Nisa duduk dalam kesunyian dikamarnya, lampu utama yang tak ia nyalakan, juga suasana yang hening. Nisa menempelkan wajahnya diatas meja belajar, hanya dengan cahaya lampu belajar yang kecil. Air matanya mengalir deras setelah kejadian tadi. Hatinya sangat kaget, sekaligus merasa tak menyangka.
Nisa berusaha menahan suara isak tangisnya agar tidak terdengar oleh Umma ataupun Arkana yang sedang tidur siang. Tapi nyatanya suara itu tak bisa ditahan. Umma mendengar walau sangat pelan.
Umma masuk kedalam kamar Nisa, yang dimana pintunya sedikit terbuka itu.
"Nis..." ucap Umma dengan sangat lembut dan halus sembari mendekatkan langkah kakinya sedikit demi sedikit kearah Nisa
"Ummaaaa.." ucap Nisa sembari dengan cepat menghapus air matanya yang membasahi pipinya, dan berusaha menghentikan tangisnya
"Kenapa nak? Ada apa? Ceritalaaah.." ucap Umma sembari memeluk bahu Nisa dari belakang
"Ummaaaaa..." ucap Nisa, diikuti dengan tangis kembali, yang semakin pecah dan berbalik memeluk Umma
"Ada apa sayang? Kamu kenapa?" tanya Umma dengan nada suara paniknya
Nisa menceritakan kejadian barusan, tentang Azam yang mencoba langsung melamarnya ke Aba, dengan suara yang susah payah dan terbata-bata.
"Ya Allah..." ucap Umma pelan setelah mendengar cerita dari Nisa.
"Nisa tidak ingin lagi menikah dengan siapapun, Umma..
Nisa hanya ingin berkumpul dengan Mas Alfath di Surganya Allah" ucap Nisa dengan menahan-nahan tangisnya
"Iya sayang, Umma ngerti.." jawab Umma, sembari mengelus lembut puncak kepala Nisa
******
Waktu senja datang, pangeran kecil berwajah tampan dan berkulit bule itu sudah berganti pakaian setelah mandi sorenya barusan.
Arkana yang begitu dekat pada sosok sang Ibu, begitu manja. Nisa yang duduk di sofa ruang keluarga, digelendoti oleh tubuh mungil putranya itu.
"Buuu.. teman-teman disekolah cerita kalau mereka dibawakan mainan setelah ayahnya pulang kerja. Kalau Arkana bisa tidak Bu seperti itu?" ucap Arkana dengan polos
Sedari kecil Nisa selalu berusaha menceritakan sosok Alfath, ayah dari Arkana walau sudah tiada. Nisa berharap Arkana bisa mencontoh sifat baik ayahnya itu.
"Bisaaa dong, Arka mau apa sayang? Ibu yang belikan yaaa.." ucap Nisa dengan senyum lembutnya
"Arka maunya sama Ayah, Bu..
Ayah memang tidak akan pulang?" tanya Arkana dengan polosnya
"Ayah sedang menunggu kita, sayang.. Ayah sudah ditempat yang sangat indah, Ibu yakin sekali.." jawab Nisa dengan hati yang bergetar sembari menahan air matanya
"Ayah itu nunggu dimana sih Bu? Kenapa kita gak cepat kesana sih Bu? kan tempatnya indah..." ucap Arkana begitu polos
Umma dan Aba yang mendengarnya hanya tersenyum melihat Arkana sembari gelendotan manja pada tubuh Ibu nya itu.
"Di surganya Allah, sayang... Kita pasti kesana, kita sedang menunggu waktu saja" jawab Nisa dengan sabar menjelaskan
"Surga Allah jauh ya Bu?" lagi-lagi pertanyaan Arkana dengan polosnya
Nisa hanya tersenyum, begitu juga dengan Umma dan Aba yang memperhatikan sedari tadi.
"Arkana harus jadi anak sholih, biar bisa ke Surga Allah dan berkumpul sama ayah.." ucap Nisa dengan haru, sembari mencium kepala Arkana
"Arka harus jadi orang baik kayak Ayah ya Bu, biar bisa ke tempat yang indah itu?
Arka pasti jadi anak sholih, Bu..." ucap Arkana dengan semangat
Nisa hanya mengangguk-anggukan kepalanya, sembari terus menahan tangisnya dengan susah payah.
