Setelah insiden kepedasan itu, Jason meninggalkan ruang makan, sementara Ella mengambil kembali mangkuk yang di minta Jason tadi.
"Makanan seenak ini, kenapa di bilang racun?" Ella memakan udon itu dengan begitu lahapnya. Dia memang penyuka makanan pedas.
Tiba-tiba saja Ella teringat dengan Ine. "Ine pasti sangat lapar sekarang. Sebaiknya aku membawakannya makanan ke kamarnya," gumam Ella.
Setelah menyelesaikan makan malamnya, Ella mengambil nampan dengan isian makanan di atasnya.
Ella menemukan kamar Ine. Dia lalu mengetuk pintu kamar Ine. "Ine, ini aku, cepat bukalah pintunya," ucap Ella pelan.
Pintu kamar itu mulai terbuka. Terlihat Ine yang menatap tak suka pada Ella. "Kau... Mau apa kau kemari huh!"
"Ine, kau galak sekali. Aku datang membawakan mu makan malam. Aku tahu kau pasti lapar," ucap Ella.
"Tidak usah sok perduli padaku! Aku tahu, kau pasti senang kan, Tuan Jason memberikan hukuman ini padaku?"
Ella menggeleng. "Sungguh aku tahu jika Jason akan sampai menghukum mu seperti ini, Ine. Maafkan aku," ucap Ella tulus.
Namun, Ine malah menatapnya dengan tatapan penuh permusuhan. Baginya Ella adalah bencana yang muncul ke rumah ini.
"Simpan saja kata maaf mu, aku tidak butuh. Bawa kembali makanan itu dan pergilah!"
"Tapi, kau pasti akan kelaparan, Ine. Aku tidak ingin kau sakit." Ella terus bersikeras.
"Sudah ku bilang pergi ya pergi!" Ine meneriaki Ella dan langsung masuk ke dalam kamarnya dan menutupnya.
Ella hanya bisa menghela nafasnya. "Aku tidak tahu mantra apa yang ada di rumah ini sehingga membuat semua orang begitu kasar dan keras kepala," gumam Ella.
Ella melihat meja kecil di samping kamar Ine. Dia kembali mengetuk pintu pelan dan berkata dengan pelan, "Ine, aku meletakkan makanan ini di luar, kau bisa mengambilnya."
Ella meletakkannya di meja kecil itu dan segera pergi. Tak lama setelah Ella pergi, Ine keluar lagi dari kamarnya sembari memegangi perutnya yang terasa lapar.
"Dasar keras kepala," gumam Ine. Dia lalu mengambil nampan itu dan membawanya masuk ke kamarnya.
"Tuh kan, aku tahu dia itu begitu malu-malu," ucap Ella terkekeh pelan. Dia bersembunyi di balik tembok, mengintip Ine. Ella senang karena Ine mau memakannya.
Ella pun memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Dia bersenandung kecil ketika berjalan menuju ke kamarnya. Hingga langkahnya terhenti tepat di depan pintu kamar Jason.
'apa dia baik-baik saja? Apa dia masih kepedasan?' tanya Ella dalam hati. 'ah, biarkan saja. Itu adalah hukuman untuknya.' Ella melanjutkan langkahnya dan masuk ke kamarnya.
Ella merebahkan tubuhnya di atas kasurnya, menatap langit-langit kamar memikirkan tentang pernikahan yang tiba-tiba terjadi dalam hidupnya. Bahkan kedua orang tuanya tidak tahu tentang pernikahannya. Semua ini membuat Ella menjadi geram sendiri.
"Kenapa hidupku jadi runyam seperti ini? Ah, Yumna... Kau harus ku temukan dan menjelaskan semuanya padaku. Kau harus bertanggung jawab atas yang terjadi dalam hidupku...." Ella berguling-guling di atas kasurnya.
Hingga tanpa sadar dia mulai mengantuk dan tertidur.
"Kau tidur dengan nyenyak?" Sebuah suara membuat Ella berusaha membuka matanya. Dia melihat Jason, pria itu sedang bertelanjang dada, sehingga tubuh sixpack-nya terekspos sempurna.
Jason ikut naik ke ranjang Ella dan tidur di sebelahnya, menatap Ella dengan senyum misterius. Hingga tiba-tiba tubuh itu mengukung tubuh Ella.
"Rupanya kau senang mendapatkan hukuman dariku ya?" Jason langsung mencium bibir Ella.
'ah, kenapa pria gila ini menciumku lagi? Hangat sekali. Kenapa aku tidak bisa menolaknya?'
