Boy akhirnya ikut mengeluarkan suara karena ia rasa tuannya tidak akan sanggup meladeni Sofia di depan orangtuanya.
"Begini Pak Rafa dan Ibuk. Tuan Dilan datang kesini bermaksud ingin melamar putri Ibuk Sofia. Mereka belum lama kenal, tapi saya rasa ada sedikit kecocokan diantara mereka. Maka dari itu, kami ingin minta persetujuan Bapak dan Ibuk untuk hubungan mereka selanjutnya. Bapak tau sendiri Tuan Dilan sudah lama menduda, "Ucap Boy dengan santainya tanpa sadar Dilan sudah menatap horor ke arahnya.
"Jadi, tidak baik bila berhubungan terlalu lama dengan seorang gadis muda tanpa ikatan pernikahan." Lanjut Boy.
Dilan dan Sofia kompak menoleh Boy.
"Apa maksud mas Boy?" batin Sofia.
"Habis kamu Boy kalau sudah pulang dari sini!" Dilan membatin dengan wajah kesal.
Rafa dan Raya hanya mendengarkan penuturan Boy dan mengangguk setuju dengan Kata-kata yang diucapkan Boy. Pria itu memang pandai bicara. Ia bisa hangat dan juga bisa dingin. Tergantung dengan siapa dan dimana ia berada. Memang Bunglon itu si Boy.
"Ya sudah, saya tidak bisa melarang. Semua keputusan ada di tangan putri saya Sofia." Ucap Rafa kemudian.
Bagai angin segar. Sofia begitu girang di dalam hatinya. Sedang Dilan tidak tau apa yang ia pikirkan. Hati dan otaknya berperang, dan entah kapan akan berdamai.
"Sofi sih oke-oke aja Pi, gadis mana yang akan menolak lamaran dari pria kayak Abang Dilan." Jawab Sofia.
Jawaban yang memang sudah Boy ketahui.
Tapi jawaban aneh menurut kaca mata seorang Dilan.
"Gadis ini terlalu santai sekali." Batin Dilan lagi.
Raya yang merasa aneh dengan situasi ini, langsung menarik tangan Sofia.
"Kalian lanjutin obrolannya ya, saya sama Sofi bikin minum dulu. Nak Dilan jangan sungkan ya!" basa-basi ala calon mertua yang baik hati dan tidak sombong.
Raya dan Sofia menuju ke arah dapur. Sampai di dapur, Raya baru melepaskan tangan putrinya.
"Cepet cerita ke mami! Mami mencium aroma mencurigakan." Raya menatap Sofia dengan wajah penasaran.
"Aroma apa sih mi, yang ada aroma Sultan yang tercium. Mami kayak gak percaya anaknya aja. Abang Dilan itu udah jatuh hati sama Sofia sejak awal bertemu mi." Sombong Sofia. Karena tidak mungkin ia menceritakan yang sebenarnya pada maminya. Bisa-bisa ia Batal menikah dengan pria impiannya, karena sudah pasti Raya tidak akan setuju jika tau alasan yang sebenarnya.
"Jangan kepedean. Kamu sama si Dilan itu kayak langit dan bumi. Untungnya kamu itu cantik kayak mami." Si Raya ikutan sombong.
"Sofi itu lebih mirip Papi. Mami gak liat?"
"Emang papi kamu bisa bikin anak sendiri? Mami sama papi kamu itu sama-sama bibit unggul jadi muka kamu sama Ghaisan sama-sama kualitas terbaik. Cuma tingkah kamu aja yang kurang baik."
"Kok kita jadi ngomongin bibit unggul sih mi? bukannya kita tadi mau bikin minum?"
"Oh iya, mami lupa. Kamu sih ngajak berantem mulu. Ayo cepet kamu bantu mami bikin minum!"
Sofia akhirnya lega karena maminya tidak jadi mengorek informasi lebih lanjut. Otak Sofia memang tidak ada lawannya bila menyangkut
hal-hal kelicikan dan berakting. Tapi nol besar bila soal pelajaran.
* * *
Setelah minuman dan cemilan telah siap. Raya menyuruh Sofia meletakkan beberapa cangkir teh hangat di atas meja ruang tamu. Sedangkan Raya membawa beberapa cemilan ringan.
Namun bukan Sofi namanya bila tak membuat ulah. Dari dapur gadis itu sudah sepelan mungkin berjalan membawa nampan yang berisi gelas teh panas. Seolah membawa barang berharga yang takut pecah atau membawa bendera di upacara hari Nasional. Dengan konsentrasi tingkat tinggi dan fokus agar teh sampai dengan aman.
"Huh ..." Bersuara pelan. Merasa sudah berhasil membawa teh itu agar tidak tumpah.
Tapi saat hendak meletakkan gelas teh itu satu-persatu pada tamunya. Salah satu gelas teh tumpah dan mengenai paha Dilan.
"AAAA ...," Teriak Dilan merasa panas di area pahanya di balik celana panjangnya.
