6 tahun kemudian
Setelah melewati masa tidurnya, matahari perlahan memunculkan cahayanya menerangi bumi. Sungguh sangat cerah pagi ini, disertai dengan kicauan burung yang bernyanyi. Seolah-olah mereka menyambut kemunculan matahari dengan begitu gembira.
Cahaya matahari menyusup masuk ke sela-sela jendela yang kain penutupnya tidak tertutup dengan benar, mengakibatkan seorang gadis yang masih terlelap sedikit terusik akan cahaya tersebut. Cahaya itu begitu menyilaukan baginya, tapi dia sendiri terlalu malas bangun hanya untuk membenarkan tirai jendelanya. Akhirnya dia memilih berbalik dan menutup kepalanya dengan selimut, jadi sekarang tubuh gadis itu sudah sepenuhnya tertutupi selimut.
Tok tok tok
"Kebo, bangun. Sarapan dulu kata papa!"
Terdengar suara ketukan dan suara seorang laki-laki dari arah pintu kamar. Tetapi sang empu kamar sama sekali tidak menghiraukan panggilan tersebut dan masih senantiasa melanjutkan mimpinya yang sepertinya sangat indah.
Tok tok tok
Lagi, orang itu kembali mengetuk pintu kamar. Namun ketukan kali ini lebih keras dari sebelumnya.
"Lo kalo nggak buka pintu ini, gue terpaksa masuk kamar lo."
Jika sedang berada di hutan, mungkin suara yang selanjutnya terdengar hanyalah suara jangkrik. Sebab tak ada sahutan sama sekali dari sang empu kamar, membuat orang yang berdiri di balik pintu mendecak sebal.
Walaupun ini sudah menjadi rutinitasnya hampir setiap hari untuk membangunkan gadis itu. Tapi tetap saja, dia tidak dapat menahan kekesalannya karena manusia yang satu ini sangat sulit untuk dibangunkan dari tidurnya. Dia jadi bertanya-tanya, apakah orang ini adalah wujud putri tidur di dunia nyata?
Klek
Tanpa berbasa-basi lagi, laki-laki itu membuka pintu kamar dan masuk ke dalam. Hal pertama yang dia lihat adalah seonggok tubuh yang tertutup oleh selimut dari ujung kepala hingga ujung kaki. Bisa dibilang seperti, seekor kepompong yang sedang bermetamorfosis untuk menjadi seekor kupu-kupu.
Laki-laki itu hanya menatap datar fenomena dihadapannya sekarang. Kemudian menatap ke arah jendela yang tirainya tidak tertutup dengan benar, senyuman miring pun tercetak di wajahnya.
"Bangun woy!" setelah mengucapkan kalimat tersebut, laki-laki itu pun membuka tirai dengan gerakan cepat. Alhasil cahaya matahari sudah sepenuhnya masuk ke dalam kamar gadis yang belum bergerak sama sekali dari posisinya.
Tak cukup sampai di situ, laki-laki itu mendekati gadis tersebut dan menarik paksa selimutnya. "Jangan sampai-"
"Iya iya, gue bangun. Berisik amat, sih. Masih pagi juga."
"Ya siapa suruh, lo susah banget buat dibangunin." Laki-laki itu mengambil boneka koala yang berada di dekatnya, kemudian melemparnya ke arah gadis itu. "Lauren Winata."
"Bacot lo, Geovanno Winata," dari balik selimutnya Lauren mengeluarkan tangannya, mengacungkan jari tengah ke arah suara Geo berasal.
Yap. Gadis yang saat ini masih dipeluk erat oleh selimutnya itu adalah Lauren Winata, gadis itu sudah genap berumur 20 tahun. Lalu laki-laki yang kesusahan untuk membangunkannya tadi tak lain adalah Geo. Laki-laki itu juga sudah tumbuh dewasa dengan wajah yang tampan dan tubuh tinggi.
Mungkin saat mereka masih kecil, keduanya saling menyayangi dan bersikap manis satu sama lain. Tetapi saat tumbuh dewasa bersama, kedua orang itu semakin sering bertengkar dan berdebat karena berbedanya pendapat. Namun itu hanyalah sifat alamiah yang terjadi di antara kakak beradik, rasa sayang di antara keduanya sama sekali tidak berkurang. Apalagi semenjak kejadian itu, keduanya berjanji akan selalu menyayangi dan menjaga satu sama lain. Agar tidak terulang kembali yang namanya kehilangan di dalam hidup mereka.
