Siasat Mengambil Hati Calon Mertua

Andini menggenggam balik tangan kakak iparnya dan mengatakan bahwa ia akan bertahan jika Fikhi tak berniat untuk mendua karena hal itu adalah yang paling tak bisa untuk ia berikan toleransi. Julia pun nampak senang sekali mendengar apa yang dikatakan oleh Andini barusan dan ia berharap bahwa rumah tangga Andini dan Fikhi bisa bertahan selamanya.

"Terima kasih doanya, Kak."

"Tidak masalah."

Akhirnya setelah itu mereka sempat berbincang dan makan sejenak sebelum akhirnya Andini pamit pulang ke rumah. Saat ia baru saja tiba di depan rumah nampak dari jauh Ismi sedang mengobrol dengan seorang wanita yang mana Ismi nampak tertawa lepas dan tersenyum senang kala mengobrol dengan wanita itu, sesuatu yang tak pernah Ismi lakukan pada Andini selama ia menjadi Fikhi. Andini memasukan motornya ke dalam garasi rumah dan langsung menutup pagar rumah.

"Lebih baik sekarang aku langsung mandi dan ganti baju kemudian menyiapkan makan malam."

Andini melakukan semua pekerjaan itu tepat waktu ketika kedua anaknya pulang dan tak lama kemudian suaminya pun ikut pulang. Mereka nampak begitu senang menceritakan kegiatan hari ini hingga kemudian setelahnya waktunya tidur tiba. Bella dan Shita sudah masuk ke dalam kamar begitu pula dengan Fikhi dan Andini.

"Tadi kamu bertemu kak Julia?"

"Iya Mas, kok Mas tahu?"

"Tadi dia menelpon Mas."

"Begitu rupanya."

"Apa saja yang kak Julia katakan padamu?"

Maka kemudian Andini secara jujur mengatakan apa saja yang ia dan Julia bicarakan. Fikhi lega karena kalau mendengar cerita dari Andini sepertinya sang kakak ada di pihaknya dan sangat ingin supaya rumah tangga mereka bisa utuh.

"Kamu percaya padaku kan? Aku akan berusaha mempertahankan rumah tangga ini."

"Aku akan berusaha percaya, Mas. Oleh sebab itu tolong kamu jaga kepercayaanku."

Fikhi menganggukan kepalanya dan kemudian memeluk Andini sebelum akhirnya mereka berdua memutuskan untuk tidur karena memang hari sudah larut dan besok juga mereka masih harus bekerja.

****

Julia mendatangi Ismi keesokan harinya, setelah mendengar keluh kesah dari Fikhi dan Andini mengenai sikap Ismi pada mereka tentu saja Julia merasa bahwa ia harus turun tangan secara langsung memberikan nasihat pada Ismi supaya jangan mencoba mengusik rumah tangga Fikhi dan Andini tentu saja ia melakukan semua ini demi keutuhan rumah tangga adiknya. Ia sangat tak ingin kalau rumah tangga Andini dan Fikhi harus kandas akibat ulah Ismi padahal Ismi yakin bahwa Fikhi tak akan pernah mengkhianati Andini.

"Assalamualaikum, Bu."

"Waalaikumsallam, mau apa kamu datang ke sini?" tanya Ismi yang memang selalu ketus pada Julia.

"Aku datang ke sini tentu saja karena ada perlu dengan Ibu."

"Perlu apa?"

Julia kemudian langsung saja masuk pada inti permasalahannya. Julia langsung mengatakan pada Ismi mengenai dirinya yang keberatan dengan sikap Ismi yang ikut campur dalam masalah rumah tangga Fikhi dan Andini dan hal itu sontak saja membuat Ismi tertawa mendengarnya.

"Kenapa kamu begitu peduli dengan rumah tangga Fikhi dengan wanita itu? Bukankah akan jauh lebih baik kalau Fikhi dan wanita itu bercerai saja?"

"Bagaimana Ibu bisa mengatakan hal demikian? Harusnya Ibu itu mendukung supaya Fikhi dan Andini bisa tetap bersama bukannya malah mengharapkan mereka bercerai!"

