Between Guns & Roses
Terdengar keras dentuman musik di diskotik dengan ciri khas suara bass yang menggelegar. Tampak seorang pemuda tampan sedang duduk di meja bartender, ia meneguk satu sloki minuman yang baru saja dipesannya. Sesekali kepalanya mengangguk-angguk seiring berjalannya irama musik yang terus terdengar membahana menghiasi ruangan itu.
"Ayo pulang!" ucap lelaki di sebelahnya.
"Sebentar!" balas pemuda itu.
Pemuda itu ialah Antonio, yang sedari tadi terlihat santai walau sebenarnya ia masih dalam kewaspadaan tinggi.
"Ayolah! Terlalu banyak minum! Itu bisa membuatmu bodoh!" ujar lelaki itu lagi.
"Hmmp ... bodoh ya?" dengus Antonio.
"Hahahaha, kalau begitu kita berlomba sampai keluar dari sini. Finish di tempat biasa. Oke!" ucap lelaki itu bertaruh.
"Ayo!" balas Antonio sambil cepat bergegas ke arah pintu keluar diikuti rekannya.
Lelaki itu pun bergerak tak kalah cepat mengejar Antonio, mereka berdua tak terlalu kesulitan menyelinap di antara kerumunan orang yang sedang menikmati alunan musik sambil berjoget.
"Lambat sekali kau, Pedro!" ucap Antonio saat mereka telah sampai di sudut gelap di luar diskotik.
"Awas!" teriak Pedro.
Dor!
"Hampir saja," ujar Pedro sambil menyarungkan kembali pistolnya.
"Kau boleh cepat, tapi masih saja ceroboh," tambahnya sambil menyeringai kecil.
"Sial!" gerutunya sambil telungkup.
Ia menggerutu kesal karena kecerobohannya membaca situasi. Seandainya saja Pedro tidak berteriak mengingatkan, mungkin saat ini ia sudah menjadi mayat.
"Kau mengenalinya?" tanya Pedro pada Antonio yang saat ini sudah di dekatnya.
"Hmm ... mereka rupanya," jawab Antonio singkat.
"Ayo cepat! Kurasa mereka tak sendiri. Biasanya mereka bergerak berpasangan sama seperti kita," ucap Pedro sambil bergerak melangkah.
"Tunggu!" teriak Antonio.
Pedro pun menghentikan langkahnya dan menoleh pada Antonio.
"Tidak ada akses lain untuk keluar dari sini, selain jalan sana," ucap Antonio sambil menunjuk ke sudut gelap di antara gedung-gedung.
"Ayo!" ujar Antonio.
Mereka pun berlari dengan cepat ke arah yang ditunjuk Antonio, namun mereka kehilangan jejak saat sampai di pinggir jalan raya.
"Kita kehilangan jejak!" ucap Antonio sambil menghentikan langkahnya.
"Sudah 'ku duga, dia memiliki akses lain. Hmm ...," jawab Pedro santai.
"Jadi?" Antonio bertanya sambil mengerutkan dahinya.
"Ya sudah, biarkan saja," Pedro menjawab sambil berlalu.
"Gila!!! Aku hampir mati tadi!" Antonio menggerutu sambil mengikuti langkah Pedro.
"Lantas apa yang akan kau lakukan? Bertanya pada mayat tadi? Hey kau! Di mana temanmu? Ke mana larinya temanmu? Begitu? Hahahaha," Pedro berkata mengejek.
"Hmmp ...," Antonio hanya mendengus kesal mendengar jawaban Pedro.
"Kita tidak sedang dalam misi, jadi biarkan saja," Pedro berkata santai.
"Bagaimana kalau tadi aku mati?!" Antonio bertanya dengan nada tinggi.
"Hahahahaha," Pedro hanya tertawa mendengar pertanyaan Antonio.
"Aku sudah mengenalmu cukup lama, bahkan sebelum kau masuk ke asosasi. Kau tau 'kan, kalau ayahmu adalah rekanku dulu?" ucap Pedro santai.
"Apa hubungannya?" tanya Antonio tak mengerti.
"Hahahaha," Pedro tertawa terbahak-bahak.
"Lupakan saja! Aku akan pulang lewat jalan sini, kau mau ikut?" tanyanya sambil menatap Antonio yang masih kebingungan.
"Hmm ... ya sudah, aku duluan ya!" ucap Pedro sambil berjalan memasuki gang kecil disela-sela gedung.
Antonio tak menjawab, ia hanya mempercepat langkahnya menyusuri tepi jalan raya. Seolah ingin segera sampai ke kediamannya.
***
Malam itu ia tak dapat memejamkan mata, melainkan hanya berguling-guling di tempat tidur.
"Hmm ...," ia menarik nafas sambil menggeliat.
Kemudian ia terbangun, mengambil gelas dan menuangkan kopi dari alat pembuat kopi otomatis. Setelah itu, bergegas ke meja kerjanya, mengecek berkas-berkas misi yang harus ia jalani.
