3 tahun kemudian.
Setelah kejadian 3 tahun lalu, ketika Nisa bertemu dengan Azam saat itu. Nisa jadi tidak ingin lagi mengisi kajian di kampus itu, bahkan Nisa tak lagi mengisi kajian diluar Ponpes. Hati Nisa begitu tak nyaman rasanya.
Arkana kini berusia 4 tahun, tentunya sudah menjadi anak balita yang cerdas dan selalu banyak bertanya pada Ibu juga Nenek dan Kakeknya.
Arkana kini lebih sering bersama Umma, diajak ke PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) yang berada di lingkungan Ponpes juga, sementara Nisa mengajar di MI, juga MTS di Ponpes milik keluarganya itu.
Waktu sudah masuk jam istirahat, semua santri sudah siap untuk makan siang bersama, sementara Nisa selalu pulang untuk melihat putranya itu.
Sesampainya dirumah, Nisa melihat Umma sedang menemani Arkana makan siang.
"Assalamu'alaikum Umma.. Arkaaa" ucap Nisa dengan riang
"Walaikumsalam Ibuuu..." jawab Arkana saat melihat kedatangan wanita bercadar yang sudah sangat ia kenali itu
"Walaikumsalam.." jawab Umma dengan senyum dan menoleh kearah Nisa
"Kok makannya diluar, kenapa tidak didalam sayang? Kakek mana?" tanya Nisa bertubi-tubi sembari mengelus lembut rambut anaknya itu
"Kakek belum pulang, makanya Arka makan diluar.." jawab Arka dengan sangat polos
"Aba kemana Umma?" tanya Nisa setelah mendengar jawaban anaknya itu
"Umma juga tidak tahu pasti, mungkin ada tamu tiba-tiba deh.." jawab Umma menerka-nerka
*******
Aba sedang berada di ruang tamu, ruang pertemuan dengan tamu yang ingin mengunjungi siapapun penghuni ponpes.
Aba menemui 2 orang laki-laki dengan sorban putih.
Aba kemudian menghampiri dan menyalami keduanya, lalu duduk di kursi kosong yang ada dihadapan mereka berdua.
"Maaf bapak ini siapa? Dan ada keperluan apa kepada saya?" tanya Aba tanpa basa-basi
"Saya Azam, Pak Ustadz" jawab pria yang ternyata adalah Azam
"Saya ini teman Annisa, kakak tingkat sewaktu kuliah dulu." tambah Azam memperkenalkan diri
"Oh iya iyaaa... Saya ayah nya Annisa.." ucap Aba dengan senyum ramah khas dirinya
"Ada keperluan apa yaaa anak muda?" lagi-lagi tanya Aba
"Begini Pak Ustadz, saya ingin mengetahui keadaan Nisa sekarang. Saya tahu bahwa Nisa ditinggal suaminya, dan sampai saat ini belum menikah lagi. Saya punya niatan baik.." ucap Azam panjang lebar dan seketika terhenti karena tangan Aba menyentuh tangan Azam yang berada diatas meja
"Wahai anak muda, Annisa kini menjanda dan memiliki satu anak dari suaminya.." ucap Aba tertahan, air mata sudah mengumpul di matanya
"mungkin saya tidak berhak untuk menolak niat baik nak Azam, tapi saya ingin memberitahu bahwa Annisa putri saya adalah wanita yang tegar, dia selalu memberitahu kami bahwa tak ada niat untuk menikah lagi" tambah Aba sembari meneteskan air matanya
Azam seketika terdiam, ia menundukan pandangannya. Jelas selama ini Azam belum pernah menikah, hatinya masih untuk Nisa. Walau sebenarnya ia selalu mencari pengganti Nisa, tapi selalu gagal.
"Ustadz, Azam ini belum pernah menikah. Sewaktu dulu, sebelum hari pernikahan Annisa dengan Almarhum suaminya kami Azam dan kedua orangtuanya pernah datang kemari untuk mengkhitbah Annisa, tapi hanya bertemu dengan Ibu, dan diberitahu bahwa Annisa sudah akan menikah.." ucap teman Azam, Rizal
Aba terdiam seketika, apa mungkin Azam masih mencintai Annisa batin Aba.
"Oh begitu. Kenapa belum menikah? Bukankah kejadian itu sudah sangat lama?" tanya Aba
"Saya sempat mencari yang lain setelah mendengar Annisa menikah, tapi selalu gagal. Mungkin belum jodohnya" jawab Azam dengan terus menundukan pandangannya
Aba mengangguk-anggukan kepalanya.