Tubuh Ella tak dapat menolaknya, bahkan dia begitu menikmatinya. Suaranya tertahan ketika Jason mulai menyingkap baju tidurnya dan bermain-main di sana. Oh, Ella sungguh tak dapat menjabarkan nya.
***
Ella terbangun dengan cepat di pagi hari, dia terengah-engah. Menoleh ke kanan dan kiri dan tak mendapati siapapun di kamarnya. Lalu dia memeriksa pakaiannya, dan masih utuh seperti sebelum dirinya tertidur semalam. Ella menghela nafas lega.
"Syukurlah itu semua hanya mimpi," ucapnya pelan.
Ella lalu menyibakkan selimutnya dan bergegas untuk mandi. Ketika membuka pakaiannya, Ella terkejut melihat beberapa bagian tubuhnya terdapat banyak sekali seperti bercak merah, terutama di bagian dadanya.
"Ah! Kenapa dengan tubuhku?!" Ella memperhatikan bercak merah pada tubuhnya. "Apa aku alergi?" gumamnya.
Ella mengingat-ingat apa yang di makannya semalam. Dia hanya makan udon buatannya sendiri. "Sebelumnya tidak pernah seperti ini. Apa mungkin aku alergi makanan pedas?" Ella terus bertanya-tanya.
Karena tidak ingin terlambat datang ke kantor, Ella mengabaikan tanda merah itu dan bergegas mandi.
Tak berapa lama, akhirnya Ella sudah siap dengan stelan kerjanya. Sejujurnya dia malas jika harus satu kantor dengan Jason. Ella sudah membayangkan jika Jason pasti akan membully-nya. Namun dia tetap ingin profesional.
Ella segera turun kebawah dan menuju ke meja makan. Melihat Jason yang sudah ada di kursinya, Ella pun langsung duduk. Sedikit melirik ke arahnya.
Tiba-tiba Ella mengingat mimpinya semalam. Dia melihat tubuh Jason yang benar-benar membuat otaknya berseliweran kemana-mana. Ella menelan ludahnya berkali-kali.
'aihh. Apa yang ku pikirkan? Sadar Ella, dia itu pria gila!' Ella terus menyadarkan dirinya dengan menepuk-nepuk kepalanya sendiri.
"Apa yang kau lakukan? Apa kau merasa bersalah karena kemarin sudah meracuniku dengan makananmu itu?" Suara Jason membuat Ella menoleh ke arahnya.
"Kau bilang itu racun? Lidahmu saja yang tidak terbiasa memakannya. Lagipula itu adalah makanan yang sangat enak." elak Ella. Lalu dia teringat akan bekas kemerahan di tubuhnya. "Tapi sepertinya memang ada yang aneh dengan makanannya, biasanya aku tidak pernah alergi, tapi pas bangun tidur tadi, tubuhku penuh dengan bekas kemerahan," gumam Ella yang masih dapat Jason dengar.
Seketika Jason langsung terbatuk-batuk. 'apa gadis ini benar-benar bodoh? Apa dia berpikir jika tanda merah itu karena alergi?'
"Kau kenapa? Ini minumlah!" Ella menyodorkan satu gelas air putih kepada Jason, dan langsung di terimanya.
Setelah keduanya menyelesaikan sarapan, seperti sebelumnya, Jason memberikan beberapa jumlah uang untuk Ella naik taksi, kemudian pria itu pergi lebih dulu menggunakan mobilnya.
***
Kini Ella telah sampai di kantor pusat, dia melihat Harry dan Louis yang sudah lebih dulu sampai pun langsung menghampirinya.
"Harry, Louis, ternyata kalian sudah sampai?"
Louis tersenyum menatap Ella. "Aku menunggumu dari tadi, Ella. Aku senang kita bisa satu kantor lagi," ucap Louis. Pandangan matanya menatap kagum pada Ella.
"Kau ini bicara apa, Louis? Aku juga menunggu Ella, bukan hanya kau saja." Harry berkata dengan ketus. Dia tidak suka melihat Louis menatap Ella dengan pandangan berbeda. Menurut Harry Louis adalah pria mata keranjang. Sudah banyak karyawan wanita yang menjadi korban cintanya.
Harry langsung mengapit lengan Ella dan membawanya berjalan masuk ke dalam kantor meninggalkan Louis di belakang.
"Pokoknya kau tidak boleh termakan jika Louis merayu mu," bisik Harry pelan, dan mewanti-wanti agar Ella menjauh dari Louis.
Kebetulan Jason ada di depan resepsionis dan hendak menuju lift. Dia melihat Ella dan Harry berjalan bersama.
'apa hubungan mereka? Apa gadis itu lupa jika dia sudah mempunyai suami? Berani sekali dia!'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments