Terlihat di ruang kerja Pedro, Antonio sedang melihat-lihat berkas case yang baru saja ia dapatkan dari Pedro, lembar demi lembar ia baca dan pahami.
"Target selanjutnya masih antek-antek Charles dan Juan, namun sepertinya dia memiliki kedudukan yang lebih tinggi," ujar Pedro sambil membawa secangkir kopi ke arah Antonio.
"Minumlah dulu! Biar pikiranmu fresh," ujarnya lagi sembari meletakan cangkir di meja dan duduk di dekat Antonio.
"Terimakasih," ucap Antonio yang lantas meminum kopinya.
"Aku sudah mengira jika Bambang Handoyo yang seorang tokoh politik terlibat," ujarnya sambil meletakan cangkir kopi.
"Namun karna perannya di balik layar, aku jadi sulit mencari bukti," tambahnya.
"Wajar saja, karena itu bukan tugasmu. Hahaha," ucap Pedro sambil tertawa.
"Tugasmu hanya mengeksekusi, aku yang mencari informasi dan mengatur strategi. Itu lah yg diinginkan asosiasi," Pedro menambahkan.
"Hmm," Antonio hanya menghela nafas.
"Persiapkan rencanamu! Sepertinya aku tak perlu mengusulkan sebuah rencana untuk orang cerdas sepertimu," kata Pedro sambil menepuk pundak Antonio.
"Baiklah! Aku pergi sekarang," sahut Antonio sambil bergegas meninggalkan Pedro di ruang kerjanya.
Antonio tidak langsung pulang, melainkan ia membeli tiga drum oli. Kemudian ia membawa nya ke atas bukit yang curam menggunakan mobilnya.
Dari atas bukit itu tampak jalanan beraspal yang tampak sepi. Jarang sekali jalanan itu di lewati kendaraan, kecuali ketika terjadi kemacetan di jalanan utama sehingga orang-orang menyebut jalanan yang menempel pada bukit itu dengan sebutan jalan alternatif.
Antonio meletakan drum-drum berisi oli itu tepat di bibir jurang yang mengarah ke jalan alternatif.
"Sepertinya cukup untuk hari ini," gumamnya.
Ia lalu menaiki mobilnya dan bergegas pulang.
Sesampainya di rumah ia lantas menggambar strategi di papan tulisnya.
"Sepertinya ini cocok," gumamnya sambil menatap goresan kapur di papan tulisnya.
"Tapi, seperti ini perlu sedikit diubah," ia berkata sendiri sambil menggore-gores kapur.
"Oke!" ia berkata penuh percaya diri.
Setelah merasa paham ia lalu menghapusnya hingga bersih tanpa jejak.
"Sepertinya aku harus menggunakan dia lagi," ujarnya sambil menatap Sniper Rifle andalannya yang terpasang rapi di sudut ruangan.
Antonio lalu mendekat dan meraih senapan itu.
"Okay Baby! Let's do it again!" ucapnya singkat.
Keesokan harinya...
Bambang Handoyo yang merupakan seorang politikus bertubuh tambun tampak sedang berorasi di sebuah lapangan sepakbola. Terdengar suara para pendukung yang tak henti-henti meneriakan namanya.
"HIDUP BAMBANG!!! HIDUP BAMBANG!!!" teriak para pendukung.
"Kita berantas Narkoba yang beredar di negeri ini!!!" ucap Bambang dalam orasinya.
"SETUJU!!!" jawab para peserta orasi.
"Kita berantas penghancur generasi muda!!!" ujar Bambang lagi sambil memegang mikrofon.
"SETUJU!!!"
Para pendukung itu berteriak lagi.
"Mari Kita bersama-sama membangun negeri yang makmur, damai, dan sehat!!!"
Bambang berkata penuh wibawa.
"HIDUP BAMBANG!!! HIDUP BAMBANG!!!"
Para pendukung kembali riuh setelah Bambang Handoyo menyelesaikan ucapannya.
Antonio yang menyaksikan dari jauh hanya bisa tersenyum kecut, lalu ia membuang rokoknya dan bergegas pergi meninggalkan lapangan.
Ada hal yang harus ia lakukan berkaitan dengan rencananya, ia lantas memacu sepeda motornya dengan cepat menuju sebuah bukit yang telah ia persiapkan sebelumnya.
Jalanan saat itu menjadi ramai, kendaraan padat merayap, namun tak sulit baginya untuk menyalip diantara kendaraan-kendaraan yang diam tak bisa bergerak.
Sementara itu di lapangan tadi Bambang terlihat turun dari panggungnya, ia dikawal oleh 4 orang bodyguard yang bertubuh tinggi besar dan kekar. Sesekali bodyguard itu mendorong para pendukung agar tetap menjauh dan tak menghalangi jalan mereka.