"Ya sudah, agar tidak penasaran saya akan pertemukan nak Azam dengan Annisa putri saya.." ucap Aba sembari mencari ponsel dalam sakunya
"Yang berhak memutuskan hanyalah Annisa. Saya sangat berterimakasih dengan niat baik Nak Azam ini.." lanjut Aba
Aba mencari nama kontak Nisa di phonebook, lalu dengan segera menekan panggil.
"Ndo.. kemarilah, Aba di ruang tamu" ucap Aba setelah menjawab salam Nisa
Nisa yang baru saja selesai makan, dan menidurkan Arkana dengan segera menyiapkan diri dan berjalan menuju ruang tamu, tanpa pamit kepada Umma karena sedang tidur juga.
Sesampainya diruang tamu, begitu kagetnya Nisa melihat Azam yang sedang duduk berhadapan dengan Aba. Hatinya dagdigdug tak karuan rasanya, batinnya terus menerka-nerka.
"Ternyata Kak Azam tamu Aba! Ada apa Kak Azam bertemu Aba?" ucap Nisa dalam hatinya, sembari terus mendekat sembari menundukan pandangannya.
"Assalamu'alaikum.." ucap Nisa dengan pelan tetap menundukan pandangannya
"Walaikumsalam.." jawab Aba, Azam dan Rizal berbarengan
"Duduk ndooo.." ucap Aba sembari menarik kursi dan didekatkan dengan kursi dirinya
Nisa duduk disamping Aba.
"Ada apa ya Aba?" tanya Nisa langsung
Sebenarnya Nisa sangat merasa tidak nyaman. Sudah lama ia menghindari untuk bertemu dengan Azam, bukan karena ia masih menyimpan rasa padanya, tapi karena ada rasa canggung dan tak nyaman sama seperti yang ia rasakan dulu saat suaminya merasa cemburu karena Azam.
"Begini Ndo, ini nak Azam ada niat baik.." ucap Aba pada Nisa
Hati Nisa mulai tak karuan rasanya, jantung yang langsung berdegup kencang ia rasakan, bahkan ia takut suara detak jantungnya terdengar oleh orang lain.
"Nak Azam jelaskan.." ucap Aba pada Azam
"eeeuu.." ucap Azam gugup, dan pandangan yang tertunduk
"Annisa sudah melewati masa idah bukan? Apa Annisa mau untuk menikah dengan saya?" ucap Azam terbata-bata, dan mulai merasa keringat dingin
Jantung Nisa terasa berhenti seketika, matanya terbelalak mendengar semua itu.
"Ada apa ini? Apa ini cuma mimpi..." ucap batin Nisa, Nisa mencoba menelan air liurnya dengan susah payah
"Ya allah apaaa ini... apa maksud semua ini..." lagi-lagi batin Nisa
"Annisa... Apa kamu mau?" tanya Azam lagi-lagi memastikan
"Maaf Kak Azam, Nisa tidak bisa.." jawab Nisa cepat
Aba sudah sangat mengerti, dan sudah menduga bahwa putrinya akan menjawab seperti itu. Aba hanya terdiam, tak sepatah katapun, tak ingin rasanya mencampuri dulu.
"Apa tidak di ikhtiarkan dulu dalam sepertiga malam?" tanya Rizal yang ingin sekali temannya itu segera menikah
"Maaf Kak, jawaban Nisa sudah bulat. Nisa tidak akan menikah lagi dengan siapapun, Nisa hanya ingin berkumpul di surga bersama suami dan ayah dari anak Nisa.." jawab Nisa dengan tegas
"Maaf jika sudah tidak ada yang ingin dibicarakan lagi dengan Nisa, Nisa pamit. Kelas akan segera dimulai..." lanjut Nisa sembari bangkit dari duduknya dan berjalan berlalu meninggalkan meja itu
"Assalamu'alaikum.." ucap Nisa sembari berlalu
Semua hanya terdiam mendengar penjelasan Nisa dan hanya menjawab salam pamitan dari Nisa.
"Nak Azam, maaf yaa.. Maafkan putri saya. Mungkin hatinya sudah milik almarhum Alfath, suaminya..." ucap Aba dengan ramah
Azam dan Rizal berlalu meninggalkan ponpes itu, dengan hati yang kecewa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Kholifah
jangankan nisa,, aku sajahh hanya seorang pembaca tak akan rela menikah lagi setelah kehilangan Al-Fath,, kenapa sih si Al-Fath ini sosoknya memang begitu kuat??
jadi wajar saja sulit berpaling dari Al-Fath
2021-04-19
1
Happyy
👍🏼👍🏼👍🏼
2021-03-11
0
Ludfy Sidqia
jgan sampai nisa nikah lagi thor
2020-09-29
2