Karena kehebohan acara lamaran semalam. Komplek perumahan Rafa dan Raya pun menjadi bahan ghibah para tetangga.
Maklum saja, keluarga Rafa dan Raya memang selalu jadi bahan omongan satu komplek. Tak pernah habis dibahas. Pujian selalu keluarga itu dapatkan. Tidak lain dan tidak bukan karena kelebihan Rafa dan Ghaisan, tapi tidak untuk Sofia. Sejak kecil anak bungsu Rafa itu selalu jadi kekurangan di antara kelebihan yang Papi dan Kakaknya miliki.
Pagi ini telinga Raya sedikit panas mendengar ibu-ibu komplek yang kepo pada keluarganya. Bermaksud ingin membeli sayur di depan rumah, tapi malah dibuat gerah oleh para ibu-ibu yang melontarkan bermacam pertanyaan kepadanya.
"Dengar-dengar semalem jeng Raya kedatangan tamu penting ya jeng?" tanya ibu-ibu sebaya Raya yang masih mengenakan rol rambut di kepalanya.
"Sofia di lamar om-om kaya ya jeng?" kali ini si ibu dengan lipstik berwarna merah dengan
rambut kriwil.
"Jangan asal kalian. Mungkin teman-teman kantor Ghaisan. Iya kan jeng?" giliran si ibu bertubuh gempal menimpali.
"Tapi mobilnya mewah banget loh. Kayak mobil artis-artis di televisi, mobil sport kalo gak salah? Iya kan jeng?" si ibu dengan gaya sosialita ikut nimbrung juga.
Raya dengan cepat mengambil beberapa sayur yang ia perlukan, dan segera membayar.
"Doain aja yang baik-baik untuk anakku Sofia ya buk. Nanti kalo udah waktunya, ibu-ibu di undang kok tenang aja." Raya membalas dengan senyuman lalu segera pergi meninggalkan para tetangga yang masih asik ngerumpi.
"Kepo banget." Oceh Raya sambil berjalan masuk ke pekarangan rumahnya.
"Kenapa sih yank? ngoceh-ngoceh gak jelas." Rafa yang sedang menyiram tanaman di depan rumah melirik istrinya yang mengoceh.
"Biasa beib, gara-gara tamu dadakan semalam kita jadi trending topik hari ini."
"Gak usah di ladenin yank, biarin ajalah. Berarti mereka itu perhatian sama keluarga kita."
"Siapa juga yang mau ngeladenin ibu-ibu usil itu beib. Cuma kesel aja ditanya yang aneh-aneh."
"Mendingan kamu masak aja sekarang yank, aku bantu." Rafa berucap sambil menggandeng lengan Raya dengan mesra masuk ke dalam rumah bersamaan.
"Cie ... Cie ..., siapa yang mau nikah siapa yang lengket kayak lem." Goda Sofia pada mami dan papinya. Gadis itu sedang bersantai di sofa, membaca Novel sambil mengunyah kacang kulit. Hari ini hari Minggu, jadi Rafa dan Sofia libur bekerja dan kuliah.
"Bantuin mami masak! mau nikah tapi gak bisa masak." Oceh raya.
"Mami ngeremehin menantu mami ya? Abang Dilan gak mungkin nyuruh istrinya masak mami. Buat apa banyak pelayan di rumah." Begini lah bila kesombongan sudah menguasai.
"Hahahaha ... awas ya kalo suatu saat suami kamu minta dimasakin, tapi kamu cuma bisa masak aer doang."
"Tinggal cari di Mbah G mami, sekarang zamannya udah canggih. Gak usah terlalu di repotin."
"Tuh kan beib, liat anak perawan kamu itu beib." Mengadu pada Rafa yang sedang mencuci sayuran.
"Sofi ..., jangan bikin mami marah!" Rafa menengahi perdebatan ibu dan anak itu.
"Iya papi, Sofi diem sekarang." memasukkan kacang kemulutnya dan melanjutkan bacaannya lagi. Sama sekali tak berniat membantu maminya memasak. Buah jatuh memang tak jauh dari pohonnya.
* * *
Di kantor Dilan ...
Sudah setengah jam Boy berdiri di ruangan tuannya itu. Bersiap menunggu perintah dari Dilan. Tapi sampai sekarang belum ada tanda-tanda tuannya itu memberi perintah.
Dilan masih memutar otak cerdasnya untuk membuat keputusan tentang hubungannya dengan Sofia. Sejak tadi pria itu hanya berputar-putar di kursi kerjanya.
"Cancel saja Boy! kasih uang ganti rugi karena pihak kita sudah PHP ." Ucap Dilan akhirnya.
