Umur Hanyalah Angka

Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 13.00, itu artinya setengah jam lagi akan masuk waktu kuliahnya Lauren. Gadis itu sudah berada di luar rumah, tepatnya di depan garasi, karena setiap hari selasa jam kuliah Lauren berbeda dengan jam kuliahnya Geo. Jadi di sinilah sekarang gadis itu berada, di depan garasi seraya memanaskan motor sport nya yang berwarna hitam pekat.

Gadis dengan model rambut pixie cut itu duduk manis di atas motor sport, sesekali dia memutar tuas gas menghasilkan suara yang sangat memuaskan baginya.

Bruuum bruuum

Suara tersebut bukan berasal dari motor sport miliknya, melainkan berasal dari suara motor sport lain dari arah depan. Hal itu rupanya menarik perhatiannya Lauren, kemudian dia menoleh ke arah sumber suara, dan nampak lah sosok laki-laki yang juga tengah menunggangi motor sport dengan senyumnya yang begitu semringah.

"Kiw kiw. Ada cegan, nih. Naik motor ya, hari ini?"

Seketika Lauren memutar bola matanya malas, dia kenal dengan seonggok makhluk hidup tersebut. Percayalah, orang menyebalkan kedua setelah Geo adalah orang tersebut. Salah satu dari dua orang kembar tetangganya, Nathan Arkananta.

Nathan sama sepertinya, jika hari selasa maka dia akan pergi kuliah menggunakan motor sport. Sebab dia dan saudara kembarnya berbeda jadwal kuliah, karena hal itu pula mereka berdua harus mengendarai motor sport masing-masing saat berangkat kuliah. Lalu yang paling naasnya lagi, makhluk menyebalkan itu satu kelas dengan Lauren. Jadilah setiap hari selasa tiba, maka Nathan akan selalu membuntuti Lauren saat berangkat kuliah.

Lauren hanya menatap sosok tersebut malas, dia lebih memilih untuk segera memakai helm full face nya daripada harus menanggapi pertanyaan yang tidak berfaedah itu.

"Seperti biasa, cegannya dingin beut ges," lagi, Nathan bermonolog tak jelas.

"Kamu sih, udah tau neng Lauren tiap hari selasa pergi pake motor, masih aja ditanyain," satpam di kediaman keluarga Winata, pak Denis namanya. Dia membuka pagar seraya berucap demikian.

Tak hanya Lauren yang merasa kesal jika bertemu dengan Nathan, tetapi satpam itu juga merasakan hal sama. Sebab dia harus setiap hari melihat kelakuan Nathan yang seperti makhluk tak jelas asalnya itu dari pos satpamnya.

"Emang nggak bisa gitu pak, basa basi dikit."

Pak Denis menggelengkan kepalanya. "Basa basi kamu tu udah basi banget. Jangankan neng Lauren, saya juga muak kalo dibasa basiin sama kamu."

Seketika Nathan memegang dadanya, bersandiwara seolah-olah sedang sesak napas. "Aarrggh! Sakit beut hatiku pak, dibilang begitu."

Selanjutnya pak Denis tak lagi menghiraukan makhluk itu, dia berbalik dan tersenyum saat melihat Lauren sudah berada di dekat pagar.

"Aku berangkat ya, pak."

"Iya neng, hati-hati dijalan ya," sahut pak Denis seraya tersenyum.

Begitulah keseharian mereka jika pergi meninggalkan rumah, baik itu Gevan, Geo atau pun Lauren. Selalu berpamitan dengan pak Denis sembari tersenyum ramah. Hal itu memang diterapkan oleh Gevan sedari dulu kepada anak-anaknya. Pria tersebut berpesan, kita harus menghargai setiap orang yang bekerja kepada kita. Terutama jika orang tersebut umurnya lebih tua dibandingkan kita, maka selain menghargainya kita juga harus menghormatinya. Prinsip yang ditanamkan ke keluarga Winata itulah, menyebabkan semua orang bekerja di rumah itu merasa betah dan berasa seperti bagian dari keluarga.

"Pak Denis, gue juga berangkat ya."

"Hmm."

"Yeeu, malah ham hem ham hem doang. Nggak mau bilang hati-hati dijalan gitu, ke gue?"

"Males. Memangnya kamu siapanya saya?"