"Iya dooong.. Arka gak boleh ninggalin sholat 5 waktunya, harus rajin ngaji baca Al-Qur'an, berbakti sama Ibu dan terus jagain Ibunya yaaa..." ucap Aba sembari berjalan mendekat ke sofa dimana Nisa dan Arkana duduk
"Arka bakal jadi superhero buat Ibu..." ucap Arkana sembari mengangkat kedua tangannya mengikuti gaya superhero kesukaannya
"I love you Ibu, kakek, nenek..." ucap Arkana lalu mendekap Nisa sembari mengecup lembut pipi Ibunya.
*****
Arkana tumbuh menjadi anak yang cerdas, banyak sekali pertanyaan yang selalu ia lontarkan pada Ibunya, terkadang membuat Nisa juga susah menjawab pertanyaan-pertanyaan kecil Arkana. Bukan karena tidak ada jawaban, tapi Arkana yang masih kecil membuat Nisa berpikir bahwa jawaban sesungguhnya terlalu berat untuk sosok mungil Arkana diumurnya ini.
Arkana tumbuh dalam cerita sang Almarhum Ayah, yang selalu Nisa ceritakan. Bukan apa-apa, melainkan ingin Arkana tetap merasakan kedekatan dengan sang Ayah, yang belum sempat ia kenal. Selain itu juga Nisa ingin Arkana tumbuh menjadi pribadi penyayang sama seperti Ayahnya, dan tidak merasa, tidak memiliki sosok ayah.
Nisa selalu memperlihatkan foto-foto kenangan dalam sebuah album bersama Alfath, kepada Arkana. Membuat Arkana bisa membayangkan sosok hangat ayahnya.
Pagi di hari Minggu, dimana Nisa dan Aba off dalam kesibukan keseharian mereka. Hari ini dimana Nisa fokus bermain bersama Arkana sepanjang hari. Aba dan Umma berolahraga kecil dihalaman belakang rumah, begitupun Arkana dan Nisa yang ikut-ikutan, setelah beberapa gerakan pemanasan Arkana memilih untuk duduk dan menikmati secangkir susu hangat buatan Nisa, lalu diikuti oleh Nisa yang memutuskan untuk beristirahat dulu, lalu meneguk air mineral dalam botol minum miliknya.
"Ibu... apakah dirumah Ayah di Surabaya suasananya sama seperti disini?" tanya Arkana tiba-tiba, yang sedari tadi memperhatikan suasana disekeliling
"Sama sayang, disana juga begitu asri. Karena disana juga ada halaman belakang yang luas, pepohonan juga beberapa tanaman dan satu kolam renang besar.." ucap Nisa setelah menelan air minumnya
"Kenapa Arka tidak pernah diajak kesana?" tanya Arkana setelah mendengar jawaban Ibunya itu
"Semenjak hari itu... Kepulangan kami saat kamu masih bayi, Ibu juga belum pernah kesana lagi..." jawab Nisa sembari menatap pandangan kosong seperti melamun
Aba dan Umma yang mendengarnya langsung menghentikan olahraganya dan menghampiri Ibu dan Anak tersebut.
"Kenapa Bu? Arka ingin sekali kesana.. Liburan disana.. Apa boleh Arka kerumah ayah?" ucap Arkana tanpa henti
Nisa melamunkan pikirannya, pandangan matanya kosong tanpa arah. Umma langsung memeluk hangat Nisa dengan memegang bahu Nisa, Aba duduk disamping Arkana cucunya.
"Boleh dong sayang. Rumah ayah juga kan rumah kamu dan Ibu.." jawab Aba dengan lembut
"Asiiikkkk Arka bisa kesana dooong.." jawab Arkana dengan polosnya, begitu bahagia mendengar jawaban kakeknya.
"Arkana senangkan?" tanya Aba dengan senyum manis kepada cucunya itu
"Arkana bakalan seneng banget, Kek.. Arkana pengen tidur dikasur Ayah, biar ngerasain hangatnya pelukan ayah.." ucap Arkana dengan semangat
Nisa yang mendengar ucapan anaknya itu langsung menoleh kearah anaknya perlahan, air matanya menetes tanpa tertahan.
Banyak alasan mengapa Nisa belum mau kembali kerumah itu. Nisa masih belum siap, bayangan akan suaminya, dan kebersamaan mereka sehari-hari pasti akan terbayang-bayang dalam pikirannya. Bukan belum ikhlas, tapi masih belum bisa move on dari cinta kepada suaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Zulfa
Salken kak, JIKA mampir nih membawa like, mari saling dukung kak 😍
2021-04-12
0
Happyy
😘😘😘
2021-03-11
0
Arnhie Aries
masih di episode awal thor, tp mataku sdh berair 😭😭😭😭
2020-10-22
0