"Silahkan masuk pak!" ujar seorang wanita cantik yang sedang membukakan pintu mobil berjenis Toyota Camry.
Bambang hanya tersenyum, tangan jahilnya mengelus pantat seksi wanita itu lalu memasuki mobilnya diikuti wanita tadi.
"Ayo jalan!" ujar Bambang pada sopirnya.
Mobil pun kemudian berjalan meninggalkan area lapangan yang masih tampak ramai, diikuti satu mobil berjenis Jeep di belakangnya yang berisi para pengawal pribadi Bambang.
Bambang tampak asik bermain dengan wanitanya di kursi belakang, ia berciuman sambil tangannya mengelus-elus paha mulus wanita itu.
Tiba-tiba suara sang sopir mengagetkannya.
"Jalanan macet pak, bagaimana kalau kita pakai jalan alternatif saja?" tanya sang sopir.
"Terserah kau sajalah, itu urusanmu!" bentak Bambang menjawab pertanyaan sopirnya.
Bambang merasa jengkel pada sang sopir yang telah menganggu kesenangannya. Wanita di sampingnya mengetahui hal itu, lantas ia menarik kepala Bambang ke dadanya.
***
Antonio yang berada di atas bukit kini sedang melubangi 3 drum berisi oli yang kemarin ia letakan. Setelah dirasa cukup, ia lalu menendang drum-drum itu ke bawah sehingga pecah di jalanan dan olinya melumuri aspal. Sedangkan sisa-sisa drumnya terus meluncur ke jurang melewati pembatas di tepi jalan.
Aspal yang dilumuri oli itu kini berubah warna menjadi hitam pekat, di tambah sinar matahari menjadi tampak berkilauan.
"Aku harus bersiap, seharusnya mereka tiba sebentar lagi," gumamnya sambil membuang puntung rokok khasnya.
Lantas ia melangkah menghampiri senapan yang telah ia set sebelumnya.
"Ayo kita lihat! Apakah rencanaku berhasil lagi?" ia bergumam lagi.
Sambil bertelungkup ia melihat keadaan sekitar jalan melalui scope senapannya.
"Come on!! Aku harap perkiraanku benar," ucapnya sambil sedikit khawatir.
Dan benar saja, tak lama kemudian terlihat dari kejauhan dua mobil berjalan cepat mendekat.
Dor!
Antonio menembakan pelurunya, melesat cepat membelah arah angin. Tepat sasaran, peluru yang melesat itu mengenai ban depan mobil yang ditumpangi Bambang. Sehingga mobil itu menjadi hilang kendali.
Bambang yang berada dalam mobil menjadi panik.
"Kenapa ini?" tanyanya sambil membetulkan letak resletingnya.
Wanita di sebelahnya tampak terkejut dan membetulkan pakaiannya yang kusut dan acak-acakan.
Sang sopir tak menjawab, ia hanya fokus menatap ke depan dengan memegang stir yang sudah tidak bisa ia kendalikan.
Antonio yang melihat dari scope-nya tampak dingin dan tak berekspresi. Ia menyaksikan mobil-mobil itu oleng saat menginjak aspal licin yang berlumur oli, hingga akhirnya terjun bebas ke dalam jurang menabrak dengan kuat pembatas jalan.
Antonio sang pembunuh dalam diam kini berhasil kembali menaklukan targetnya. Selama ini tidak pernah ada misi yang gagal, sehingga reputasinya menanjak naik diantara anggota-anggota asosiasi lainnya.
"Nice! Good job!" ucap Antonio sambil berdiri dan merapikan kembali senjatanya.
Senjata itu bisa dilipat dan dimasukan ke dalam ransel, hingga tidak mungkin ada orang yang menyadari bahwa ia sedang membawa senjata.
Peralatan-peralatan dari asosiasi terbilang cukup canggih melebihi peralatan militer sekalipun, sehingga tidak mungkin dimiliki oleh orang selain anggota Blood Moon Assosiation.
Antonio lalu menaiki motornya, berkendara menaiki bukit agar tidak ada jejak sedikitpun. Karena dalam misi ini ia ingin polisi mengira kejadian itu adalah murni kecelakaan, bukan karena ulah darinya.
***
Jangan lupa tinggalkan jejak Like dan Komen ya!!!
Bantu Vote juga ya agar Author semakin bersemangat!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
indah_kajoL
bambang owhhh bambang😂😂😂
2021-08-03
0
🏕👑ɱႦσƙʝαɠσ 💣<big><h1><i><u
antonio.... wow
2021-04-20
2
B~R
Bambang si tamvankah 🤔
2021-03-20
1