Ah, sudahlah. Nathan hanya menatap datar satpam tersebut, tidak berbeda jauh dari sang majikannya pikir Nathan. Karena tak ingin tertinggal jauh dari Lauren, laki-laki bermata sandu itu dengan cepat menjalankan motor sport miliknya.

...*****...

"Morning, Laurenku sayang," seru Niken Zunaira setelah melihat kedatangan Lauren di kelas. Gadis berambut bondol, dengan ciri khasnya yang selalu memakai kacamata.

"Ngigo lo, siang bolong begini dibilang morning?" bukan Lauren yang menyahut, tapi gadis berkuncir kuda yang duduk di sampingnya. Gadis berpenampilan tomboy sama seperti Lauren, Yara Adiba namanya.

"Biasalah, mungkin belio baru bangun tidur. Jadi disangka masih pagi," Lauren memilih duduk di kursi belakang, tepatnya di belakang Niken dan Yara berada. Sebab di sampingnya, ada seorang gadis lagi yang duduk di sana. "Udah sampai sejak kapan, El?"

Gadis yang dipanggil El itu menoleh, melepas sebelah earphone blueetoothnya. "Udah dari jam 13.00 tadi, Ren."

"Set dah. Gue jam segitu baru manasin motor, El.

Eliza Hamza, gadis manis dengan rambut panjang sepunggungnya itu terkekeh setelah mendengar ucapan Lauren. Memang dia adalah salah satu mahasiswi yang rajin, selalu datang lebih awal dari mahasiswa yang lain. Jauh berbeda dengan Lauren, yang selalu datang di akhir waktu. Bahkan lebih parahnya lagi, gadis itu bisa datang setelah dosen masuk kelas.

"Woy, Lauren!" dari arah pintu kelas, ada seorang laki-laki yang meneriaki nama Lauren. "Tega banget lo ninggalin gue?"

Hembusan napas kasar pun terdengar dari Lauren. Gadis itu seketika membatin, dosa apa yang telah dia lakukan di masa lalu. Sehingga dia mendapat karma ditempeli oleh makhluk tak jelas itu.

"Ngapa lagi tu jin tomang? Perasaan ngintilin lo mulu, Ren?" Yara yang terheran-heran dengan kelakuan seorang yang tak lain adalah Nathan itu akhirnya bertanya kepada Lauren.

Gadis ditanyai itu malah menggelengkan kepalanya. "Gue juga nggak tau. Capek gue, hampir tiap hari ditempelin sama tu makhluk."

"Lo lupa atau amnesia sih, Ra. Mereka berdua kan tetanggaan, rumah mereka berhadapan gitu di komplek. Gimana engga Lauren ketempelan sama tu jin tomang," sahut Niken seraya membenarkan kacamatanya.

"Lah iya, yaa," seketika Yara menepuk jidatnya. "Lauren aja ditempelin segitunya sama dia, gimana nasib kembarannya ya?"

"Kok kamu tiba-tiba kepo sih, Ra?" Eliza yang sedari tadi diam memperhatikan, akhirnya bersuara seraya terkekeh kecil.

"Iya loh, nggak biasanya lo begitu," sahut Niken tak mau kalah. "Apa jangan-jangan lo suka sama si kembar itu?"

"Dih, ogah gue sama makhluk yang begitu bentukannya."

Melihat respon Yara, Lauren juga ikut terkekeh. "Ikhlas dunia akhirat gue Ra, kalo lo sama dia. Ya setidaknya gue nggak ditempelin sama Nathan lagi, gantian lo yang ditempelin."

"Wah, Lauren. Lo juga ikut-ikutan begitu, jangan sampai gue emosi yah", tentu saja Yara tak terima jika diejek seperti itu. Dia sama halnya seperti Lauren, sangat tidak menyukai sifat menyebalkannya Nathan. Jika membunuh itu tidak berdosa dan tidak dipenjara, mungkin laki-laki itu sudah sangat lama dibunuh oleh Yara.

"Ada ape nih, kalian para ciwi-ciwi gibahin gue ya?" Tak ada angin, tak ada hujan. Tiba-tiba Nathan sudah berdiri di samping Yara, disertai dengan cengiran khasnya yang membuat siapa saja melihatnya akan langsung ingin memukul wajah laki-laki tersebut.