"Sejak awal memang Ibu sama sekali tak suka dengan wanita itu jadi memang seharusnya wanita itu bukan jodohnya anak Ibu!"

****

Selepas kepergian Julia, Ismi menemui Nadine yang tadi mengirimkan pesan akan menjemputnya di rumah dan mereka akan pergi ke mall bersama. Nadine memang paling bisa untuk mengambil hati calon mertuanya itu, wanita yang terlahir dari keluarga kaya raya itu tentu saja bisa dengan mudahnya menghamburkan uang demi mendapatkan apa yang ia mau termasuk menyogok Ismi yang mata duitan dan juga ia bisa memanfaatkan kebencian Ismi pada Andini untuk merusak rumah tangga Fikhi dan juga Andini.

"Ya Allah, kamu membelikan semua ini untuk Ibu?"

"Ini tak seberapa kok, Bu."

"Kamu ini memang calon menantu yang baik, istrinya Fikhi yang sekarang saja tak pernah membelikan Ibu baju mahal seperti ini."

"Ibu bisa saja memujinya."

"Ibu ini orang yang jujur, pada kenyataannya memang seperti itu kok, istrinya Fikhi yang sekarang itu pelit sekali pada Ibu dan dia juga suka marah-marah dan bertingkah kasar."

"Kok mas Fikhi mau menikah dengan wanita yang tak punya adab seperti itu, Bu?"

"Semua itu karena Fikhi bilang dia mencintai wanita itu padahal sebelumnya Ibu sudah berulang kali mencarikan jodoh untuknya namun tak ada satu pun yang sreg katanya sampai bertemu wanita itu."

"Ibu merestui mereka?"

"Karena dulu masih ada almarhum ayahnya Fikhi dia yang memberikan izin dan menekan Ibu supaya mau menerima pernikahan mereka."

****

Nadine sudah memberikan banyak sekali hadiah untuk Ismi mulai dari baju, sepatu hingga tas yang membuat Ismi jadi semakin yakin bahwa memang Nadine itu adalah menantu idamannya. Nadine juga mengatakan bahwa ia rela berbagi suami dengan Andini yang mana Ismi semakin yakin dengan pilihannya, ia tentu saja tak bisa menyia-nyiakan kesempatan ini begitu saja karena kalau kehilangan Nadine maka hilang juga kesempatannya mendapatkan ATM berjalan.

"Fikhi, kamu datang ke rumah Ibu setelah pulang bekerja, ya? Ada sesuatu hal yang mau Ibu bicarakan dengan kamu."

"Memangnya ada apa lagi, Bu?"

"Makanya kalau penasaran segera datang nanti setelah kamu pulang bekerja."

Tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut, Ismi menutup sambungan telepon yang membuat Fikhi bertanya-tanya apa yang akan dibicarakan oleh Ismi namun ia memliki firasat bahwa pasti ibunya ini ingin membahas soal calon menantunya lagi padahal Fikhi sudah berulang kali mengatakan pada Ismi bahwa ia sama sekali tak tertarik namun ibunya itu memang sangat keras kepala sekali.

"Kapan sih Ibu ini mau bertobat?"

Fikhi menggelengkan kepalanya, ia menarik napas dalam-dalam kemudian mencoba untuk kembali fokus pada pekerjaannya yang harus ia selesaikan hari ini.

****

Pada sore harinya selepas pulang bekerja, Fikhi langsung pergi menemui sang ibu di rumah seperti apa yang tadi diminta oleh sang ibu lewat telepon walau sebenarnya Fikhi sendiri sudah tahu apa yang hendak dibicarakan oleh sang ibu namun ia harus tetap menghormatinya.

"Assalamualaikum, Bu."

"Waalaikumsallam, Nak."

"Jadi kenapa Ibu menyuruh aku datang ke sini?"

Maka kemudian Ismi memperlihatkan barang yang dibelikan oleh Nadine tadi siang, Ismi membanggakan Nadine di hadapan Fikhi yang mana Fikhi sudah bisa membaca ke mana arah pembicaraan ini.

