Para penumpang kapal Barbossa banyak yang turun demi menghindari badai susulan, menyisakan hanya tiga penumpang yang masih bertahan termasuk Made Arkana.
Dan akhirnya Sang Nahkoda pun memanggil ketiga penumpangnya ke ruang kemudi.
"Baiklah hanya kalian bertiga yang masih mau bertahan di kapal ini."
"Aku tahu kalian ingin mengikuti ujian KPD kan?" Sambung Nahkoda tua itu.
"Jawab pertanyaanku siapa nama kalian dan apa tujuan kalian ingin menjadi anggota KPD."
"Namaku Djata Aray, aku dari pulau Lamakintan, tapi maaf aku tak bisa menyebutkan alasanku ingin menjadi anggota KPD, terlalu pribadi!" jawab pemuda yang suka bermain Sape dengan ketus.
"Aku Zovano dari Janasaran dan aku sependapat dengan Djata, menyebutkan tujuan pribadi itu sangat berbahaya..." Si Kutu Buku yang bertelinga lancip juga tak mau menyebutkan tujuan pribadinya.
"Hey!! Saudara Zovano anda tidak diajari sopan santun ya?" Djata Aray tersinggung namanya disebut secara langsung.
Zovano tidak menggubris gerutuan Djata dan malah melanjutkan bicaranya.
"Jika kita menyebut alasan pribadi kita maka itu bisa mengacaukan rencana kita dan menghambat apa yang hendak kita lakukan, benar kan Djata?" Lagi-lagi dia menyebut nama Djata secara langsung tanpa embel-embel imbuhan tanda kesopanan. Sok kenal.
"Ini sudah kedua kalinya kau membuatku tersinggung, kita tak saling mengenal bersikaplah lebih sopan pakailah kata saudara sebelum menyebut namaku." Djata Aray makin panas.
Tiba-tiba Made menyela.
"Namaku Made Arkana tujuanku menjadi anggota KPD ingin mencari ayahku !"
Sang Nahkoda hanya tersenyum karena sudah yakin dengan Made Arkana yang lugu dan polos itu.
"Aduh, anak ini lebih parah!" Djata Aray makin kesal.
"Adik kecil jangan kau sebutkan tujuanmu, kau kan tidak tahu siapa dia?!" Djata Aray memarahi Made Arkana.
Dan Zovano kembali berkomentar, "Anak kecil mana paham dengan penjelasanmu Djata."
Untuk ketiga kalinya Djata merasa permintaannya tidak digubris Zovano.
"Baiklah kalau kalian berdua tak mau menjawab, itu artinya kalian tidak lolos babak penyaringan ujian KPD!" Sang Nahkoda menengahi keributan mereka.
"APA!! " serentak Djata Aray dan Zovano berseru berbarengan.
"Kalian harus tahu aku adalah tim penyaring peserta ujian KPD, saking banyaknya peserta ujian sampai-sampai aku diberi tugas menguranginya."
"Bagaimana!?"
"Masih tetap tak mau menjawab?" Lanjut Nahkoda itu.
"Baiklah kalau begitu tujuanku menjadi anggota KPD adalah mencari beberapa warga peri bunga yang diculik para perampok yang menyebut kelompok mereka sebagai Geng Ketonggeng berkaki dua belas. .." Djata Aray akhirnya terpaksa menjawab.
"Aku ingin menjadi pemburu para kriminal, dan Geng Ketonggeng sudah keterlaluan." Sambung Djata lagi.
"Hmmm.. Geng Ketonggeng? Sebaiknya kau sudahi maksudmu, Geng Ketonggeng itu sangat ditakuti para pemburu bayaran dan member KPD profesional pun pasti akan berpikir seratus kali menghadapi mereka." Nahkoda tua itu memberi nasehat pada Djata Aray.
"Maaf, itu adalah amanat leluhur kami yang harus aku jalani meski harus mempertaruhkan hidupku." Gumam Djata Aray sambil menerawang keluar jendela kapal.
"Baiklah, kuharap kau tidak bertindak gegabah jika suatu hari kau menghadapi mereka, jika kau benar lolos ujian KPD."
"Lalu bagaimana denganmu?" Nahkoda itu kemudian beralih ke Zovano.
"Sebelumnya aku minta maaf padamu Paman, karena aku tidak menyadari siapa Paman sesungguhnya." kata Zovano penuh penyesalan.
"Permintaan maafmu ku terima, katakan padaku tujuan utamamu menjadi pemburu di KPD." jawab si Nahkoda tua.
"Baiklah, tujuan utamaku adalah mencari sembilan buku legenda yang entah berada di mana sekarang." Zovano menjawab sesingkat mungkin, dia berusaha menghindari banyak pertanyaan yang bisa menyulitkannya.
"Hmmm aku tak begitu paham sejarah tapi apakah kau sudah mempunyai beberapa buku yang legendaris itu?" Nahkoda itu bertanya dan itu juga yang ditakutkan Zovano, dia tidak bisa dengan mudah mempercayai orang asing biarpun orang itu mengaku sebagai presiden sekalipun.
"Maaf Paman, aku sudah menjawab apa yang menjadi tujuanku sebenarnya, kali ini aku tak bisa menjawab pertanyaanmu." Zovano menolak menjawab pertanyaan lanjutan sang Nahkoda.