"Bacot," raut wajah Lauren seketika berubah. "Udah, pergi sana. Lo nggak capek apa, ngintilin gue mulu?"

"Yeee, lo mah gitu Ren. Bukannya kita tu bestot dari lahir, masa gue dibilang ngintilin lo."

Plak

Karena sudah tak dapat menahannya lagi, Yara memukul lengan Nathan menggunakan buku miliknya yang lumayan tebal. Alhasil laki-laki tersebut meringis kesakitan.

"Biar lo bestotnya Lauren dari lahir, nggak seharusnya lo ngintilin dia sampe bikin dia nggak nyaman," sungguh, melihatnya saja Yara tak tahan, apalagi mengalaminya seperti Lauren. "Udah sana, kek nggak ada teman lain aja lo. Noh si Chakra, kembaran lain lo udah datang."

Nathan yang tadinya sudah bersiap ingin mengeluarkan kata kasarnya kepada Yara menjadi berhenti, setelah melihat ke arah pintu kelas di mana ada Chakra yang sedang berdiri di tengah pintu seraya memainkan ponselnya.

"Aaaaaa, kesayangan gue udah datang!!"

Karena teriakan yang begitu keras itu, semua orang di kelas menatap ke arah sumber suara. Melihat pemandangan Nathan dengan merentangkan kedua tangannya yang berlari ke arah Chakra, membuat semua orang berharap. Berharap, agar Chakra dapat selamat dari pelukan makhluk tersebut.

"Gue boleh milih mati aja nggak sih, daripada ketemu makhluk ini!!" Sebelum benar-benar tubuhnya dipeluk Nathan, Chakra pun berlari menghindari laki-laki tersebut.

Alhasil terjadilah aksi kejar-kejaran antara dua makhluk tersebut di dalam kelas. Menimbulkan gelak tawa dari beberapa mahasiswa yang menganggap kelakuan mereka berdua itu lucu.

"Umur doang genap 20 tahun, tapi kelakuan masih kek bocah-bocah," celetuk Niken yang sebenarnya juga menikmati adegan kejar-kejaran itu.