"Bu, aku sudah mengatakannya kalau aku sama sekali tak ada niat berpoligami atau menceraikan Andini, aku mencintai dia."

"Bagaimana bisa kamu mengatakan itu, Nak? Kamu mau jadi anak durhaka dengan menentang keinginan Ibu?!"

Episodes
1 Mertua yang Menyebalkan
2 Air Mata yang Tumpah Di Atas Sajadah
3 Ambisi Ismi
4 Permintaan Kakak Ipar
5 Siasat Mengambil Hati Calon Mertua
6 Sikap yang Nekat
7 Mengeluh Lagi Pada Suami
8 Menjaga Janji Suci Pernikahan
9 Tuduhan yang Membuat Sakit Hati
10 Penggrebekan Berujung Bencana
11 Nikah Siri
12 Aku Pergi
13 Akhirnya Mereka Tahu
14 Sang Penggoda Ulung
15 Karena Aku Kecewa
16 Berusaha Meyakinkan
17 Selalu Membuat Heboh
18 Meminta Untuk Kembali
19 Omongan Julid
20 Guru Baru yang Tampan
21 Sikap yang Tidak Berubah
22 Ucapan Terima Kasih
23 Guru Berprestasi
24 Putusan yang Dinantikan
25 Ambisi yang Tercapai
26 Setelah Pesta Pernikahan
27 Pindah Rumah Akibat Tetangga Julid
28 Kebetulan Apa Ini?
29 Tak Terlaksana
30 Perundungan
31 Sulit Diajak Kerja Sama
32 Permintaan Mantan Suami
33 Adik Kembali
34 Terima Kasih Atas Pemberian
35 Apakah Salah Lihat?
36 Adu Mekanik
37 Curiga Pada Menantu
38 Menikah Saja Dengan Dia
39 Masih Mencari Bukti Lain
40 Bukti yang Nyata
41 Keputusan Sudah Diambil
42 Mantan yang Membujuk Kembali
43 Masih Berusaha
44 Sebuah Pernyataan yang Dinantikan
45 Calon Suami Anak Kita
46 Disetujui Oleh Orang Tua
47 Obsesi Sang Mantan Suami
48 Hari Bahagia Itu Datang
49 Mantan Mertua yang Tidak Jera
50 Harga Diri Untuk Mantan Mertua
51 Sikap Tegas Anak Pertama
52 Aku Terharu
53 Ibu Masuk Rumah Sakit
54 Mantan Pacar Suami Berulah
55 Mulut Pedas yang Tak Berubah
56 Suami Dan Mantan Suami
57 Mantan yang Tak Tahu Diri
58 Karena Kamu Perempuan
59 Isakan Kepedihan
60 Menolak Mengembalikan Uang
61 Kala Mantan Besan Datang
62 Bukti yang Membuat Tak Berkutik
63 Ibu yang Malu Dan Kecewa
64 Tidak Sama Lagi
65 Rasa Cemas
66 Duka Tak Terduga
67 Ibu Tetap Menolak
68 Ada yang Berbeda
69 Balasan Untuk Mantan Mertua?
70 Pengakuan Mantan Istri
71 Mengadu Pada Mertua
72 Peringatan Dari Mertua
73 Menjenguk Anak
74 Curiga Pada Seseorang
75 Pertanda Baik
76 Tak Tahu Malu
77 Tatapan Penghinaan
78 Mulai Berubah
79 Teman Lama yang Mencoba Dekat
80 Minta Maaf yang Gagal
81 Tak Menyangka Bahwa Jujur
82 Tekad Untuk Meminta Maaf
83 Tamu Tak Terduga
84 Ibu Minta Maaf Akhirnya
85 Kedatangan yang Tak Diduga
86 Kehangatan yang Dirindukan
87 Air Mata Dan Permintaan
88 Aku Tidak Mau Bercerai
89 Jatuh Bangkrut
90 Sungguh Tak Percaya
91 Mimpi Buruk yang Tiba-Tiba Datang
92 Rumah Sakit
93 Hadir Untuk Mantan Istri
94 Curhat Pada Mantan Suami
95 Selamat Ulang Tahun
96 Akhir Kisah
Episodes