"Bagus! Berhati-hati bertindak itu sangat penting sebagai anggota KPD dan aku tidak akan memaksamu menjawabnya."
Sang Nahkoda memuji pola pikir warga kota gaib itu.
"Hahaha jadi anggota KPD hanya untuk cari buku?" Djata Aray meremehkan tujuan Zovano.
"Cari saja di pasar buku loakan, terlalu mudah hahaha," sambungnya lagi.
"Diam Djata! Kau mendingan pulang karena bisa saja Geng Ketonggeng yang kau maksud sudah membunuh warga peri bunga yang mereka culik itu." Zovano tersinggung merasa dipermalukan Djata Aray.
Di luar badai susulan mulai menerjang kapal mereka, sementara di ruangan itu juga memanas karena Zovano dan Djata Aray berseteru.
"Sudah cukup! Anak tak tahu sopan santun, ayo keluar kalau berani hadapi aku sampai kau memahami apa itu sopan santun!" Djata Aray melangkahkan kakinya dari ruangan itu.
"Siapa yang takut!" Cetus Zovano mengikuti Djata Aray.
"Hey kalian mau kemana!? Di luar sedang ada badai, berbahaya!" Sang Nahkoda berusaha melerai mereka berdua. Tapi keduanya tak mempedulikannya.
"Biarkan saja Paman. Kata Bibiku ketika dua orang selesai bertengkar mereka akan menyadari apa kesalahan mereka." Made Arkana mencegah Sang Nahkoda.
Tapi mereka berdua mengikuti keduanya dan memperhatikan pertikaian mereka di dekat pintu ruang kendali kapal.
Di luar, di keriuhan badai yang menerpa, anak buah kapal Barbossa sibuk menurunkan layar untuk digulung.
Djata Aray dan Zovano saling berhadapan. Keduanya bergerak mengeluarkan senjata mereka. Djata Aray menarik ujung sapenya yang ternyata adalah belati yang disamarkan tersembunyi sebagai bagian alat musik sapenya.
Zovano juga mengeluarkan bukunya membuka halamannya dan mengambil semua pembatas bukunya yang terbuat dari logam yang berbentuk mata pisau.
"Tarik ucapanmu tentang warga peri bunga kami! Saudara Zovano!" Djata Aray berseru pada Zovano dengan geram.
"Sama! Untuk buku legenda yang kau hina Djata!" Teriak Zovano.
"Masih juga kau tak tahu sopan santun!" Djata Aray mulai menyerang Zovano, Zovano menangkis serangan itu dengan bukunya yang tebal.
Dan membalas melempar mata pisau pembatas bukunya ke arah Djata Aray.
Dengan gerakan mundur Djata Aray menerima lemparan pisau itu dengan sape nya.
"Dasar kuping lancip!" Djata kesal melihat sapenya jadi banyak goresan.
"Kau sendiri, orangutan kesasar!" Balas Zovano yang merasa sayang membuang pembatas bukunya.
Badai semakin memuncak tiba-tiba tiang layar yang melintang secara tak terduga terlepas dari ikatannya dan terdorong angin kencang mengenai salah satu anak buah kapal Barbossa.
Orang itu terlempar dengan hebatnya tubuhnya terlontar sangat jauh hingga keluar dari tepian geladak.
Tubuhnya terlempar di hadapan Djata Aray dan Zovano, keduanya tersentak kaget melihat tubuh anak buah kapal tersebut.
Lebih terkejut lagi secara reflek melihat Made Arkana berlari mengejar pekerja kapal yang terlempar itu dan menangkap kakinya.
Zovano secara reflek dengan gerakan sepersekian detik juga berlari melompat menangkap kaki Made Arkana. Djata Aray juga sama dengan kesadaran yang dipacu gerakan otot yang cepat menangkap kaki Zovano.
Mereka bertiga berhasil menyelamatkan anak buah kapal Barbossa yang terlempar keluar kapal.
Sebenarnya mereka saling menyelamatkan satu sama lain. Mendadak badai berhenti seketika.
Djata Aray menarik Zovano ke geladak kapal dibantu Sang Nahkoda. Anak buah kapal yang mereka selamatkan tak henti-hentinya berterima kasih pada Made Arkana, Djata Aray dan Zovano.
"Kalau bukan karena anak gila ini aku mungkin tidak bergerak dari tempatku." ucap Djata menunjuk Made Arkana yang hanya nyengir merasa tak bersalah.
"Aku tarik ucapanku yang melukai perasaanmu saudara Djata Aray... Aku minta maaf." Zovano menyadari kesalahannya karena dia bersyukur kakinya ditangkap Djata Aray.
"Ah sudahlah panggil aku Djata saja, dan aku juga minta maaf telah mempermalukanmu tadi, aku minta maaf juga yaaa..." Djata mengusap-usap rambutnya yang masih basah.
Tiba-tiba...
"Hahahaha aku suka ini! Kalian bertiga aku nyatakan lolos penyaringan ujian KPD tahun ini, Selamat!" Sang Nahkoda tua merasa gembira melihat kelakuan ketiga anak itu, berharap ketiganya bisa menggapai impian mereka menjadi anggota KPD dengan kelancaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Scorpion's Caesar
thor promosiin lah novelnya biar banyak yg tahu.
soalny ini novel bagus, rugi klo gak promosi
2024-08-07
3