Terpopuler

Comments

®️ed 🔱hite

®️ed 🔱hite

sampe sini dulu. lanjut tar siang...nice write..love it

2024-09-30

1

yeopo yeojaaaa

yeopo yeojaaaa

mampus lu🤣

2024-09-02

0

yeopo yeojaaaa

yeopo yeojaaaa

astaga, sependek itu ternyata rambut Lauren. nggk espek loh😭

2024-09-02

0

lihat semua
Episodes
1 Pemuas Keinginan
2 Mama Pergi
3 Kebahagiaan yang Masih Tersisa
4 Umur Hanyalah Angka
5 Entah Sampai Kapan
6 Semoga Bahagia
7 Meminta Izin Sekedar Formalitas
8 Sosok Misterius
9 Tantangan Baru
10 Hobi yang Menguntungkan
11 Kembali Bertemu dalam Ketidaksengajaan
12 Hal baik dan Hal Buruk
13 Proyek Bersama Dosen
14 Benci atau Tidak?
15 Hanya Ingin Dimengerti
16 Duda Dua Anak
17 Bekerja di Bawah Tekanan
18 Bosan
19 Seenaknya Saja
20 Mampukah Dia Berjuang?
21 Siapa Dia?
22 Sebuah Notifikasi
23 Seperti Permainan Petak Umpet
24 Boneka Kayu
25 Ice Matcha
26 Pergi Bersama
27 Harapan Kecil
28 Penenang
29 Sebuah Keputusan
30 Panik
31 Perdebatan
32 Ternyata itu Alasannya
33 Pernah Menghilang
34 Sebuah Foto
35 Permintaan Maaf
36 Tiga Sejoli
37 Menginap Dadakan
38 Rasa Rindu
39 Mengenang Masa yang Telah Lalu
40 Terluka
41 Plester Pink
42 Terlambat
43 Pujian Palsu?
44 Perasaan Aneh
45 Sosok Misterius itu Lagi
46 Tak Terduga
47 Pom Bensin
48 Saudara Kembar yang Disembunyikan
49 Sangat Berbeda
50 Penguntit Lauren
51 Penyakit Malas Menjadi-jadi
52 Hobi yang Sama
53 Percaya Saja
54 Beruntung atau Sial?
55 Nathan Terselamatkan
56 Rapuh
57 Memangnya Dia Siapa Kamu?
58 Rumah Pohon
59 Awal Masalah
60 Kata Maaf yang Kedua Kalinya
61 Perihal yang Membingungkan
62 Seperti Sosok Pahlawan
63 Sebotol Minuman
64 Dia Kembali?
65 Sulit untuk Diterima
66 Perasaan yang Tak Terbendung
67 Penitipan Anak
68 Fakta di Balik Semuanya
69 Kenapa Dia Ada di Sini?
70 Awal Bertemu
71 Sifat Asli
72 Dia Lagi
73 Banyaknya Tanda Tanya
74 Fitnah
75 Hati-Hati
76 Ini Bukan Lomba
77 Entahlah
78 Bertemu
79 Milikku Akan Tetap Menjadi Milikku
80 Terulang Kembali
81 Penuntutan Kepada Lauren
82 Kebenaran Terungkap
83 Masih Pantaskah?
84 Titik Awal
85 Bersandiwara
86 Bersandiwara 2
87 Kecewa
88 Rumor Pembullyan
89 Takut
90 Antara Yakin dan Ragu
91 Hiatus
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Pemuas Keinginan
2
Mama Pergi
3
Kebahagiaan yang Masih Tersisa
4
Umur Hanyalah Angka
5
Entah Sampai Kapan
6
Semoga Bahagia
7
Meminta Izin Sekedar Formalitas
8
Sosok Misterius
9
Tantangan Baru
10
Hobi yang Menguntungkan
11
Kembali Bertemu dalam Ketidaksengajaan
12
Hal baik dan Hal Buruk
13
Proyek Bersama Dosen
14
Benci atau Tidak?
15
Hanya Ingin Dimengerti
16
Duda Dua Anak
17
Bekerja di Bawah Tekanan
18
Bosan
19
Seenaknya Saja
20
Mampukah Dia Berjuang?
21
Siapa Dia?
22
Sebuah Notifikasi
23
Seperti Permainan Petak Umpet
24
Boneka Kayu
25
Ice Matcha
26
Pergi Bersama
27
Harapan Kecil
28
Penenang
29
Sebuah Keputusan
30
Panik
31
Perdebatan
32
Ternyata itu Alasannya
33
Pernah Menghilang
34
Sebuah Foto
35
Permintaan Maaf
36
Tiga Sejoli
37
Menginap Dadakan
38
Rasa Rindu
39
Mengenang Masa yang Telah Lalu
40
Terluka
41
Plester Pink
42
Terlambat
43
Pujian Palsu?
44
Perasaan Aneh
45
Sosok Misterius itu Lagi
46
Tak Terduga
47
Pom Bensin
48
Saudara Kembar yang Disembunyikan
49
Sangat Berbeda
50
Penguntit Lauren
51
Penyakit Malas Menjadi-jadi
52
Hobi yang Sama
53
Percaya Saja
54
Beruntung atau Sial?
55
Nathan Terselamatkan
56
Rapuh
57
Memangnya Dia Siapa Kamu?
58
Rumah Pohon
59
Awal Masalah
60
Kata Maaf yang Kedua Kalinya
61
Perihal yang Membingungkan
62
Seperti Sosok Pahlawan
63
Sebotol Minuman
64
Dia Kembali?
65
Sulit untuk Diterima
66
Perasaan yang Tak Terbendung
67
Penitipan Anak
68
Fakta di Balik Semuanya
69
Kenapa Dia Ada di Sini?
70
Awal Bertemu
71
Sifat Asli
72
Dia Lagi
73
Banyaknya Tanda Tanya
74
Fitnah
75
Hati-Hati
76
Ini Bukan Lomba
77
Entahlah
78
Bertemu
79
Milikku Akan Tetap Menjadi Milikku
80
Terulang Kembali
81
Penuntutan Kepada Lauren
82
Kebenaran Terungkap
83
Masih Pantaskah?
84
Titik Awal
85
Bersandiwara
86
Bersandiwara 2
87
Kecewa
88
Rumor Pembullyan
89
Takut
90
Antara Yakin dan Ragu
91
Hiatus

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!