"Dah lah, cepetan bangun sana. Papa dah nunggu buat sarapan," tak disangka-sangka Geo menendang tubuh Lauren, tubuh yang masih terbungkus selimut itu pun suksee terjatuh dari tempat tidur.
"Sialan lo, bangs-"
"Eh. Ingat kata papa, di rumah nggak boleh ngomong kasar," ucap Geo seraya berjalan acuh tak acuh meninggalkan Lauren yang sedang berusaha keluar dari gulungan selimutnya sendiri.
"Sabar Ren, sabar. Punya abang kek dia emang harus sabar," setelah terlepas dari selimutnya Lauren beralih melipat selimutnya dengan rapi, tak lupa juga merapikan tempat tidurnya. "Tapi gue heran banget, anjir. Kalo di luaran atau di depan orang lain, sok cool banget tu orang. Lah pas sama gue, nyebelin dan cerewet banget."
"Ren, gue masih di sini loh."
Lauren semakin menghembuskan napasnya kesal. "Tau kok, gue emang sengaja biar lo dengar," gadis itu kemudian melempar asal boneka koala yang tadi dilemparkan Geo kepadanya. "Gue dah selesai," tak ingin menunggu laki-laki yang masih berdiri di depan kamarnya. Lauren melangkahkan kakinya dengan gontai, sesekali dia menguap karena rasa kantuk yang belum sepenuhnya hilang.
"Lo kuliah siang?" Tanya Geo yang mengekori Lauren dari belakang.
"Hmm," deheman tersebut menandakan gadis tersebut terlalu malas untuk menanggapi pertanyaan Geo.
"Pantes. Tidurnya kek kebo, kebiasaan."
"Bacot lo, monyet."
Ya, seperti itulah gambaran percakapan kedua kakak beradik itu sehari-harinya. Hampir tidak pernah lagi terdengar kata-kata manis yang keluar dari mulut mereka masing-masing. Jika tidak ejekan yang menyebalkan, maka kata kasar lah yang meluncur dengan bebasnya. Namun hanya Lauren saja yang sering keceplosan mengucapkan kata kasar, dan itu penyebabnya juga tak lain karena Geo. Coba saja kakak laki-lakinya itu tidak semenyebalkan sekarang, mungkin Lauren tetap akan menjadi seorang adik perempuan manis yang menggemaskan.
...*****...
"Selamat pagi, papa," Lauren mendekati Gevan dan tanpa ragu mencium pria tersebut.
Gevan tersenyum dan ikut mencium pipi Lauren sebagai balasan. "Selamat pagi juga, sayang."
"Cih, giliran papa dicium begitu," siapa lagi yang mencibir seperti itu selain Geo. Nampaknya laki-laki itu merasa iri, karena adiknya bersikap manis hanya kepada Gevan saja. Sedangkan kepadanya, Lauren selalu meluapkan emosinya dan melemparkan kata-kata kasar yang bertumpah-ruah.
"Iri bilang boss."
"Ya iyalah, gue iri. Lo nya nyium pa-"
Cup
"Noh, biar lo diem."
Tolong, siapa saja yang bersedia untuk membangunkan Geo sekarang. Apakah dia sedang bermimpi kalau Lauren baru saja mencium pipinya? Oh ayolah, saat ini Geo hanya bisa terdiam di tempat, seraya menatap adiknya itu terheran-heran.
Sedangkan Lauren hanya terkekeh kecil melihat reaksi kakaknya itu. Jauh di dalam hati kecilnya Lauren, dia sangat merindukan di mana dia bisa dengan sebebasnya mencium Geo. Hanya saja dirinya yang sekarang ditutupi gengsi yang besar, sebab itulah Lauren sangat jarang melakukan hal tersebut.
Kelakuan kakak beradik itu, tak luput dari pandangan Gevan yang masih sibuk menyiapkan sarapan untuk mereka. Pria itu tersenyum, bersyukur atas kebahagiaan yang masih diberikan oleh Tuhan kepadanya. Walaupun kehilangan yang pernah menimpanya di masa lalu masih membekas, setidaknya Gevan masih memiliki dua orang berharga ini di dalam hidupnya. Jika suatu saat Gevan harus kembali kehilangan, maka dia akan merelakan segalanya terkecuali untuk dua orang ini. Sebab Lauren dan Geo lah yang selama ini menjadi alasan untuk dirinya bertahan hidup dan memulai kehidupan dari awal lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
🌺Zaura🌺
masih lanjut baca...
2024-09-05
0
yeopo yeojaaaa
bener kan tebakanku xixixi
2024-09-02
0
yeopo yeojaaaa
aku tebak, pasti ini Lauren🤣
2024-09-02
0