial! Pasti sudah di ambil pria gila itu." Ella menjadi bingung sendiri.

Hingga seseorang menepuk pundaknya, membuatnya terkejut dan langsung menoleh ke belakangnya.

"Ella, kau lucu sekali," ucap Arion terkekeh.

"Arion, kau mengagetkanku saja!" Ella mengelus dadanya.

"Maaf. Aku memperhatikanmu sejak tadi. Kau terus saja berbicara sendiri. Apa kau punya masalah?"

Ella menghela nafasnya. "Kau benar. Aku bingung bagaimana caranya Aku ke kantor. Aku lupa membawa ponselku dan dompetku."

Arion memperhatikan Ella. "Kau mau ke kantor dengan pakaian pesta semalam?"

Ella tersadar dan menatap tampilan dirinya sendiri. Dia lupa masih menggunakan pakaian semalam.

"Kau tenang saja. Ikut Aku!" Arion menarik Ella dan membawanya pergi ke mobilnya.

"Kau mau mengajakku kemana? Aku harus ke kantor, Arion!"

Namun Arion hanya tersenyum dan mulai menjalankan mobilnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!