"Abang ... maaf ... maaf." Sofi refleks mengelap paha Dilan yang kebasahan karena tertumpah teh panas.
Jangan tanya bagaimana reaksi semua orang. Mereka kompak menoleh dengan ekspresi bengong melihat reaksi dua orang itu.
Dilan berdiri sambil menahan panas sementara Sofia membungkuk ke arah paha Dilan sambil terus mengusap paha pria itu tanpa malu-malu. Bisa di bayangkan bagaimana posisi keduanya jika di lihat dari belakang.
"ABANG BUKA AJA CELANANYA!" Celetuk Sofia dengan volume suara yang lumayan keras karena panik.
"APA?" Dilan, Rafa dan Raya menjawab bersamaan.
Sofia menghentikan aksinya. Menoleh semua orang yang masih menatapnya, "Maksud Sofi Abang ke kamar mandi buka celananya. Nanti Sofi ambilin celana ganti untuk Abang."
"Ouw ... " Lega Raya, hampir saja ia di buat malu oleh ulah anak gadisnya itu.
"Tidak apa-apa. Nanti ganti di rumah saja." Ucap Dilan akhirnya. Walaupun rasa panas masih terasa di area pahanya.
"Jangan nak Dilan. Nanti kamu masuk angin, tante ambilin celana om atau nggak Ghaisan aja ya? pasti pas untuk kamu." Raya pergi menuju kamarnya dan kamar Ghaisan.
Sedangkan Sofi menemani Dilan ke kamar mandi.
Lano dan Boy saling menoleh. Lano mengatakan sesuatu pada Boy lewat mimik mukanya lalu Boy menjawab dengan anggukan. Jika di artikan dengan bahasa mulut mungkin seperti ini. " Apa Daddy akan baik-baik saja menikah dengan wanita itu?"
"Jangan khawatir Tuan muda. Semua akan baik-baik saja." Begitulah kira-kira percakapan antara dua orang itu. Bahasa batin yang luar biasa.
Dilan menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan dengan kasar. Hampir saja ia ingin mengacak-acak rambutnya, Untung saja ia sadar bahwa rambutnya sudah tertata rapi. Rugi bila harus di acak-acak.
Di dalam kamar mandi Dilan sudah membuka semua celananya, kecuali celana dalam. Karena ternyata tumpahan teh itu membasahi celana panjang dan boxer yang ia pakai.
Tok ... tok ... tok.
"Ini celana gantinya Bang." Sofia menyodorkan celana bahan panjang berwarna hitam itu kepada Dilan, saat pintu kamar mandi terbuka sedikit.
Dengan wajah horor Dilan mengambil celana itu dari tangan Sofia. "Huss ... menjauh! awas kalau kamu ngintip!!" mengusir Sofia dari balik pintu kamar mandi.
"Ini rumah Sofi Abang. Siapa yang harusnya di usir?" Cuek Sofia. Gadis itu segera pergi dan kembali ke ruang tamu.
Akhirnya setelah pembicaraan yang tak ada ujungnya. Dilan pun memutuskan untuk pamit pulang. Selanjutnya dia dan Sofia akan membahas kembali masalah ini berdua saja. Karena orangtua Sofia juga sudah setuju dengan hal itu. Raya dan Rafa memutuskan menyerahkan semuanya kepada putri mereka Sofia.
Mobil mewah itupun pergi dan menghilang di balik pagar rumah orangtua Sofia.
Raya, Rafa dan Sofia masuk kembali ke dalam rumah.
"Kamu harus mami ceramahin. Sini kamu!!" menarik telinga Sofia ke dalam rumah.
"Aduh mi, apa-apaan sih mi. Sofi salah apa lagi sih mi?"
"Kalo ada tamu laki-laki apalagi kayak si Dilan tadi, awas kalo kamu masih pakai baju kayak gini! apa kamu gak malu Sofi? Kamu kayak pembantu sama majikan tau nggak." Kesal Raya.
"Biasa aja mi, Sofi itu pake apa aja cantik alami emang dasarnya udah cantik dasteran aja tetep cantik mami."
"Udah yank, tamunya juga udah pergi. Tapi lain kali dengerin apa yang di bilang mami kamu ya Sofi! Papi gak suka punya anak gak sopan." Rafa menengahi.
Sofia mengangguk. "Kalo tau yang dateng Abang Dilan Sofi bakalan pake gaun sama ke salon mami." Oceh gadis itu nyaris tanpa suara.
* * *
Jangan bosan ya dengan cerita receh author ini ... maaf bila masih banyak kekurangan. Karena othor hanya manusia biasa yang punya banyak kekhilafan🙏😁
Jangan lupa dukung othor dengan klik jempol di tiap bab, klik juga tombol ❤️ dan vote bila berkenan!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Zainab Ddi
Sofi dinasehatin malah ngejawab aja
2022-01-22
0
Wanto Weweng
ngakak abis
2021-09-03
0
🌷Tuti Komalasari🌷
dasar si Sofi sableng...😃😃😃😃😃
2021-07-25
0