"Baik Tuan." Jawab Boy tanpa protes.
"Kenapa kamu hanya menjawab singkat?"
"Bukankah itu jawaban yang Tuan inginkan?"
"Kamu tidak punya solusi lain Boy? bukannya kamu yang lebih pintar menangani seorang wanita."
Boy tersenyum tipis. " Tuan salah besar. Saya belum punya pengalaman dengan seorang wanita. Bukannya seharusnya Tuan yang lebih berpengalaman? Tuan sudah pernah menikah dan punya anak." Kata-kata yang sangat tepat menancap di jantung Dilan.
Dilan mencerna ucapan Boy. Benar juga. Boy belum pernah berkencan apalagi menikah. Kenapa dia harus percaya pada Boy.
Tapi entah mengapa, Dilan merasa Boy punya kemampuan lebih darinya.
Itulah kenapa Dilan masih mempertahankan Boy untuk selalu berada di sisinya. Sejak ia memimpin perusahaan di umur 19 tahun hingga sekarang. Boy masih betah bekerja menjadi orang kepercayaannya.
"Saran saya. Sebaiknya Tuan jalani saja hubungan ini Tuan, saya perhatikan Nona Sofia gadis yang baik walaupun sedikit unik. Tapi saya yakin dia bisa membantu Anda suatu hari nanti. Mungkin." Ujar Boy dengan sedikit penekanan di bagian kata mungkin.
"Entahlah Boy. Saya tidak yakin bisa menerima seorang wanita lagi dalam hati dan hidup saya." Dilan membayangkan rumah tangganya dimasalalu. Rasa sakit di hatinya kembali bersarang saat ia mengenang kembali.
"Jangan pernah membandingkan masalalu dan masa depan Tuan. Tuan berhak bahagia."
"Kenapa bukan kamu saja yang menikah Boy?"
"Saya akan bahagia jika melihat tuan bahagia."
Dilan menatap manik mata Boy. " Jangan bilang kamu suka saya Boy?" Dilan mengedipkan sebelah matanya, seolah-olah sedang menggoda Boy.
"Saya normal Tuan. Maaf, Anda saya tolak. Hahahahah ..." Boy tertawa garing. Seketika raut wajah Dilan menjadi kesal.
"Saya juga masih normal Boy." Ketus Dilan sambil melempar pulpen ke arah assistennya itu.
"Baiklah. Bagaimana kalau sebaiknya Tuan ajak Nona sofia berkencan!"
"Apa? kencan? tidak Boy, itu ide yang sangat menyebalkan. Saya tidak suka menjadi bahan gosip."
"Baiklah. Sebaiknya menikah saja langsung. Jadi Anda tidak akan jadi bahan gosip lagi. Saya akan menutup identitas Nona Sofia supaya tidak ada yang tau identitas pribadi Nona Sofia. Acara pernikahan bisa kita lakukan disalah satu hotel cabang kita di luar kota Tuan. Tanpa wartawan dan teman dekat, hanya keluarga besar dari Nona Sofia dan Anda, juga teman bisnis tertentu saja. Bagaimana Tuan?"
"Apa mereka tidak keberatan Boy? putri satu-satunya menikah di luar kota dan tidak mengundang tetangga?"
"Saya rasa keluarga dokter Rafandi sangat cerdas dan pengertian. Mereka akan paham kenapa harus menikah di tempat yang jauh. Saya akan mengurus semuanya Tuan."
"Kenapa kamu terlihat sangat bahagia dengan pernikahan ini Boy?"
"Bukankah Tuan juga bahagia?"
"Siapa bilang?"
Boy mengerutkan dahinya. Apa yang sebenarnya diinginkan bosnya ini? jika saja Boy terlahir sebagai wanita mungkin Boy tidak akan tertarik pada pria seperti Dilan. Tampan, kaya tapi susah ditebak apa maunya.
Apa karena ini Nona Raisya berselingkuh?
Boy membuang jauh-jauh pikiran negatifnya. Kenapa ia malah membayangkan mantan istri bosnya yang penghianat itu.
"Sudahlah. Wanita itu memang kurang bersyukur." Batin Boy.
* * *
Jangan lupa tinggalkan jejak ya😉
Like, komen n vote ... Author hanya mengingatkan. Karena terkadang kita lupa kasih jempol waktu selesai baca😁
sebagai penyemangat para penulis saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Zainab Ddi
Sofi mana mau orang dia mau pamer
2022-01-22
0
Isam Amoy
lanjut
2021-05-15
0
Anie Jung
Sofia Raya bangett potocofy'an😃😃😆😆
2021-02-09
0