Antonio Fernando adalah seorang assasin atau pembunuh bayaran professional yang tergabung dalam Blood Moon Association atau asosiasi bulan darah, asosiasi yang terkenal membunuh dalam situasi apapun. Layaknya bulan purnama yang menyinari gelapnya malam dengan percikan darah, membuat suasana malam menjadi suram dan kelabu.
Ia kini tinggal sendiri di apartemen kecil milik ayahnya yang berada di lantai tujuh belas--membuatnya merasa nyaman untuk mengatur berbagai strategi tanpa ada gangguan suara hiruk-pikuk jalanan yang selalu ramai. Di sana juga telah tersedia sebuah ruangan berisi berbagai macam senjata yang disediakan oleh asosiasi untuk digunakan dalam misi.
Antonio sengaja dimasukkan oleh ayahnya agar bisa menjadi assasin terbaik penerus keluarga Fernando yang terkenal tidak pernah gagal dalam misi, walaupun nyawanya sendiri sebagai taruhannya.
"Hmmp ...," ia menghela nafas pendek sambil sesekali membolak-balik lembaran-lembaran kertas yang berisi data tentang target sasarannya.
Targetnya kali ini adalah Charles Darmawan, seorang pengusaha yang mana menjadikan perusahaannya sebagai topeng untuk melakukan upaya pengedaran narkotika. Beberapa kali ia telah tertangkap aparat kepolisian, namun sebanyak itu pula ia berhasil lolos. Tak sulit bagi seorang pengusaha yang bergelimang harta untuk lolos dari jeratan hukum.
Dari data tersebut tertulis bahwa pukul 10.00, Charles Darmawan akan mengadakan pertemuan dengan koleganya di sebuah gedung di lantai lima. Antonio tampak mengangguk-angguk sendiri tanda paham dengan situasi dan kondisi yang akan ia jalani, otaknya lalu berpikir tentang strategi yang harus ia lakukan demi kelancaran misinya.
"Aku harus mempersiapkan dari sekarang," gumamnya.
Setelah menutup berkas dan memasukan kembali ke dalam laci, ia lantas bergegas ke ruangan senjata. Mengambil satu senjata laras pendek, yaitu Magnum dan satu senjata laras panjang, sejenis Sniper Rifle. Kemudian dimasukkannya dengan rapi ke dalam tas.
Blood Moon Association sebenarnya bergerak berpasangan saat menjalani misi, ada tipe strategi dan tipe eksekusi. Antonio yang merupakan anggota tipe eksekusi seharusnya bergerak dengan Pedro yang merupakan partnernya dari anggota tipe strategi. Namun, karena ia terkesan sering berimprovisasi membuat strategi Pedro menjadi sia-sia.
Kriiing! Kriiing!
Terdengar bunyi panggilan dari ponsel Antonio
"Hallo!" ucap Antonio.
"Aku tahu kau belum tidur," ucap Pedro dari seberang telepon.
"Iya, ada apa?" tanya Antonio dingin.
"Hahaha ... Kau masih saja seperti itu, bergerak semaumu sendiri. Aku yakin strategiku lebih matang dan kemungkinan berhasil lebih besar," jawab Pedro.
"Aku menghargai pendapatmu, bagaimana pun kau adalah partner ayah. Tapi aku lebih paham dengan apa yang harus aku lakukan, percayalah padaku!" ujar Antonio tegas.
"Hahaha ... Silahkan saja! Aku percaya padamu!" kata Pedro diiringi tawa, lalu menutup panggilan teleponnya.
Tut! Tut!
"Terima kasih," ucap Antonio perlahan sambil menggenggam erat ponselnya.
Setelah itu ia menggambar kerangka strategi yang harus ia jalani esok hari di papan tulis yang tersedia. Sesekali ia termenung dan mengangguk dalam menggambarkan situasi.
"Dari sini, terus kesini, lalu kesini," gumamnya sambil menggores-gores kapur pada papan tulisnya.
"Hmm ...," ia menatap papan tulis itu sambil menghela nafas.
"Oke, fix! Aku paham sekarang!" ujarnya sendiri.
Setelah merasa paham dengan jalan pikirannya sendiri, ia lantas menghapusnya hingga bersih. Segalanya telah ia rekam dan simpan dalam memori otaknya.
"Sepertinya aku harus beristirahat," ujarnya sambil menangkat kedua tangan keatas, meregangkan otot-ototnya yang mulai terasa kaku.
***
Jangan lupa tinggalkan jejak Like dan Komen ya!!!
Bantu Vote juga agar Author semakin bersemangat!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Zero😈
ku menahan rasa sakit.... rasa sakit 🤣🤣
2023-12-02
0
💕febhy ajah💕
ngintipin ini dlu
semoga ceritanya bikin betah so
dari awal dah menarik.
2023-06-22
0
🌺ziRa_hEnY💞🐊🐊
semangat Thor
2022-07-16
0