Updated 96 Episodes

1
Mertua yang Menyebalkan
2
Air Mata yang Tumpah Di Atas Sajadah
3
Ambisi Ismi
4
Permintaan Kakak Ipar
5
Siasat Mengambil Hati Calon Mertua
6
Sikap yang Nekat
7
Mengeluh Lagi Pada Suami
8
Menjaga Janji Suci Pernikahan
9
Tuduhan yang Membuat Sakit Hati
10
Penggrebekan Berujung Bencana
11
Nikah Siri
12
Aku Pergi
13
Akhirnya Mereka Tahu
14
Sang Penggoda Ulung
15
Karena Aku Kecewa
16
Berusaha Meyakinkan
17
Selalu Membuat Heboh
18
Meminta Untuk Kembali
19
Omongan Julid
20
Guru Baru yang Tampan
21
Sikap yang Tidak Berubah
22
Ucapan Terima Kasih
23
Guru Berprestasi
24
Putusan yang Dinantikan
25
Ambisi yang Tercapai
26
Setelah Pesta Pernikahan
27
Pindah Rumah Akibat Tetangga Julid
28
Kebetulan Apa Ini?
29
Tak Terlaksana
30
Perundungan
31
Sulit Diajak Kerja Sama
32
Permintaan Mantan Suami
33
Adik Kembali
34
Terima Kasih Atas Pemberian
35
Apakah Salah Lihat?
36
Adu Mekanik
37
Curiga Pada Menantu
38
Menikah Saja Dengan Dia
39
Masih Mencari Bukti Lain
40
Bukti yang Nyata
41
Keputusan Sudah Diambil
42
Mantan yang Membujuk Kembali
43
Masih Berusaha
44
Sebuah Pernyataan yang Dinantikan
45
Calon Suami Anak Kita
46
Disetujui Oleh Orang Tua
47
Obsesi Sang Mantan Suami
48
Hari Bahagia Itu Datang
49
Mantan Mertua yang Tidak Jera
50
Harga Diri Untuk Mantan Mertua
51
Sikap Tegas Anak Pertama
52
Aku Terharu
53
Ibu Masuk Rumah Sakit
54
Mantan Pacar Suami Berulah
55
Mulut Pedas yang Tak Berubah
56
Suami Dan Mantan Suami
57
Mantan yang Tak Tahu Diri
58
Karena Kamu Perempuan
59
Isakan Kepedihan
60
Menolak Mengembalikan Uang
61
Kala Mantan Besan Datang
62
Bukti yang Membuat Tak Berkutik
63
Ibu yang Malu Dan Kecewa
64
Tidak Sama Lagi
65
Rasa Cemas
66
Duka Tak Terduga
67
Ibu Tetap Menolak
68
Ada yang Berbeda
69
Balasan Untuk Mantan Mertua?
70
Pengakuan Mantan Istri
71
Mengadu Pada Mertua
72
Peringatan Dari Mertua
73
Menjenguk Anak
74
Curiga Pada Seseorang
75
Pertanda Baik
76
Tak Tahu Malu
77
Tatapan Penghinaan
78
Mulai Berubah
79
Teman Lama yang Mencoba Dekat
80
Minta Maaf yang Gagal
81
Tak Menyangka Bahwa Jujur
82
Tekad Untuk Meminta Maaf
83
Tamu Tak Terduga
84
Ibu Minta Maaf Akhirnya
85
Kedatangan yang Tak Diduga
86
Kehangatan yang Dirindukan
87
Air Mata Dan Permintaan
88
Aku Tidak Mau Bercerai
89
Jatuh Bangkrut
90
Sungguh Tak Percaya
91
Mimpi Buruk yang Tiba-Tiba Datang
92
Rumah Sakit
93
Hadir Untuk Mantan Istri
94
Curhat Pada Mantan Suami
95
Selamat Ulang Tahun
96
Akhir Kisah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!